Liputan6.com, Jakarta - Kekalahan dalam Pemilihan Umum atau Pemilu 2024 dapat memicu berbagai masalah kesehatan mental. Mulai dari stres, cemas, depresi, hingga gangguan psikosis.
Dokter spesialis kedokteran jiwa RS Pondok Indah (RSPI) - Pondok Indah, Ashwin Kandouw, menjelaskan tahapan masalah kesehatan yang bisa semakin memburuk jika tak ditangani.
Baca Juga
Menurut Ashwin, biasanya urutan masalah mental yang dialami dimulai dengan stres. Ini adalah suatu keadaan ketika orang tidak bisa menghadapi tekanan.
Advertisement
“Nah stres ini kalau berkelanjutan bisa jadi cemas, bisa jadi depresi, dan bisa juga jadi psikosis. Kalau cemas itu kan khawatir menghadapi sesuatu yang di depan (yang akan datang),” kata Ashwin dalam wawancara daring, Selasa, 13 Februari 2024.
Cemas berkepanjangan, lanjut Ashwin, bisa berujung pada depresi. Ini adalah kondisi yang ditandai dengan:
- Sedih berkepanjangan lebih dari dua minggu
- Penurunan konsentrasi, sulit fokus
- Kehilangan kesenangan dari hobi-hobinya
- Penurunan tenaga, cepat lelah
- Perubahan pola tidur, sulit tidur atau sering terbangun
- Kecenderungan menarik diri dari kehidupan sosial dan pergaulan
- Penurunan kepercayaan diri
- Keraguan dan kesulitan untuk mengambil keputusan
- Kecenderungan melukai diri sendiri
- Kecenderungan mengakhiri hidup
- Perubahan nafsu makan.
“Saya katakan perubahan (nafsu makan) tidak selalu turun ya, kadang-kadang ada juga orang kalau merasa stres malah makannya berlebihan juga ada.”
Bisa Berlanjut pada Gangguan Psikosis
Lebih lanjut, stres yang berlarut dan tidak ditangani juga dapat memicu gangguan psikosis.
“Yang saya sebut psikosis itu adalah kondisi di mana orang-orang tersebut mulai kehilangan kemampuan untuk menilai realita yang ada. Contohnya mulai ada halusinasi, artinya dia mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada sumber suaranya. Tidak bisa menilai realita dengan baik lagi,” papar Ashwin.
“Waham juga begitu, misalnya dia kalah tapi dia terus meyakini bahwa dia menang. Itu kan sudah tidak sesuai realita. Tentu ini sudah (gangguan mental) yang lebih berat lagi.”
Advertisement
Bisa Berujung pada Disabilitas Mental
Masalah-masalah mental yang dipicu kekalahan saat Pemilu ketika diagnosisnya ditegakkan maka ini termasuk dalam gangguan mental. Gangguannya bisa berkepanjangan dan tergolong disabilitas mental.
“Kalau tidak dikelola dengan baik dan tepat, itu bisa berkepanjangan. Cemas itu bisa panjang, depresi bisa panjang, psikosis bisa panjang sekali. Maka sebaiknya cepat dikenali dan cepat diatasi agar bisa diberi tatalaksana yang tepat sehingga bisa membatasi lamanya gangguan itu,” saran Ashwin.
Lantas, apakah masalah mental yang tak dikelola dengan baik bisa berujung pada disabilitas mental seperti kondisi yang biasa disebut sebagai orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)?
“Ya, begitu,” kata Ashwin.
Semua Orang Berisiko
Sebelumnya, Ashwin menjelaskan, siapapun dapat mengalami masalah mental pasca Pemilu dengan tingkat keparahan yang berbeda. Dan pada individu yang mencalonkan diri kemudian kalah, tak selalu rasa stresnya lebih parah ketimbang pendukungnya. Dengan kata lain, bisa jadi pendukungnya malah mengalami masalah mental yang lebih serius.
Maka dari itu, Ashwin mengatakan bahwa semua orang memiliki risiko mengalami masalah mental pasca Pemilu.
“Semua berisiko, baik yang mencalonkan, baik anggota partai maupun pendukung-pendukung setia. Tidak pasti bahwa Capres karena biaya yang dikeluarkan lebih besar maka lebih stres, tidak selalu begitu.”
“Makanya, faktornya adalah bagaimana ketahanan mental seseorang. Ketahanan mental tuh ada yang memang dari kepribadiannya dia sudah tangguh, ada juga yang rentan. Nah, mau dia tangguh kek, mau dia rentan kek, akan lebih baik kalau dia mempersiapkan diri untuk kemungkinan menang maupun kalah,” tutup Ashwin.
Advertisement