Sukses

Museum di Indonesia Semakin Ramah Disabilitas

Revitalisasi museum adalah langkah strategis yang penting dalam mendukung pelestarian warisan sejarah dan budaya Indonesia termasuk untuk meningkatkan aksesibilitas bagi pengunjung disabilitas.

Liputan6.com, Jakarta Museum sudah sepatutnya menjadi tempat masyarakat termasuk penyandang disabilitas untuk belajar sejarah.

Sayangnya, dulu museum dianggap sebagai tempat yang tidak menarik karena terlihat tua, kusam, dan koleksinya kuno. Di sisi lain, aksesibilitas museum bagi pengunjung disabilitas di masa lalu juga belum optimal.

Hal ini menjadikan revitalisasi museum sebagai langkah strategis yang penting dalam mendukung pelestarian warisan sejarah dan budaya Indonesia.

Pada Mei 2024 lalu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI (Kemendikbud Ristek) meresmikan Badan Layanan Umum (BLU) pertamanya di bidang kebudayaan, yakni Indonesian Heritage Agency (IHA).

Sejak resmi berdiri, IHA telah menginisiasi program revitalisasi museum dan cagar budaya, seperti revitalisasi Museum Benteng Vredeburg, Museum Nasional Indonesia, Museum Song Terus, dan masih banyak lagi. 

Meskipun keberadaan BLU Museum dan Cagar Budaya menuai berbagai pandangan, pegiat museum Yosef Kelik, menyoroti manfaat positif dari otonomi keuangan BLU dalam mengelola museum dan cagar budaya.

"Dengan adanya BLU khusus untuk museum dan cagar budaya, ini menjadi peluang besar untuk mendukung kemajuan budaya dan pelestarian museum serta cagar budaya di Indonesia. Pendapatan yang dikelola secara mandiri melalui tarif kunjungan museum bisa langsung digunakan untuk meningkatkan layanan dan fasilitas museum,” kata Yosef kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan teks, Kamis, 11 Juli 2024.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Museum Semakin Ramah Disabilitas

Peneliti dari Museum Ullen Sentalu, Yogyakarta itu menambahkan, dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat telah melihat perubahan besar dalam dunia permuseuman di Indonesia. Salah satunya dalam menyediakan layanan ramah disabilitas.

“Dalam pandangan saya pribadi, soal layanan ramah disabilitas sebenarnya sudah banyak kemajuan jika dibanding 10 atau 20 tahun lalu,” ucap Yosef.

“Namun, penilaian yang lebih fair (adil) soal ini, juga penciptaan layanan ramah disabilitas di museum-museum, rasanya suara dari komunitas disabilitas perlu untuk didengar dan dilibatkan.”

3 dari 4 halaman

Penetapan Harga Tiket Museum Masih Jadi Bahan Diskusi

Museum di Indonesia mengalami perubahan besar, tapi terkadang penetapan harga tarif masuk museum masih menjadi bahan diskusi dari berbagai kalangan.

“Harga tiket yang terlalu murah seringkali membuat orang berpikir bahwa mereka akan mendapatkan pengalaman yang juga murahan. Padahal, banyak museum sekarang telah bertransformasi menjadi tempat yang keren dan menarik,” papar Yosef.

“Dulu, banyak museum di Indonesia dikenal dengan image (citra) yang kurang menarik, gedungnya tua dan kusam, koleksinya barang-barang kuno, dan pegawainya kurang bersemangat. Namun, beberapa tahun terakhir, banyak yang telah berubah,” imbuhnya.

Museum-museum kini didesain lebih modern, eye-catching, dan bahkan menjadi tempat favorit untuk museum date. Ini menunjukkan betapa jauh perkembangan yang telah dicapai.

Ada beberapa saran yang disampaikan Yosef untuk para pengelola museum agar mereka lebih percaya diri dalam menaikkan tarif tiket, termasuk:

  • Pastikan museum yang dikelola bersih.
  • Pastikan koleksi tertata.
  • Peka terhadap perkembangan zaman.
  • Menghadirkan layanan prima.
  • Sering mengadakan kegiatan seperti pameran temporer, diskusi/seminar, hingga pertunjukan.

Jika hal-hal tersebut sudah dilakukan, Yosef berpendapat, para pengelola museum mestinya percaya diri untuk menarik tiket ataupun meningkatkan tarif biaya masuk guna mendukung peningkatan layanan yang lebih baik ke depannya.

4 dari 4 halaman

Kelompok yang Berhak Dapatkan Tiket Gratis Museum

Hingga saat ini, harga tiket museum yang dikelola oleh pemerintah khususnya di bawah naungan BLU Indonesian Heritage Agency berada di kisaran Rp3000 hingga Rp10.000.

“Meskipun ada potensi peningkatan tarif museum untuk peningkatan fasilitas dan layanan, tentu harus pula ada kebijakan harga khusus yang lebih murah atau bahkan bisa saja gratis untuk kelompok pengunjung tertentu seperti pelajar dan mahasiswa untuk tujuan edukasi.”

Lantas, apakah tiket gratis juga berhak untuk diberikan kepada pengunjung disabilitas?

“Tentang tiket gratis untuk kaum difabel/disabel/berkebutuhan khusus itu menurut saya bisa diakomodasi untuk momen-momen tertentu, semacam hari-hari nasional tertentu, atau hari-hari peringatan lainnya. Atau dibuka kemungkinannya juga via pengajuan resmi oleh pihak komunitas kepada museum yang hendak dikunjungi.”

“Menurut saya, prioritas tiket gratis atau setidaknya murah itu untuk kategori pelajar dan mahasiswa secara general,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.