Liputan6.com, Jakarta Skill atau kemampuan kerja menjadi hal penting untuk dimiliki oleh para penyandang disabilitas termasuk disabilitas netra.
Hal ini dipegang teguh oleh terapis pijat di Kokuo Reflexology, Andry Prayogo. Pria penyandang disabilitas netra ini menjadi terapis di Kokuo sejak Oktober 2023. Namun, perjalanannya dalam mencari ilmu di bidang pijat sudah dimulai sejak 2012.
Baca Juga
“Saya belajar pijat dari 2012 sampai 2014, itu belajar. Dan belajarnya itu ada PKL-nya, ada magangnya, teori maupun praktik itu ada,” ujar Andry kepada Disabilitas Liputan6.com saat ditemui di Kokuo Signature, Jakarta Selatan, Kamis, 5 September 2024.
Advertisement
Andry mendalami ilmu pijat di Sentra Terpadu Pangudi Luhur di bawah Kementerian Sosial (Kemensos). Dari sana, ia mendapatkan sertifikat sebagai terapis hingga membuka tempat pijat sendiri.
“Dari 2015 awal (buka terapi sendiri). Sempat pernah ngikut orang, sempat pernah buka sendiri, bahkan sempat pernah pijat online melalui aplikasi,” ujar pria yang identik dengan kacamata hitam itu.
Ia kemudian memutuskan untuk bergabung dengan Kokuo pada Agustus 2023. Lalu, mengikuti pelatihan dan mulai bekerja pada Oktober di tahun yang sama.
Setiap memulai sesi pijat, untuk menghindari kesalahpahaman, Andry kerap menjelaskan kepada pelanggan bahwa dirinya mengenakan kacamata hitam karena menyandang tunanetra
“Mohon maaf saya izin mengenakan kacamata hitam karena saya seorang tunanetra,” kata Andry.
Ramah dan Profesional
Dalam menjalankan tugas, Andry selalu menghadirkan sikap sopan dan ramah. Sebelum mulai pijat, ia memperlihatkan timer atau penghitung waktu agar waktu memijatnya tepat, tidak kurang dan tidak lebih. Yakni 60 menit atau sesuai dengan pilihan terapi yang dipesan pelanggan di resepsionis.
Dia pun selalu meminta izin dengan sopan setiap melakukan perpindahan gerakan. Misalnya saat hendak menggulung celana pelanggan saat hendak memijat bagian kaki dan saat berpindah dari pijat kaki ke pijat bagian tangan.
Menurut pantauan tim Disabilitas Liputan6.com, pijatan Andry terbilang nyaman, bahkan tingkat kekuatannya dapat diatur sesuai keinginan customer, layaknya terapis profesional lainnya.
Advertisement
Menyandang Disabilitas Netra Karena Kecelakaan
Andry berkisah, dirinya lahir sebagai non disabilitas. Namun, kecelakaan lalu lintas membuatnya menjadi penyandang disabilitas netra sejak 2009.
“Peristiwa 2009 bulan Maret, usia 19 tahun lagi kuliah. Naik motor tapi saya tidak tahu ditabrak apa nabrak, saya ditemukan di fly over Kranji daerah Bekasi Barat,” kenang Andry.
“Kalau kata saksi yang menemukan saya, helm saya belakang remuk bahkan kaki, tangan, rahang, hidung, dan tulang pipi saya patah. Makanya dalam pipi sebelah kanan saya ada pen (pengganti tulang) seumur hidup,” jelas Andry.
Akibat kejadian itu, perjalanan studinya di bidang ekonomi pun tak tuntas. Namun, disabilitas netra yang disandang sama sekali tak menghalangi usaha Andry untuk melanjutkan kehidupan. Kini, dia membuktikan bahwa dirinya bisa mandiri secara finansial.
Kesempatan Kerja yang Inklusif Bantu Kemandirian Finansial Difabel
Andry pun mengapresiasi program yang diusung pihak Kokuo untuk memberi kesempatan kerja pada penyandang disabilitas. Baginya, kesempatan ini sangat membantu secara finansial.
“Saya bilang, benar-benar mensejahterakan, terutama saya secara finansial, materi, membantu,” ujar Andry.
Kini, ia pun semangat bekerja meski menempuh jarak jauh dari Bekasi ke Kokuo Melawai, Jakarta Selatan. Setiap harinya, ia menggunakan moda transportasi Transjakarta dan mulai bekerja pukul 9.30 hingga 20.30 WIB.
Advertisement
Kokuo Reflexology Beri Kesempatan Kerja Disabilitas Sejak 2023
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Kokuo Reflexology, Muhammad Nur Rohim mengatakan bahwa pihaknya mulai membuka peluang untuk terapis penyandang disabilitas netra sejak 2023.
“Sejak 2023 (merekrut terapis disabilitas netra), total sampai sekarang ada sekitar 50 terapis pijat yang dipekerjakan dan disebar di berbagai cabang,” ujar pria yang akrab disapa Rohim kepada Disabilitas Liputan6.com.
Dia menambahkan, pihaknya menerima penyandang disabilitas netra dengan berbagai derajat seperti 85 persen yang masih dapat melihat cahaya, hingga 100 persen atau tunanetra total.
Atas kiprah memberi kesempatan kerja bagi penyandang disabilitas, Kokuo yang dibangun oleh pengusaha asal Cirebon, Sofyan Susilo mendapat penghargaan dari Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini.
Ini adalah penghargaan prestisius dari Kementerian Sosial RI dalam program Graduasi Program PENA (Pahlawan Ekonomi Nusantara), sebuah inisiatif yang dirancang untuk mengakui dan merayakan kontribusi signifikan para pelaku usaha dalam memajukan ekonomi lokal dan nasional.
Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Mensos RI Tri Rismaharini yang senantiasa memberi pengakuan resmi atas upaya dan pencapaian Kokuo Reflexology sebagai salah satu pemberdaya komunitas netra.