Sukses

Permudah Akses Belajar Al-Quran Braile bagi Penyandang Disabilitas Netra, BAZNAS Latih Pengajar Khusus

BAZNAS latih pengajar agama kenali Al-Quran Braille untuk mudahkan akses belajar para penyandang disabilitas netra.

Liputan6.com, Jakarta - Penyandang disabilitas netra berhak memperoleh akses pendidikan Al-Quran yang berkualitas.

Hal ini melatarbelakangi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI dalam menyelenggarakan program Training of Trainers (ToT) pengajar dan penyaluran Al-Quran Braille.

Program ToT dan Penyaluran Al-Quran Braille bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Netra diselenggarakan di Yayasan Pesantren Bina Cendikia, Jakarta, pada Kamis, 6 Juni 2024.

Pimpinan BAZNAS RI Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan, Saidah Sakwan, MA. menyampaikan, BAZNAS terus berupaya memberikan manfaat kepada masyarakat yang membutuhkan. Tidak terkecuali kepada penyandang disabilitas dalam memperoleh pendidikan agama dan Al-Quran.

"Program ini juga nantinya akan dilaksanakan di berbagai pondok pesantren, yayasan atau lembaga pendidikan, dan tempat pendidikan di Indonesia lainnya yang sesuai," kata Saidah mengutip keterangan pers, Jumat (7/6/2024).

Saidah berharap, dengan adanya kegiatan ini, BAZNAS bisa memperoleh tenaga pendidik Al-Quran yang berkualitas bagi penyandang disabilitas sensorik netra. Sehingga, bisa mencetak generasi penghafal Al-Quran di kalangan penyandang disabilitas.

Sementara itu, Plt. Kepala Divisi Penguatan Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS RI, Iqbal Rahmat, S.E. mengatakan, program ini merupakan bentuk dukungan dan kepedulian BAZNAS RI terhadap penyandang disabilitas sensorik netra dalam mendapatkan akses pendidikan Al-Quran.

"Kegiatan ini diselenggarakan sebagai bentuk keberpihakan BAZNAS RI terhadap penyandang disabilitas dengan mempersiapkan pengajar yang kompeten di bidangnya, serta menyediakan Al-Quran Braille bagi teman-teman penyandang disabilitas sensorik netra," ucap Iqbal.

2 dari 4 halaman

Bekali Pengajar Ilmu tentang Al-Quran Braille

Iqbal menambahkan, program ini juga sebagai upaya BAZNAS untuk berperan aktif membantu pemerintah. Khususnya dalam memastikan penyandang disabilitas mendapatkan kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan agama. Sebagaimana yang telah diatur dalam UU No. 8 Tahun 2016 pasal 14 ayat C.

Dalam pelaksanaannya, Iqbal menjelaskan, para peserta akan dibekali dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mengajar Al-Quran Braille bagi penyandang disabilitas sensorik netra.

BAZNAS RI juga bekerja sama dengan BAZNAS Provinsi maupun BAZNAS Kota/Kabupaten untuk memastikan program tersebut berjalan baik.

3 dari 4 halaman

Siapkan Tenaga Pendidik Khusus yang Kompeten

Dalam keterangan yang sama, Ketua Yayasan Pesantren Bina Cendikia Baharudin Noveriyanto, M.Ikom.,  menyambut baik program Training of Trainers (ToT) pengajar Al-Quran Braille.

"Kami sangat bersyukur dengan adanya program ini. Seperti yang kita ketahui, di Indonesia masih banyak masyarakat berkebutuhan khusus yang belum mampu membaca Al-Quran. Kami berharap, dengan adanya kegiatan ini bisa menyiapkan tenaga pendidik yang kompeten dalam membantu teman-teman disabilitas sensorik netra," jelasnya.

Baharudin juga mengucapkan terima kasih kepada BAZNAS RI atas bantuan yang diberikan.

"Semoga apa yang sedang kita usahakan ini bisa memberikan manfaat yang besar dan bisa memberikan keberkahan untuk kita semua.”

4 dari 4 halaman

Mengenal Al-Quran Braille

Untuk diketahui, Al-Quran Braille bagi penyandang disabilitas netra berbeda dengan Al-Quran yang dicetak untuk orang awas dalam sisi tata letak.

Menurut Dosen Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) DR. Didi Tarsidi, M.Pd., tentu saja, kedua jenis mushaf tersebut memiliki isi ayat-ayat yang sama.

“Yang berbeda adalah format pencetakannya. Karena ukuran huruf Braille yang lebih besar daripada huruf awas, maka jumlah halaman mushaf Braille pun jauh lebih banyak,” kata Didi dalam keterangan tertulis, Rabu, 28 Juni 2023.

Ia menambahkan, di kalangan orang awas, untuk memulai tadarus, di samping menyebutkan nomor surah dan nomor ayat yang akan mulai dibaca, biasanya mereka juga menyebutkan nomor halamannya.

Selain itu, pergantian giliran membaca pun pada umumnya didasarkan atas perpindahan halaman pada Al-Quran itu.

“Oleh karena itu, sangat penting bagi peserta tadarus yang tunanetra mengetahui ayat berapa saja yang harus dibacanya bila dia mendapat giliran membaca halaman tertentu,” jelas Didi.