Sukses

4 Terapi Rekomendasi Dokter untuk Bantu Anak dengan Gangguan Tumbuh Kembang Capai Potensi Maksimal

Jenis terapi yang efektif untuk penanganan gangguan tumbuh kembang anak sangat tergantung dari jenis gangguan (diagnosis) serta derajat gangguan berdasarkan hasil asesmen.

Liputan6.com, Jakarta Gangguan tumbuh kembang pada anak dapat diatasi dengan berbagai terapi. Penanganan sejak dini dapat membantu anak mencapai potensi maksimalnya.

Menurut dokter spesialis anak konsultan neuropediatri Eka Hospital Cibubur Lies Dewi N, jenis terapi yang efektif untuk penanganan gangguan tumbuh kembang anak sangat tergantung dari jenis gangguan (diagnosis) serta derajat gangguan berdasarkan hasil asesmen.

Berikut adalah jenis-jenis terapi yang dapat diberikan:

  • Terapi fisik: Meningkatkan kemampuan motorik kasar dan motorik halus anak melalui latihan fisik yang terstruktur.
  • Terapi sensori integrasi/terapi okupasi: Membantu anak mengembangkan interaksi, kemampuan sensorik, dan keterampilan sehari-hari.
  • Terapi wicara: Membantu anak dengan keterlambatan bicara dan bahasa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi atau memahami bunyi wicara dan bahasa.
  • Terapi perilaku: Mengatasi masalah perilaku dan emosional melalui pendekatan psikologis.

Sebelum menentukan terapi, orangtua perlu memahami tanda-tanda gangguan tumbuh kembang pada anak agar diketahui penanganannya sejak dini.

Menurut Lies, tumbuh kembang anak adalah suatu proses yang kompleks dan krusial, mencakup perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial anak.

“Sangat penting untuk memastikan anak dapat mencapai potensi maksimalnya,” ujar Lies dalam keterangan pers dikutip Rabu (11/9/2024).

2 dari 4 halaman

Ciri-Ciri Anak dengan Gangguan Tumbuh Kembang

Lies menambahkan, gangguan tumbuh kembang pada anak dapat dikenali melalui beberapa ciri, antara lain:

Keterlambatan Bicara dan Bahasa

Anak tidak mampu berbicara atau memahami bahasa sesuai dengan usianya. Ada beberapa red flags penting yaitu:

  • Usia 12 bulan tidak ada babbling, belum bisa menunjuk, serta mimik wajah yang kurang.
  • Usia 16 bulan belum ada kata-kata yang berarti.
  • Usia 24 bulan belum menguasai minimal 25 kosa kata, belum bisa menyusun kalimat pendek terdiri dari 2 kata yang dapat dimengerti.
  • Kehilangan kemampuan bicara dan kemampuan sosial pada usia berapapun (regresi).
3 dari 4 halaman

Gangguan Motorik

Kesulitan dalam melakukan gerakan-gerakan tertentu, seperti tengkurap, duduk, merangkak, atau berjalan sesuai usianya. Berikut adalah red flags perkembangan motorik:

  • Usia 4 bulan kepala belum tegak (masih head lag)
  • Usia 9 bulan belum bisa duduk sendiri.
  • Usia 1 tahun belum bisa berdiri sendiri.
  • Usia 1,5 tahun belum bisa berjalan sendiri.

Keterlambatan Sosial dan Emosional

Ciri ketiga yang dapat menunjukkan gangguan tumbuh kembang pada anak adalah keterlambatan sosial dan emosional.

Dengan masalah ini, anak kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain, menunjukkan emosi yang tidak sesuai, atau tidak merespons interaksi sosial.

Masalah Kognitif

Masalah kognitif juga menjadi salah satu ciri gangguan tumbuh kembang pada anak. Hal ini membuat anak kesulitan dalam mempelajari hal-hal baru, mengingat, atau memecahkan masalah.

Gangguan Sensorik

Anak yang memiliki gangguan tumbuh kembang juga kerap memiliki masalah gangguan sensorik. Ini termasuk sensitivitas berlebih atau kurang terhadap suatu rangsangan sensorik seperti suara, cahaya, atau sentuhan tertentu.

4 dari 4 halaman

Curiga Anak Alami Masalah Tumbuh Kembang?

Jika orangtua mencurigai anak mengalami gangguan tumbuh kembang, lanjut Lies, segera konsultasikan dengan dokter anak atau ahli tumbuh kembang anak.

“Penanganan yang tepat akan disesuaikan dengan jenis dan tingkat keparahan gangguan.”

Beberapa pendekatan yang umum dilakukan antara lain:

  • Deteksi dini: memantau perkembangan anak secara rutin dan mengidentifikasi tanda-tanda gangguan sejak dini.
  • Evaluasi dan diagnosis: melakukan evaluasi jenis gangguan tumbuh kembang anak dengan bantuan profesional, seperti dokter anak, dokter rehabilitasi medis, atau psikolog.
  • Intervensi dini: program intervensi yang disesuaikan dengan jenis gangguan dan kebutuhan anak, seperti fisioterapi, sensori integrasi, terapi wicara, terapi okupasi, atau terapi perilaku.

“Pendidikan serta dukungan orangtua dan keluarga yang mengasuh agar terlibat dalam proses terapi dan mengulang home program yang ditugaskan di rumah,” pungkas Lies.