Sukses

Pendidikan Inklusif Disabilitas Disinggung Allah SWT dalam Al-Quran Surat Abasa

Prinsip kesetaraan dan keadilan dalam akses pendidikan, terutama bagi penyandang disabilitas, dijunjung tinggi dalam ajaran agama Islam.

Liputan6.com, Jakarta Pendidikan adalah hak semua orang termasuk penyandang disabilitas. Tak hanya secara umum, pentingnya pendidikan juga telah dibahas dari kacamata Islam.

Pendidikan dinilai sebagai usaha untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Manusia telah diberikan akal oleh Allah SWT untuk digunakan sebagai sarana menggapai kebahagiaan itu.

Cara menggapai kebahagiaan tersebut sudah diatur dan dijelaskan dalam kitab suci Al-Quran dan Hadist nabi Muhammad SAW.

Menurut Akademisi Universitas Trunojoyo Madura, Bima Kurniawan, penggunaan akal tidak akan maksimal jika tidak dilatih dan didik dengan benar.

“Oleh karenanya, Islam sangat menekankan pendidikan di dalam pelaksanaan ibadah dan aktivitas duniawi,” kata Bima kepada Disabilitas Liputan6.com melalui keterangan tertulis, Selasa, 26 Maret 2024.

Dia menambahkan, pendidikan dalam Islam tidak dibatasi dan terbatas oleh suatu kalangan tertentu saja, karena Islam bersifat universal. Maka perintah Allah untuk hambanya juga bersifat universal, termasuk di dalamnya pendidikan.

Pendidikan dalam Islam merupakan aspek yang dianggap mulia, Allah mengajarkan manusia melalui Nabinya untuk memberikan kesetaraan dan keadilan bagi khususnya penyandang disabilitas di dalam mendapatkan pendidikan.

“Prinsip kesetaraan dan keadilan dalam akses pendidikan, terutama bagi penyandang disabilitas, dijunjung tinggi dalam ajaran agama Islam. Salah satu panduan penting dalam melaksanakan pendidikan inklusif dalam Islam adalah Surat Abasa.”

2 dari 4 halaman

Berawal dari Wajah Masam Rasulullah SAW

Secara harfiah Abasa berarti "bermuka masam" dan merupakan surat ke-80 dalam Al-Quran. Surat ini termasuk dalam kategori surat Makiyyah. Artinya diturunkan saat periode Mekkah dan memuat dialog mengenai hari kiamat yang disebut munaqosah.

Meskipun surat ini dimulai dengan teguran kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihiwassallam, hal itu justru meningkatkan kemuliaan beliau karena kesediaannya menyampaikan pesan teguran tersebut kepada umatnya.

Kandungan surat ini menegaskan sikap terbuka Nabi SAW dalam menyampaikan pesan-pesan penting, bahkan ketika itu melibatkan kritik langsung dari Sang Pencipta.

Allah subhanAllahu wata’ala berfirman:

عَبَسَ وَتَوَلَّىٰٓ

 “Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling”

Pada ayat pertama, Allah Subhanahu wa Ta'ala menggambarkan bahwa Nabi Muhammad SAW mengekspresikan ketidaksenangan dengan mengernyitkan dahinya dan memalingkan wajahnya ke arah lain.

3 dari 4 halaman

Sahabat Disabilitas Netra Abdullah bin Ummi Maktum

Adapun penyebab mengapa Nabi shalallahu ‘alaihiwassallam berperilaku seperti ini dijelaskan lebih lanjut dalam ayat berikutnya, di mana Allah SWT berfirman:

أَن جَآءَهُ ٱلْأَعْمَىٰ

“Karena seorang tunanetra telah datang (kepadanya)”

Allah SWT menurunkan ayat ini untuk memberikan peringatan kepada Nabi Muhammad SAW terkait sikapnya terhadap Abdullah bin Ummi Maktum, seorang sahabat yang memiliki disabilitas netra, yang datang menemuinya.

Pada saat yang bersamaan, Nabi SAW sedang berdakwah kepada para pembesar Quraish. Nabi SAW senantiasa berharap agar para pemimpin Quraisy masuk Islam, karena keyakinannya bahwa jika mereka memeluk agama Islam, para pengikut mereka juga akan mengikuti jejak pemimpinnya.

Saat Nabi SAW tengah fokus berdakwah kepada para pemimpin Qurais, tiba-tiba Abdullah bin Ummi Maktum datang dan langsung memotong pembicaraan untuk meminta petunjuk tentang agama Islam.

Hal ini membuat Nabi SAW merasa terganggu karena kehadiran sahabat tersebut terjadi pada saat penting dalam dakwah. Akibatnya, Nabi menunjukkan ekspresi kekecewaan dengan mengernyitkan dahinya dan memalingkan wajahnya dari Abdullah bin Ummi Maktum, untuk kemudian melanjutkan dakwahnya kepada para pemimpin Quraisy yang memiliki pengaruh sosial dan ekonomi yang besar.

4 dari 4 halaman

Sejalan dengan Pendidikan Inklusif

Adapun apa yang menjadi keinginan Abdullah bin Ummi Maktum radhiallahu ‘anhu dijelaskan kemudian di ayat ketiga:

 وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُۥ يَزَّكَّىٰٓ

“Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa)”

Melalui ayat ini, Allah SWT mengingatkan Rasulullah SAW yang tidak menghiraukan Abdullah bin Ummi Maktum.

Dari ayat-ayat ini, Bima yang juga seorang penyandang disabilitas netra menilai bahwa Allah mengingatkan Nabi untuk senantiasa memberikan pendidikan kepada siapapun termasuk penyandang disabilitas.

Apalagi penyandang disabilitas yang dalam firman ini adalah Abdullah bin Ummi Maktum memang sengaja datang untuk meminta petunjuk dan pengajaran dari Rasulullah SAW.