Liputan6.com, Jakarta - Penyandang disabilitas di Malang yang memiliki kecintaan terhadap alam dan kegiatan pendakian tak asing dengan nama Difpala.
Difpala adalah organisasi disabilitas pendaki gunung pertama di Indonesia. Kelompok ini dalam naungan Yayasan Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) sebagai unit pemberdayaan disabilitas di bidang pelestarian alam dan lingkungan.
Baca Juga
Difpala melakukan aktivitas pendakian sejak 2020. Tak hanya mendaki, mereka juga melakukan penghijauan, pungut sampah dan kegiatan pelestarian lainnya.
Advertisement
“Sejak 2020 hingga saat ini, seluruh pendakian Difpala selamat. Tak ada insiden fatal. Sebabnya, Difpala memiliki rencana keselamatan dan keberhasilan tim pendakian,” kata pendiri LINKSOS, Ken Kerta, mengutip laman resmi Lingkar Sosial, Jumat (27/12/2024).
Menurut Ken, mendaki gunung adalah hal yang sudah biasa dan makin banyak dilakukan. Namun bicara tentang kelompok disabilitas mendaki gunung, sejauh ini, Difpala adalah satu-satunya di Indonesia yang konsisten.
Bahkan, mitigasi pendakian bagi kelompok disabilitas pendaki lebih rumit daripada mitigasi personal pendaki. Jika personal pendaki hanya merancang mitigasi untuk satu ragam disabilitas, maka pendakian kelompok disabilitas memerlukan rencana multi mitigasi berdasarkan kebutuhan ragam disabilitas.
Multi mitigasi Difpala meliputi lima siap, yakni siap konsisten terhadap tujuan, siap fisik, mental dan logistik. Siap alat bantu yang layak, siap pendamping dengan kecakapan khusus, siap patsal (empat saling) keselamatan yaitu saling interaksi, saling berbagi, saling membantu, dan saling menunggu.
Pendakian Puncak Batu Tulis Gunung Kawi
Para penyandang disabilitas yang tergabung dalam Difpala baru-baru ini sukses melaksanakan pendakian di Puncak Batu Tulis Gunung Kawi.
Pendakian tersebut dilakukan dalam ajang Deklarasi Disability Seven Summits Indonesia. Misi ini berhasil mengibarkan bendera misi di Puncak Batu Tulis Gunung Kawi via Precet.
Disability Seven Summits Indonesia (D7SI) adalah sebuah misi bersejarah yang menggabungkan semangat inklusi dan pemberdayaan penyandang disabilitas untuk mendaki dan menjelajah tujuh puncak gunung di Indonesia. Misi bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap hak-hak disabilitas.
D7SI merupakan bagian dari kerja sama antara Komisi Nasional Disabilitas (KND), Yayasan Lingkar Sosial Indonesia (LINKSOS) dan Tempo Media, sebagai tindak lanjut dari Nota Kesepahaman (MoU) di bidang advokasi kebijakan dan edukasi masyarakat terkait pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas.
Advertisement
Trek Tersulit Nomor 2 di Jawa Timur
Puncak Batu Tulis Gunung Kawi memiliki ketinggian 2.603 mdpl. Ketinggian ini masih di bawah Puncak Butak Gunung Kawi (2.806) dan gunung sebelahnya yaitu Gunung Arjuno (3.339 mdpl).
Meski demikian, Puncak Batu Tulis memiliki trek yang konsisten terus menanjak dari kaki gunung hingga ke puncak dengan derajat kemiringan mencapai 80 derajat.
Pendakian Puncak Batu Tulis Gunung Kawi membutuhkan tali temali. Sulitnya pendakian di jalur ini menyebabkan tidak semua pendaki baik pendaki disabilitas maupun non disabilitas sampai ke puncak.
Tak heran jika kemudian, trek pendakian Puncak Batu Tulis Gunung Kawi disebut-sebut sebagai trek tersulit nomor dua di Jawa Timur setelah Gunung Raung.
Beberapa Lapis Rencana Mitigasi Pendakian
Pertama kalinya Difpala mendaki Puncak Batu Tulis Gunung Kawi pada tahun 2020. Dari pendakian tersebut, Difpala mengetahui ekstremnya jalur pendakian, tingkat kesulitan, risiko dan gambaran mitigasi.
Gunung Kawi disepakati sebagai lokasi Disability Seven Summits Indonesia. Untuk itu, Difpala merencanakan keberhasilan dan keselamatan pendakian.
Merencanakan keselamatan pendakian, Difpala menerapkan beberapa lapis rencana mitigasi. Pertama, survei dan mitigasi dari pengelola Pos Pendakian Gunung Kawi via Precet. Dalam hal ini pos pendakian telah menambah alat bantu pendakian tali temali di Jalur Istighfar.
Posko juga menyiapkan dukungan porter, tim rescue, sistem komunikasi dan jeep antar jemput. Terlepas dari faktor alam dengan berbagai kemungkinan, trek pendakian diperkirakan aman dari bahaya longsor, pohon tumbang dan banjir. Selanjutnya, posko membuka kegiatan pendakian, artinya kondisi jalur pendakian telah diperkirakan aman.
Kedua, survei dan mitigasi Tim Difabel Pecinta Alam (Difpala). Difpala membentuk Tim Perintis untuk memastikan jalur pendakian menuju Pos 2 aman serta memastikan lokasi yang cukup bagi seluruh tenda tim.
Ketiga, membentuk Tim Summit yang bertugas mengibarkan bendera di Puncak Batu Tulis Gunung Kawi. Tim Summits hanya boleh beranggotakan Difpala Tingkat Caraka, serta didampingi satu penanggung jawab dari KND dan satu penanggung jawab dari LINKSOS. Anggota Tim Summit berjumlah tujuh orang.
Keempat, membentuk Tim Logistik.yang menjamin ketersediaan perlengkapan, konsumsi dan obat-obatan.
Tim Disability Seven Summits Indonesia berhasil mengibarkan bendera misi di Puncak Batu Tulis Gunung Kawi. Tujuh orang pengibar bendera mewakili 27 pendaki disabilitas dan non disabilitas yang bergabung dalam misi tersebut.
Advertisement