Sukses

10 Kondisi Neurologis Teratas yang Berkontribusi pada Disabilitas dan Masalah Kesehatan

Hasil studi ini menjadi pengingat bahwa kesehatan otak adalah hal yang penting untuk dipahami, diperhatikan, dan dilindungi dengan lebih baik.

Liputan6.com, Jakarta - Studi baru The Lancet Neurology menunjukkan 10 kondisi neurologis teratas yang berkontribusi terhadap disabilitas dan hilangnya kesehatan pada tahun 2021 adalah:

  • Stroke
  • Ensefalopati neonatal (cedera otak)
  • Migrain
  • Demensia
  • Neuropati diabetik (kerusakan saraf akibat diabetes)
  • Meningitis
  • Epilepsi
  • Komplikasi neurologis akibat kelahiran prematur
  • Gangguan spektrum autisme
  • Kanker.

Secara keseluruhan, kondisi neurologis menyebabkan lebih banyak disabilitas dan kehilangan kesehatan pada laki-laki dibandingkan perempuan. Namun, ada beberapa kondisi seperti migrain atau demensia yang lebih banyak diderita perempuan.

Hasil studi ini menjadi pengingat bahwa kesehatan otak adalah hal yang penting untuk dipahami, diperhatikan, dan dilindungi dengan lebih baik. Mulai dari masa kanak-kanak hingga kehidupan selanjutnya.

Studi yang dibagikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 14 Maret 2024 ini juga menunjukkan, lebih dari 3 miliar orang di seluruh dunia hidup dengan kondisi neurologis penyebab penyakit dan disabilitas.

Kondisi neurologis kini menjadi penyebab utama penyakit dan disabilitas di seluruh dunia. Jumlah keseluruhan disabilitas, penyakit dan kematian dini yang disebabkan oleh kondisi neurologis telah meningkat sebesar 18 persen sejak tahun 1990,” mengutip keterangan pers WHO, Jumat (15/3/2024).

WHO sendiri berkontribusi dalam studi ini, tepatnya pada analisis data Global Burden of Disease, Injuries, and Risk Factor Study (GBD) 2021.

2 dari 4 halaman

Kondisi Neurologis yang Paling Cepat Berkembang

Sementara, kondisi neurologis yang paling cepat berkembang adalah neuropati diabetik.

Jumlah pasien neuropati diabetik meningkat lebih dari tiga kali lipat secara global sejak tahun 1990. Dan meningkat menjadi 206 juta kasus pada tahun 2021.

Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan diabetes di seluruh dunia. Kondisi lain seperti komplikasi neurologis akibat COVID-19 (misalnya gangguan kognitif dan sindrom Guillain-Barré) sebelumnya tidak ada dan kini mencapai lebih dari 23 juta kasus.

3 dari 4 halaman

80 Persen Terjadi di Negara Berpendapatan Rendah

Studi menunjukkan, lebih dari 80 persen kematian dan kehilangan kesehatan akibat gangguan neurologis terjadi di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Di mana akses pada pengobatan pun sulit.

Negara-negara berpendapatan tinggi memiliki 70 kali lebih banyak ahli neurologi per 100.000 orang dibandingkan negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.

“Kondisi neurologis menyebabkan penderitaan besar pada individu dan keluarga yang terkena dampaknya, serta merampas sumber daya manusia dalam komunitas dan perekonomian,” kata Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.

“Studi ini harus menjadi seruan untuk mengambil tindakan meningkatkan intervensi yang ditargetkan agar semakin banyak orang yang hidup dengan kondisi neurologis dapat mengakses layanan berkualitas. Serta pengobatan dan rehabilitasi yang mereka butuhkan,” tambahnya.

4 dari 4 halaman

Jumlah Pengidap Kondisi Neurologis Terus Meningkat

Sejak tahun 1990, jumlah absolut orang yang hidup dengan atau meninggal karena kondisi neurologis telah meningkat. Sementara angka disability-adjusted life years (DALYs) berdasarkan usia telah menurun.

DALYs adalah ukuran yang menghitung tahun produktif yang hilang karena kematian dini dan disabilitas.

Ini menunjukkan bahwa peningkatan jumlah absolut utamanya didorong oleh perubahan demografis dan umur yang lebih panjang.

Pada saat yang sama, beban neurologis dan kerugian kesehatan akibat kondisi lain menurun sebesar 25 persen atau lebih sejak tahun 1990.

Ini adalah hasil dari peningkatan pencegahan (termasuk vaksin), perawatan dan penelitian pada berbagai penyakit. Seperti tetanus, rabies, meningitis, masalah tabung saraf, stroke, neurocysticercosis (infeksi parasit yang mempengaruhi sistem saraf pusat), ensefalitis (radang otak), dan ensefalopati neonatal (cedera otak).