Sukses

Hari Kesadaran Autisme Sedunia 2 April 2024, Begini Sejarah dan Tujuan Penetapannya

World Autism Awareness Day dibuat untuk mendukung hak serta kesejahteraan penyandang disabilitas. Termasuk disabilitas intelektual dan disabilitas perkembangan.

Liputan6.com, Jakarta - Hari Kesadaran Autisme Sedunia jatuh setiap tanggal 2 April. Sepanjang sejarahnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN) telah memperingati hari ini untuk merayakan keberagaman.

World Autism Awareness Day dibuat untuk mendukung hak serta kesejahteraan penyandang disabilitas. Termasuk disabilitas intelektual dan disabilitas perkembangan.

Pada 2008, Konvensi Hak Penyandang Disabilitas mulai berlaku, menegaskan kembali prinsip dasar hak asasi manusia universal untuk semua. Tujuannya adalah untuk memajukan, melindungi dan menjamin penikmatan seluruh hak asasi manusia. Dan kebebasan mendasar secara penuh serta setara oleh semua penyandang disabilitas.

Konvensi Hak Penyandang Disabilitas juga dirancang untuk meningkatkan penghormatan terhadap martabat yang melekat pada difabel. Hal ini merupakan alat penting untuk menumbuhkan masyarakat yang inklusif dan peduli terhadap semua orang.

“Juga untuk memastikan bahwa semua anak dan orang dewasa dengan autisme dapat menjalani kehidupan yang utuh dan bermakna,” mengutip laman UN, Selasa (2/4/2024).

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan suara bulat mendeklarasikan tanggal 2 April sebagai Hari Kesadaran Autisme Sedunia (A/RES/62/139). Hari ini ditetapkan untuk menyoroti perlunya membantu meningkatkan kualitas hidup penyandang autisme sehingga mereka dapat menjalani kehidupan yang utuh dan bermakna sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat.

2 dari 4 halaman

Mengenal Autisme

Pihak UN menjelaskan, autisme adalah suatu kondisi neurologis seumur hidup yang muncul pada masa kanak-kanak, tanpa memandang jenis kelamin, ras, atau status sosial ekonomi.

Istilah spektrum autisme mengacu pada serangkaian karakteristik, dukungan, akomodasi dan penerimaan yang tepat terhadap variasi neurologis. Ini memungkinkan mereka yang termasuk dalam spektrum untuk menikmati kesempatan yang sama, berpartisipasi penuh dan efektif dalam masyarakat.

3 dari 4 halaman

Ditandai Interaksi Sosial yang Unik

Autisme terutama ditandai oleh:

  • Interaksi sosialnya yang unik.
  • Cara belajar yang tidak standar.
  • Minat yang tinggi pada mata pelajaran tertentu.
  • Kecenderungan terhadap rutinitas.
  • Tantangan dalam komunikasi yang khas.
  • Cara tertentu dalam memproses informasi sensorik.

Tingkat autisme di seluruh wilayah di dunia tinggi dan kurangnya pemahaman mempunyai dampak yang luar biasa pada individu, keluarga, dan komunitas.

Stigmatisasi dan diskriminasi yang terkait dengan perbedaan neurologis masih menjadi hambatan besar dalam diagnosis dan terapi. Sebuah masalah yang harus diatasi baik oleh pembuat kebijakan publik di negara-negara berkembang, serta negara-negara donor.

4 dari 4 halaman

Tak Semua Penyandang Autisme Tunjukkan Gejala yang Sama

Melansir Webmd, setiap penyandang autisme akan terkena dampak yang berbeda-beda. Beberapa orang mengalami masa-masa yang lebih menantang dalam kemampuan sosial, pembelajaran, atau komunikasi.

Mereka mungkin memerlukan bantuan dalam tugas sehari-hari dan dalam beberapa kasus tidak dapat hidup sendiri. Banyak orang menyebutnya sebagai low-functioning autism.

Beberapa penyandang lainnya mungkin mengalami autisme dengan gejala yang tidak terlalu kentara. Mereka sering kali berprestasi baik di sekolah dan memiliki lebih sedikit masalah dalam berkomunikasi. Orang biasanya menyebutnya sebagai high-functioning autism.

Namun secara umum, gejala autisme meliputi:

  • Kurangnya kontak mata.
  • Rentang minat yang sempit atau minat yang intens terhadap topik tertentu.
  • Melakukan sesuatu berulang-ulang, seperti mengulang kata atau frasa, bergoyang maju mundur, atau memainkan benda secara gelisah (seperti menekan tombol lampu).
  • Sensitivitas tinggi terhadap suara, sentuhan, bau, atau pemandangan yang tampak biasa bagi orang lain.
  • Tidak melihat atau mendengarkan orang lain.
  • Enggan dipeluk.
  • Masalah dalam memahami atau menggunakan ucapan, gerak tubuh, ekspresi wajah, atau nada suara.
  • Berbicara dengan suara nyanyian, datar, atau seperti robot.
  • Kesulitan beradaptasi dengan perubahan rutinitas.