Sukses

Penyandang Autisme 160 Kali Lebih Berisiko Tenggelam Ketimbang Non-Autis, Kok Bisa?

Autism Society of America menyampaikan bahwa tenggelam adalah penyebab utama kematian penyandang autisme.

Liputan6.com, Jakarta Penelitian dari Universitas Columbia menunjukkan bahwa orang-orang dengan autisme 160 kali lebih mungkin tenggelam ketimbang mereka yang tidak menyandang autisme dan spektrumnya.

Autism Society of America juga menyampaikan bahwa tenggelam adalah penyebab utama kematian penyandang autisme.

Lantas, mengapa para penyandang autisme lebih berisiko tenggelam ketimbang neurotipikal?

Menurut Wakil Presiden Program Nasional di Autism Society of America, Allie Tasche, penyandang autisme lebih berisiko tenggelam karena mereka kerap mengembara (wandering).

“Orang autis berisiko lebih tinggi tenggelam karena tingginya insiden mengembara,” kata Tasche mengutip Newsweek, Senin (19/8/2024).

Sekitar 50 persen orang dengan autisme akan mengembara, menurut sebuah penelitian dari Kennedy Krieger Institute.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menggambarkan pengembaraan orang autisme sebagai tindakan ketika mereka meninggalkan daerah aman atau di luar pantauan pengasuh.

Kecenderungan mengembara atau berkeliaran memengaruhi individu yang memiliki disabilitas, seperti gangguan spektrum autisme (ASD) atau disabilitas intelektual (ID).

Dalam sebuah studi dari Autism Speaks, badan amal tersebut menjelaskan bahwa "berkeliaran bagi anak-anak autis adalah hal biasa, tapi berbahaya dan dapat memberikan tekanan yang luar biasa pada keluarga."

"Ketika seseorang dengan autisme telah mengembara, mereka mungkin berada dalam kondisi semangat yang tinggi, sehingga mengubah kemampuan mereka untuk menentukan apa yang aman atau tidak," kata Tasche kepada Newsweek.

"Ini berarti bahwa individu tersebut tanpa sadar dapat menempatkan dirinya dalam situasi berbahaya, terutama ketika berjalan menuju air," tambahnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Orang dengan Autisme Bisa Saja Tak Sadar Bahaya

Seorang profesor di Universitas Missouri-St. Louis di College of Nursing, Tonya Haynes, mengatakan bahwa autisme memang memicu kelainan pada otak.

"Autisme adalah kelainan perkembangan yang cenderung mengakibatkan kelainan otak," ujar Haynes.

“Karena ada kelainan dalam fungsi otak dan perkembangan otak, maka anak-anak dan individu dengan autisme cenderung memproses sesuatu secara berbeda.”

Haynes, yang juga merupakan Champion of Change untuk Autism Speaks, menambahkan bahwa, orang dengan autisme bisa saja tidak memiliki kesadaran akan bahaya atau soal kedalaman air.

"Mungkin tidak ada kesadaran akan bahaya dan pemahaman akan keselamatan, dan apresiasi terhadap variasi kedalaman air."

3 dari 4 halaman

Peningkatan Risiko Mengembara Bisa Dipicu Hal yang Dianggap Menarik

Haynes menambahkan, ada hal yang bisa meningkatkan risiko terjadinya pengembaraan pada individu autisme.

“Diagnosis autisme itu sendiri merupakan faktor risiko. Jika anak memiliki minat tertentu, jika anak berada di lingkungan dengan sesuatu yang membuatnya tertarik, maka anak tersebut berisiko lebih tinggi untuk mengembara, terutama di dekat perairan atau kolam renang,” kata Haynes.

Dijelaskan pula bahwa peningkatan kasus tenggelam terjadi saat musim panas, di mana kegiatan yang berhubungan dengan air juga meningkat.

“Ada peningkatan tragedi pengembaraan selama bulan-bulan musim panas. Saat cuaca memanas, ada peningkatan alami dalam ketersediaan perairan rekreasi seperti kolam renang atau perjalanan ke pantai,” kata Haynes.

4 dari 4 halaman

Air Dapat Menenangkan Anak Autisme

Tasche dan Haynes sama-sama mengatakan bahwa air dapat menenangkan anak autisme.

Fakta ini juga ditekankan dalam laporan dari Universitas Columbia, yang mengutip pernyataan Dr Guoha Li.

"Dengan gangguan komunikasi dan keterampilan sosial, anak-anak autis cenderung mencari bantuan dari kegelisahan mereka yang meningkat dari ketenangan perairan. Sayangnya, perilaku ini juga sering menyebabkan tragedi," kata Li.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.