Sukses

Cerita Ayah di Bandung yang Beri Akses Interaksi Inklusif bagi Anaknya dengan Disabilitas

Ayah di Bandung ceritakan upaya memberi akses dan hak bermain bagi anaknya yang menyandang disabilitas daksa di Hari Bermain Internasional.

Liputan6.com, Jakarta Hari Bermain Internasional yang dirayakan pertama kali pada Selasa, 11 Juni 2024 adalah momen mengingat pentingnya bermain bagi anak. Termasuk anak-anak yang menyandang disabilitas.

Menyambut hari ini, Direktur Organisasi Disabilitas Bandung Independent Living Center (BILiC), Zulhamka Julianto Kadir bercerita tentang dirinya tak membatasi hak bermain bagi sang buah hati.

“Bagi saya seorang penyandang disabilitas dan ayah dari anak penyandang disabilitas yang sama-sama menggunakan kursi roda, saya tidak membatasi anak saya untuk menikmati masa kecilnya bermain dengan teman-teman sebayanya,” kata pria yang akrab disapa Anto kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan suara, Selasa, 11 Juni 2024.

Anto sadar, bermain adalah waktu bagi anak-anak untuk bersosialisasi, berinteraksi, dan menciptakan suasana yang inklusif. Kehadiran anak Anto di tengah teman-temannya yang non disabilitas menjadi sebuah cara mengenalkan antara disabilitas dan non disabilitas.

“Artinya, anak saya nantinya tidak minder, tetap percaya diri berada di lingkungan. Begitu pun teman sebayanya tidak melakukan perundungan dan sebagainya karena sudah mengenal ada temannya yang menyandang disabilitas dengan kursi roda.”

Upaya lain yang dilakukan Anto agar sang anak tidak merasa terbatas dalam kegiatan bermain dan bersosialisasi adalah menyekolahkan buah hati di sekolah inklusif.

“Di sana tercipta pembentukan karakter yang betul-betul baik menurut saya. Ketika jam istirahat, anak saya tetap bisa bermain bola dengan teman-temannya walaupun dia sambil duduk. Artinya dia dilibatkan secara langsung, berpartisipasi saat bermain dengan teman-temannya,” papar Anto.

2 dari 4 halaman

Tumbuhkan Sikap Saling Membantu

Anto menambahkan, putranya, Ken sempat pula di ajak teman-temannya ke taman bermain. Meski tempat bermainnya ada yang akses dan tidak akses, tapi kesulitan itu hilang karena adanya sikap saling membantu.

“Walaupun wahana permainan ada yang akses dan tidak akses, ketika tidak akses teman-temannya saling membantu. Nah di situlah membentuk keragaman, kesadaran, empati, dari teman-temannya.”

Di satu sisi, Ken bisa menikmati masa-masa kecilnya, di sisi lain teman-temannya bisa mengenal dan memahami cara membantu penyandang disabilitas.

“Ini baru dari sisi disabilitas pengguna kursi roda, harapannya sih hak-hak anak dengan ragam kebutuhan khusus lainnya tidak dilupakan dan tetap diperhatikan dari segala aspek sehingga masa kanak-kanaknya tetap terjaga,” harap Anto.

3 dari 4 halaman

Bermain Bantu Bangun Hubungan Antar Individu

Sebelumnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menjelaskan bahwa International Day of Play atau Hari Bermain Internasional 11 Juni bertujuan menumbuhkan ketahanan, kreativitas, dan inovasi pada individu. Khususnya bagi anak-anak, bermain membantu membangun hubungan, meningkatkan kontrol diri, mengatasi trauma, dan memecahkan masalah.

Ini membantu anak-anak mengembangkan keterampilan kognitif, fisik, kreatif, sosial, dan emosional yang mereka butuhkan untuk berkembang di dunia yang berubah dengan cepat.

Membatasi kesempatan bermain secara langsung dapat menghambat kesejahteraan dan perkembangan anak. Dalam lingkungan pendidikan, pembelajaran berbasis bermain telah diakui sebagai pendekatan yang efektif untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

4 dari 4 halaman

Bermain Mendorong Toleransi dan Inklusi Sosial

Bermain juga membantu membuat pembelajaran lebih menyenangkan dan relevan, sehingga meningkatkan motivasi dan retensi informasi.

Selain itu, bermain dianggap memiliki dampak positif dalam mendorong toleransi, ketahanan, serta memfasilitasi inklusi sosial, pencegahan konflik, dan pembangunan perdamaian.

"Sebagai pengakuan atas hal ini, Konvensi PBB tentang Hak Anak telah menetapkan bermain sebagai hak dasar setiap anak berdasarkan Pasal 31," mengutip laman resmi PBB, Selasa, 11 Juni 2024.