Sukses

Orangtua Wajib Tahu, Komplikasi Gondongan dan Penyakit Infeksi Lain Bisa Picu Disabilitas Fisik

Menurut dokter spesialis anak, Irene Ratridewi, komplikasi GBS dapat memicu kelumpuhan permanen tergantung dari derajat berat ringannya.

Liputan6.com, Jakarta Salah satu komplikasi gondongan dan penyakit infeksi lain yang paling ditakuti adalah Guillain–Barré Syndrome (GBS). Pasalnya, sindrom ini bisa memicu disabilitas fisik.

GBS adalah suatu kondisi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang saraf. Hal ini dapat menyebabkan kelemahan, mati rasa atau kelumpuhan.

Menurut dokter spesialis anak, Irene Ratridewi, komplikasi Guillain–Barré Syndrome dapat memicu kelumpuhan permanen tergantung dari derajat berat ringannya.

“Terkait kelumpuhan permanen atau disabilitas fisik ini tergantung dari derajat berat ringannya GBS. Memang dikatakan GBS ini self limited, artinya dia bisa sembuh sendiri. Tetapi di dalam setiap rentang kasus ada yang ringan sekali ada juga yang lumpuh permanen,” kata Irene dalam webinar bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa (12/11/2024).

Kasus GBS ringan akibat penyakit infeksi biasanya ditandai dengan ketidakmampuan berjalan dalam tiga hingga empat hari dan setelah itu pulih seperti semula.

“Ada yang berat kemudian sembuh, tapi ada sebagian kecil yang memang akan terjadi kelumpuhan atau kelainan saraf permanen akibat GBS. Jumlah pastinya kita tidak pernah tahu,” papar Irene.

Lantas, bagaimana cara meminimalisasi risiko terjadinya kelumpuhan permanen atau disabilitas fisik pada anak akibat GBS?

“Menghindari risiko disabilitas yang permanen bisa dengan mengurangi risiko paparan terhadap berbagai macam virus. Begitu virus ada imunisasinya, tidak ada salahnya dan malah lebih baik kita melakukan vaksinasi,” jelas Irene menjawab pertanyaan Disabilitas Liputan6.com.

2 dari 4 halaman

Semua Penyakit Virus Bisa Picu GBS

Kepala Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Brawijaya, Malang itu menambahkan, setiap penyakit infeksi bisa memicu GBS.

“Mumps, semua penyakit virus bisa berpotensi untuk menyebabkan komplikasi GBS di kemudian hari. Jadi, penyakitnya sendiri sudah sembuh tapi GBS-nya terjadi di kemudian hari,” katanya.

GBS dapat terjadi terutama pada orang-orang tertentu yang memiliki kelainan genetik. Terutama masalah gen di susunan saraf perifer (pinggir).

“Infeksi virus ini bahayanya bisa membuat respons imun tuh jadi berubah atau jadi aneh. Virus apapun, baik mumps, HFMD (hand, foot and mouth disease/flu Singapura), bahkan virus influenza sekalipun bisa berisiko GBS,” paparnya.

“Jadi hubungannya antara antibodi yang dibentuk ini harusnya antibodi terhadap virus, tapi terbentuk antibodi yang lain yang mana antibodi ini dapat menimbulkan kerusakan atau kelainan pada susunan saraf. Ketika penyakit sudah selesai, GBS bisa timbul satu atau dua minggu setelahnya,” tambahnya.

3 dari 4 halaman

Lebih Jauh Soal GBS

Melansir Mayoclinic, kelemahan dan kesemutan pada tangan dan kaki biasanya merupakan gejala pertama penyakit GBS.

Sensasi ini dapat dengan cepat menyebar dan menyebabkan kelumpuhan. Dalam bentuknya yang paling serius, sindrom Guillain-Barre merupakan keadaan darurat medis. Kebanyakan orang dengan kondisi ini memerlukan perawatan di rumah sakit.

Sindrom Guillain-Barre jarang terjadi dan penyebab pastinya tidak diketahui. Namun dua pertiga orang mengalami gejala infeksi dalam enam minggu sebelum gejala Guillain-Barre muncul.

Infeksi dapat mencakup infeksi saluran pernapasan atau saluran cerna, termasuk COVID-19. Guillain-Barre juga bisa disebabkan oleh virus Zika.

4 dari 4 halaman

Tak Ada Obat Khusus untuk GBS

Tidak ada obat yang diketahui untuk sindrom Guillain-Barre. Beberapa pilihan pengobatan dapat meringankan gejala dan membantu mempercepat pemulihan. Kebanyakan orang sembuh total dari sindrom Guillain-Barre, tapi beberapa penyakit serius bisa berakibat fatal.

Meskipun pemulihan mungkin memakan waktu hingga beberapa tahun, kebanyakan orang dapat berjalan kembali enam bulan setelah gejala pertama kali muncul.

Beberapa orang mungkin mengalami efek jangka panjang, seperti kelemahan, mati rasa, atau kelelahan.