Sukses

Gereja Ramah Disabilitas, Upaya Sediakan Kebutuhan Iman bagi Jemaat Difabel

Ibadah di hari Natal kerap dilakukan di gereja dan penyandang disabilitas memiliki hak yang sama untuk mengakses gereja dengan mudah.

Liputan6.com, Jakarta Hari Natal telah tiba, waktunya umat Kristen termasuk yang menyandang disabilitas merayakannya dengan suka cita.

Ibadah di hari Natal kerap dilakukan di gereja dan penyandang disabilitas memiliki hak yang sama untuk mengakses gereja dengan mudah. Maka dari itu, diperlukan gereja ramah disabilitas agar jalannya ibadah juga berlangsung khidmat bagi difabel.

Gereja ramah disabilitas adalah sebuah usaha untuk mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan iman dari jemaat penyandang disabilitas,” mengutip penelitian yang ditulis Anita Angelina Lovica Putu Buraen dari Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, dikutip Rabu (25/12/2024).

Dengan membentuk gereja ramah disabilitas, sambung Anita, maka akan terbentuk pelayanan yang dibutuhkan oleh penyandang disabilitas. Sehingga, gereja mampu memaknai kehadiran penyandang disabilitas dalam berteologi.

“Hal ini pun membuat gereja mengkonkretkan panggilannya yang merefleksikan perhatian Allah bagi umat manusia terkhususnya penyandang disabilitas,” mengutip penelitian berjudul Kajian Teologi Disabilitas Terhadap Peran Pemimpin Gereja Dalam Menciptakan Gereja Ramah Disabilitas Di GPIB Maranatha Denpasar.

Penelitian pada 2023 itu menyebut, gereja dapat dikatakan ramah disabilitas jika memiliki gedung gereja ramah disabilitas, kurikulum ramah disabilitas dan pelibatan penyandang disabilitas dalam kegiatan gerejawi.

Anita melihat, pemimpin gereja di GPIB Maranatha Denpasar sudah melakukan perhatian terhadap penyandang disabilitas. Mulai dari menciptakan suasana pembelajaran katekisasi dan peribadahan ramah disabilitas, dilihat dari tidak ada pemisahan antara penyandang disabilitas dengan non-disabilitas, dan ini termasuk kategori kurikulum ramah disabilitas.

2 dari 4 halaman

Gereja Katedral Sudah Perhatikan Jemaat Disabilitas

Contoh lain gereja ramah disabilitas di Indonesia adalah Gereja Katedral. Gereja ini kerap menghadirkan juru bahasa isyarat (JBI) saat perayaan Natal sebagai akses komunikasi bagi jemaat dengan disabilitas rungu.

Hal menarik lainnya, Gereja Katedral terletak di sebelah Masjid Istiqlal, tak hanya berdiri berdampingan, keduanya juga terhubung melalui Terowongan Silaturahim.

Bahkan, terowongan tersebut dirancang ramah bagi lansia maupun penyandang disabilitas (difabel) karena dilengkapi lift.

Seperti disampaikan Direktur Utama Waskita Karya Muhammad Hanugroho, terowongan yang terletak di sisi timur masjid itu dilengkapi lift pada kedua akses masuknya.

"Terowongan Silaturahim berada di sisi timur dari masjid dan difasilitasi dengan lift pada kedua pintu masuknya," ungkap Hanugroho di Jakarta, Jumat (13/12/2024) dilansir ANTARA.

3 dari 4 halaman

Terowongan Silaturahim Dirancang Ramah Disabilitas

Keberadaan lift tersebut bermanfaat bagi lansia serta difabel karena mereka tidak perlu melewati tangga ketika berjalan di dalam terowongan, jelas Hanugroho.

Dia menuturkan, terowongan yang dikerjakan selama kurang lebih 10 bulan itu memiliki panjang 28,3 meter, lebar 4,1 meter, serta tinggi 3 meter.

Dibangun dengan gaya modern, terowongan ini menonjolkan eksterior menggunakan material transparan, sehingga keindahan desain Istiqlal dan Katedral tidak terhalang terowongan. Demikian pula sebaliknya, keindahan Katedral bisa tetap terlihat dari Masjid Istiqlal.

Secara fungsional, Terowongan Silaturahim dibangun guna mobilisasi jamaah dari Istiqlal ke Katedral atau sebaliknya.

"Fungsi tersebut sesuai Asta Cita Presiden ke delapan, yaitu memperkuat penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan, alam, dan budaya, serta peningkatan toleransi antarumat beragama untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur," ujar Hanugroho.

Diketahui pembangunan terowongan tersebut dikerjakan setelah renovasi besar Masjid Istiqlal pada 2021. Renovasi tersebut pertama kali dilakukan sejak 42 tahun lalu atau sejak diresmikan pada 22 Februari 1978.

4 dari 4 halaman

Sempat Dipuji Paus Fransiskus

Keunikan Terowongan Silaturahim bahkan sempat dipuji Paus Fransiskus saat kunjungan ke Indonesia pada 5 September 2024.

Menurutnya, terowongan tersebut telah menciptakan hubungan antara dua tempat yang berbeda dan berjauhan.

"Sementara di permukaan ada masjid dan katedral yang sering dikunjungi oleh umat beriman masing-masing, di bawah tanah, di sepanjang terowongan, orang-orang dengan perbedaan itu bertemu dan dapat mengakses dunia keagamaan yang lain. Inilah yang dilakukan lorong bawah (Terowongan Silaturahim) tanah, yaitu menciptakan ikatan," puji pemimpin gereja Katolik dunia.