Sukses

Dari Desain hingga Healing, Cerita di Balik Koleksi Rempah Series Nina Nugroho dan Salwa Tanara

Dengan semangat inklusivitas dan pemberdayaan, Rempah Series dari kolaborasi Nina Nugroho dan Salwa Tanara tidak hanya mempercantik tetapi juga memberikan pesan mendalam tentang pentingnya kesetaraan dan dukungan dalam komunitas.

Liputan6.com, Jakarta - Busana kerja seringkali dianggap sekadar pakaian yang dikenakan khusus ketika bekerja. Namun, di tangan desainer seperti Nina Nugroho, busana kerja menjadi medium pemberdayaan.

Nina Nugroho yang fokus merancang busana kerja sejak 2016 menyampaikan bahwa pekaiaan bukan sekadar kebutuhan, melainkan juga menjadi alat komunikasi.

"Busana kerja adalah personal statement. Dalam tiga detik pertama, orang akan menilai melalui apa yang kita kenakan," tutur Nina dalam talkshow di sela-sela peluncuran koleksi terbarunya, Rempah Series, di Tangerang, Jumat (27/12/2024) lalu.

Dengan mengintegrasikan konsel psychological fashion, Nina berharap dapat meningkatkan rasa percaya diri perempuan Indonesia melalui desain busana yang elegan, profesonal, dan tetap syar'i.

"Bekerja adalah salah satu cara perempuan membuktikan keberdayaannya," ucap Nina.

Istimewanya, koleksi Rempah Series juga merupakan wujud disabilitas berdaya. Melalui koleksi ini, jenama modest fashion Nina Nugroho berkolaborasi dengan desainer muda difabel Salwa Tanara. Beragam bentuk rempah nusantara menjadi inspirasi Salwa Tanara mendesain motif untuk koleksi busana Rempah Series.

Kreativitas Salwa itu dituangkan dalam medium batik tulis dan printing. Diakui Salwa, dia ingin menunjukkan keindahan dan keberagaman Indonesia melalui karya-karyanya.

"Melalui karya-karya saya, saya ingin menunjukkan keindahan dan keberagaman Indonesia, sambal mengedepankan nilai estetika yang inovatif," ucap Salwa Tanara.

 

 

2 dari 4 halaman

Rampung Dalam 2 Minggu

 

Nina Nugroho mengatakan, Salwa selalu dilibatkan dalam setiap proses pengerjaan Rempah Series. Bahkan, gadis 20 tahun itu sangat menentukan proses produksi. Masa pra-promosi hingga finalisasi desain dapat rampung hanya dalam waktu 2 pekan karena menurut Nina hal itu menyesuaikan dengan ritme kerja Salwa.

"Semuanya menyesuaikan dengan kecepatan Salwa," ungkap Nina.

Selain disabilitas tuli, Salwa Tanara juga menyandang schizophrenia. Oleh karena itu, ritme kreativitasnya pun dipengaruhi oleh suasana hati atau mood. Meski demikian, Salwa berhasil membuktikan bahwa kondisi kebutuhan khususnya tidak mempengaruhi kinerja dan kualitasnya.

 

 

3 dari 4 halaman

8 Desain Motif dalam Semalam

Ketika mendesain Rempah Series, Nina bertutur, Salwa mampu menghasilkan hingga 8 desain motif dalam semalam saat ide dan semangatnya on fire.

"Kalau sudah mood-nya on fire, dalam satu malam bukan 8 desain busana ya, (tapi) motif. Itu kan motifnya perlu fokus yang luar biasa, dari motif yang berbeda-beda, desain warna yang berbeda-beda, inspirasi yang berbeda-beda," cerita Nina.

Lalu, jika Salwa sudah merampungkan desain-desain motifnya, gadis itu akan bertanya pada Nina apakah busana yang diproduksi sudah jadi keesokan harinya.

"Jadi, demi untuk menjaga konsistensi dan mood-nya Salwa, kami semua satu timnya Nina Nugroho itu mengikut," imbuh Nina.

Menjaga Salwa tetap bersemangat, kata Nina, merupakan seni tersendiri. Proses kolaborasi itu betul-betul dinikmatinya.

"Dalam setiap prosesnya, kami berusaha sekali untuk selalu melibatkan Salwa di dalamnya, karena yang namanya kolaborasi, bukan hanya satu pihak saja, tapi kita bersama-sama untuk melahirkan ini."

4 dari 4 halaman

Proses Healing Salwa Tanara

Kolaborasi dengan Nina Nugroho tak hanya menghasilkan karya fashion, melainkan juga menjadi proses healing bagi Salwa Tanara seperti disampaikan sang ibunda, Prof Siti Nur Azizah Ma'ruf.

Prof Siti mengisahkan bahwa putrinya sempat kehilangan jati dirinya selama tiga tahun ketika menghadapi episode schizophrenia. Kala itu, Salwa yang gemar menggambar menjadi tidak mampu berkarya. 

"Salwa tidak lagi bisa menggambar. (Dia) sempat hilang, sosok Salwa ini takut dan menjadi orang lain," ungkapnya. 

Sosok Salwa kembali hadir pada 2023 dan kemudian aktif berkarya. Desain pertamanya bahkan bukan ditampilkan di Indonesia, melainkan di show internasional di Uzbekistan. Kesempatan tersebut juga menjadi awal pertemuan dengan Nina Nugroho hingga keduanya kini bisa berkolaborasi. 

"Saya sangat berterima kasih pada Bu Nina, Salwa menjadi bagian dari kolaborasi ini," ucap Prof Siti dalam kesempatan yang sama.

Sebagai orangtua, Prof Siti mengatakan, perannya adalah mendamping dan mendorong Salwa agar dapat melalui semua proses dan menghasilkan karya terbaik.

Kolaborasi Nina Nugroho dan Salwa Tanara diapresiasi pendiri Disabilitas Kerja Indonesia Hasnita Taslim. Pada sesi talkshow dalam peluncuran Rempah Series, Hasnita menyoroti pentingnya kesetaraan an inklusivitas dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia kerja dan usaha.

"Penyandang disabilitas tidak hanya bisa bekerja di sektor formal, tetapi juga memiliki potensi besar di sektor usaha kecil menengah. Contohnya adalah kolaborasi ini, yang membuktikan bahwa kreativitas dan keberdayaan tidak mengenal batas,” jelas Hasnita.

Video Terkini