Liputan6.com, Jakarta Penyandang disabilitas di Malang, Jawa Timur mengembangkan keahlian dalam bidang pertanian dalam kegiatan Difabel Bertani.
Difabel Bertani adalah kegiatan yang diusung oleh pusat pemberdayaan disabilitas di Malang, Lingkar Sosial Indonesia (Linksos).
Baca Juga
Menurut Pembina Linksos, Ken Kerta, kegiatan ini dilakukan sejak 2022 dengan mengemban tiga misi, yakni:
Advertisement
- Melatih kemandirian
- Mendukung rehabilitasi yaitu memulihkan fungsi fisik, mental dan intelektual
- Meningkatkan ketahanan pangan.
Melatih Kemandirian
Dalam misi melatih kemandirian, Ken mengatakan bahwa kegiatan pertanian adalah aktivitas di alam terbuka. Ada beberapa risiko bagi penyandang disabilitas dalam kegiatan di alam terbuka, misalnya terik matahari, tiba-tiba hujan, haus dan lainnya.
“Risiko ini kemudian justru meningkatkan kemampuan penyandang disabilitas dalam menyelesaikan persoalan atau problem solving. Untuk menghadapi risiko penyandang disabilitas dan pendampingnya menyiapkan mitigasi,” kata Ken mengutip laman resmi Linksos, Jumat (9/2/2024).
Mendukung Rehabilitasi
Dalam kegiatan pertanian, terdapat fungsi rehabilitasi bagi penyandang disabilitas. Misalnya bagi penyandang disabilitas fisik dengan satu tangan. Bertani melatih mereka mengelola lahan agar bisa ditanami. Di waktu bersamaan tangan yang masih ada dapat dilatih hingga berfungsi optimal.
Fungsi rehabilitasi lainnya, bagi penyandang disabilitas mental, kegiatan Difabel Bertani adalah kesempatan untuk menikmati suasana alam yang menyehatkan.
Kegiatan pertanian juga meningkatkan fungsi intelektual. Bagi penyandang disabilitas intelektual, bertani adalah kesempatan melakukan satu hal secara monoton dan berulang sehingga menjadi terlatih dan mandiri.
Bahkan kegiatan pertanian juga bisa dilakukan oleh penyandang disabilitas sensorik netra. Di zaman ini, penyandang disabilitas netra sebagian terlatih menggunakan aplikasi talkback. Dengan aplikasi tersebut mereka bisa melakukan komunikasi dan transaksi.
Meningkatkan Ketahanan Pangan
Bertani juga menjadi sarana pelatihan, rekreasi sekaligus meningkatkan ketahanan pangan.
Penyandang disabilitas dapat bertanam sayuran untuk kebutuhan sehari-hari. Kegiatan pertanian tersebut dapat dilakukan di kebun, sawah, maupun pekarangan rumah sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan ragam disabilitas.
Dalam misi ini, Linksos bekerja sama dengan Kodam V Brawijaya. Mereka juga memiliki program ketahanan pangan bagi masyarakat.
Kodam V Brawijaya menyediakan lahan untuk ditanami jagung atau padi yang hasilnya untuk petani penggarap seluruhnya. Sejak 2022, pegiat Linksos memanfaatkan program ketahanan pangan ini.
Advertisement
Tantangan yang Dialami
Melalui program Difabel Bertani, beberapa penyandang disabilitas diajak bercocok tanam. Mereka menanam jagung dan kacang tanah.
Tantangan program Difabel Bertani adalah minat penyandang disabilitas di bidang pertanian. Penyandang disabilitas sebagian besar melihat kegiatan bertani sebagai usaha yang memerlukan banyak tenaga dan berisiko. Sedangkan kenyataannya, teknologi pertanian hari ini semakin memudahkan kegiatan bertani.
Kegiatan Difabel Bertani di Lapangan Tembak Kodam V Brawijaya saat ini rutin dilakukan oleh seorang penyandang disabilitas intelektual. Ia didampingi oleh keluarganya yang pula keluarga petani.
Namun, sesekali Linksos juga mengajak anak-anak penyandang disabilitas dari panti rehabilitasi untuk bergabung.
Motivasi penyandang disabilitas bergabung dalam kegiatan pertanian beragam. Pertama sebagai mata pencarian, kedua sebagai sarana piknik, ketiga sebagai bentuk rehabilitasi.
Harapan Linksos
Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, sempat menggelar Pelatihan Kesadaran Inklusi Disabilitas bagi para petugas penyuluh Pertanian.
Pelatihan ini digelar pada 22-24 September 2022 di Bogor. Pelatihan menghadirkan pemateri sekaligus pembina Linksos, Ken Kerta.
Kegiatan edukasi ini sekaligus awal kerja sama Linksos dan Kementerian Pertanian dalam program Yess yang bertujuan menumbuhkembangkan wirausaha muda dan tenaga kerja andal di bidang pertanian.
“Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan petugas penyuluh pertanian di 4 Provinsi dan 15 Kabupaten, dapat optimal dalam implementasi program Yess bagi penyandang disabilitas.”
Sebagai rencana tindak lanjut pelatihan di atas, khususnya di Malang, Linksos ingin mengakses program Yess bagi anggotanya. Namun, rencana tersebut belum terealisasi karena berbagai faktor. Sementara itu kegiatan Difabel Bertani masih berlanjut hingga saat ini.
Ken berharap, Kementan dapat mengadakan pelatihan motivasi usaha pertanian sehingga penyandang disabilitas mendapatkan informasi dan peluang tentang berbagai model bisnis pertanian.
Advertisement