Liputan6.com, Jakarta - Skrining kesehatan mental menjadi hal penting dan perlu masuk dalam program pemeriksaan kesehatan gratis seperti yang direncanakan presiden terpilih Prabowo Subianto. Hal ini diaminkan oleh Pendiri Advokasi Inklusi Disabilitas (AUDISI) Yustitia M. Arief.
“Perlu (dimasukan ke program) tapi perlu diketahui bahwa program itu kan menyasar usia 50 tahun ke atas. Jadi kalau mau bicara lebih jauh ya harus ditetapkan dulu ini targetnya siapa,” kata Yustitia kepada Disabilitas Liputan6.com saat dihubungi via sambungan telepon, Senin, 30 September 2024.
Baca Juga
“Karena kan udah dibilang bahwa yang akan menjadi prioritas ini kan yang usia 50 tahun ke atas, lansia, how about anak-anak muda yang juga memerlukan?” tambahnya.
Advertisement
Yustitia menilai bahwa kesehatan bukan hanya soal fisik tapi juga mental, maka akan lebih baik jika program Prabowo juga mencakup pemeriksaan kesehatan mental.
“Tapi kalau soal kesehatan mental ya saya setuju itu bisa masuk juga skriningnya dan itu enggak sulit. Kesehatan kan enggak hanya fisik jadi sebaiknya program itu juga meliputi kesehatan fisik dan mental,” ucapnya.
Ditambah, kesehatan mental ini dibutuhkan oleh semua kelompok usia mulai dari anak-anak hingga lanjut usia.
“Semua orang bisa memiliki permasalahan mental, kesehatan mental itu kan enggak ada umurnya.”
Tanggapan Kemenkes Soal Skrining Kesehatan Mental
Dalam kesempatan berbeda, Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Imran Pambudi mengatakan bahwa skrining kesehatan jiwa telah dibahas untuk dimasukkan ke program Prabowo.
“Ada skrining tiap tahun, setiap tahun itu kita buat sesuai dengan umurnya. Jadi kalau anak-anak, dia harus skrining apa, kalau dewasa seperti apa. Nah, salah satu skrining yang dilakukan itu terkait skrining kesehatan jiwa,” ujar Imran dalam temu media di Jakarta, Rabu (2/10/2024).
Imran menambahkan, Prabowo sendiri baru mengatakan akan diadakan skrining kesehatan. Sementara, Kemenkes mulai menyusun apa saja yang tercakup dalam skrining kesehatan itu.
“Beliau (Prabowo) menyampaikan dilakukan skrining kesehatan, tapi kita (Kemenkes) sekarang mulai menyusun, yang dimaksud dengan skrining kesehatan itu apa saja. Mulai skrining fisik, kalau anak-anak skrining tumbuh kembang, dewasa skrining penyakit tidak menular (PTM), juga ada skrining jiwa,” jelas Imran.
Advertisement
Gangguan Jiwa yang Paling Banyak Diidap
Lebih lanjut Imran mengatakan, jenis gangguan jiwa yang paling banyak dialami di tengah masyarakat adalah anxiety (gangguan kecemasan), depresi, dan skizofrenia.
“Dan ini (masalah kesehatan jiwa) memang bervariasi tiap-tiap daerah, justru yang saya ingat tahun 2023 gangguan paling banyak di provinsi Yogyakarta,” ujar Imran.
Sebelumnya, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi juga telah menanggapi rencana pemeriksaan gratis.
Nadia menilai, jika program ini benar-benar diterapkan, maka masyarakat akan mengetahui lebih dini terkait kondisi kesehatannya.
“Masyarakat akan mengetahui lebih dini situasi kesehatannya ini program skrining terutama untuk pencegahan dini penyakit,” ucapnya kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks, Senin (30/9/2024).
Pemeriksaan Kesehatan Gratis yang Sudah Berjalan di Kemenkes
Lebih lanjut, Nadia juga menyebut bahwa Kemenkes sudah melakukan layanan pemeriksaan gratis dengan 14 jenis penyakit yang diskrining rutin.
“Beberapa sudah dilakukan bersama BPJS ya ada 14 penyakit yang dilakukan skrining rutin,” ujarnya.
Sebanyak 14 penyakit yang skriningnya dijamin oleh Kemenkes yakni:
- Diabetes melitus
- Hipertensi
- Stroke
- Jantung
- Kanker serviks
- Kanker payudara
- Tuberkulosis (TBC/TB)
- Anemia
- Kanker paru
- Kanker usus
- Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
- Thalassemia
- Hipotiroid kongenital
- Hepatitis.
Advertisement