Liputan6.com, Jakarta Interpretasi atas identitas keindonesiaan menjadi salah satu hal yang disajikan oleh para desainer yang tergabung dalam Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia pada parade fesyen di Jakarta Fashion Food Festival 2014 (JFFF 2014), Senin 19 Mei 2014.
Baca Juga
Saat Halle Berry Kembali Kenakan Gaun Menerawang Ikonis Elie Saab di Malam Memenangkan Oscar 22 Tahun Kemudian
Annisa Pohan dan Almira Tonton Fashion Show, Gaya Putri AHY Disebut Elegan dan Modis Berkelas
Teuku Wisnu Harapkan Malang Strudel Fashion Show Jadi Event Tahunan usai Sukses Gelar Event Perdana
12 perancang turut serta dalam parade fesyen yang diselenggrakan di Hotel Harris Kelapa Gading. 12 perancang tersebut adalah Bintang Mira, Berry Mirsha, Elok Re Napio, Jazz Pasay , Jimmy Fei-fei, Mahdalia, Poppy Dharsono, Reala Tulisia, Riani, Verena Mia, Veronika Vidyanita, dan Yurita Puji.
Advertisement
Dimulai pada pukul 15.30 WIB, suasana acara terasa lebih chillin. Demikian pula tampilan tamu-tamu yang hadir. Selama satu jam para tamu menikmati bagaimana para desainer Indonesia di fashion show ini meracik kembali unsur-unsur ke-Indonesiaan (seperti dapat dilihat salah satunya pada rancangan-rancangan Poppy Dharsono) ataupun “berfesyen” dengan pendekatan baru (seperti pada karya-karya Jazz Pasay yang lebih humoris).
Dari 12 koleksi perancang-perancang di parade fesyen ini, berikut adalah ulasan 7 koleksi pilihan liputan6.com. Ketujuh koleksi ini dapat dibagi dalam 3 kategori. Kategori pertama adalah tentang interpretasi identitas ke-Indonesiaan melalui kreasi-kreasi bahan-bahan tradisional seperti yang ditampilkan oleh Bintang Mira, Reala Tulisia, dan Poppy Dharsono.
Pada kategori ke dua terdapat nama Verena Mia, Jazz Pasay, dan Yurita Puji yang hadir dengan pendekatan berbeda-beda pada sebuah gagasan. Di kategori terakhir adalah Jimmy Fei-fei yang membawa tamu-tamu dalam dunia imajinasi dan cerita fantasi.
Bintang Mira
Bintang Mira
Koleksi Bintang Mira diangkat dari inspirasi kembang sepatu yang menjadi maskot kota Gianyar, Bali. Dark magenta dan biru tampil pada karya-karya Bintang Mira yang berkesan bold ini.
Motif kembang sepatu berpadu dengan desain pakaian moderen, Bintang Mira membawa suasana pantai masuk ke dalam setting urban kota metropolitan. Karya-karya Bintang Mira yang hadir di acara ini menampilkan self-confidence tinggi atas fashion statement dari seorang figur bintang.
Advertisement
Rela Tulusia
Rela Tulusia
Lahir di Padang Panjang 29 Januari 1984, Rela Tulusia menempuh pendidikan tata busana di Universitas Negri Padang. Ide seorang desainer atas tanah asalnya adalah apa yang dihadirkan pada koleksi-koleksi Rela. Temanya adalah Minang Embroidery.
Dalam koleksi yang didominasi oleh warna merah dan hitam beraksen emas ini, dapat dilihat bagaimana Rela menciptakan sosok baru wanita Minang. Ke-minang-an wanita tersebut tampil melalui penggunaan warna dan embroidery (bordir) tradisional khas minang.
Tampilnya elemen-elemen tradisional tersebut pada desain-desain eropa moderen (dan juga bahan-bahan `Eropa` seperti tulle) berhasil menciptakan sosok wanita bangsawan hybrid Minang-Eropa. Pernikahan budaya ini menjadi sebuah sajian baru yang menyegarkan di tengah paduan budaya Eropa dengan budaya tradisional Indonesia lainnya yang lebih lazim terjadi, misalnya budaya Jawa.
Yurita Puji
Yurita Puji
Touch It adalah tema yang diberi oleh desainer kelahiran 19 Agustus 1985 ini. Terkait tema ini tampaknya seseorang perlu secara literal menyentuh kain-kain dari karya-karya yang ditampilkan.
Namun sebagaimana sebuah karya fashion secara utuh menampilkan pengalaman visual (dan bahkan penggunaan bahan pun mempertibangkan efek visualnya), maka bagaimana touch yang diberikan oleh Yurita pada karya-karya ini adalah sebuah hal yang juga perlu diapresiasi.
Dengan konsep umum simple minimalis, melalui karya-karyanya Yurita menghadirkan sebuah ekplanasi bahwa tema simplisitas tak serta merta menghasilkan satu gaya dan feel sama pada karya-karya yang dihasilkan.
Pada beberapa karyanya dapat dilihat gaya minimalis moderen yang selama ini memang lazim dimengerti sebagai sebuah hal yang dihasilkan dari konsep simplisitas. Crop top dan rok span panjang bermotif garis vertikal, atau overslag high crop top dan palazzo trousers berwarna tunggal adalah karya-karya bernuansa moderen minimalis di koleksi ini.
Karya-karya lain di koleksi ini menghadirkan gaya dan feel yang berbeda dari konsep simplisitas. Desain simple dengan sentuhan curve ataupun berlayer memberi feel feminin yang lebih dibanding karya-karya lainnya. Ada percikan romantisme retro dalam karya-karya yang dibuat dibawah tema besar simplisitas.
Advertisement
Jazz Pasay
Jazz Pasay
Pengalaman mendalam ditambah dengan konsep kreatif plus sisi playful adalah apa yang dimiliki oleh seorang Jazz Pasay. Setidaknya kesimpulan inilah yang dapat ditarik dari koleksi-koleksinya yang tampil di fashion show ini.
Pada acara ini desainer yang berkiprah dengan label Jazz Pasay sejak tahun 1992 menyuguhkan koleksi yang inspirasinya didapat dari lagu `Happy` di film `Despicable Me`. Dari lagu yang dibawakan oleh Pharrell Williams tersebut, Jazz mengambil emoticon smiley sebagai tema koleksinya.
Menggunakan warna kuning dan hitam, rancangan-rancangan Jazz perlu ditempatkan sebagai sebuah karya-karya yang apresiasinya bukan pada aspek wearability. Lepas dari bagaimana hasil apresiasi tiap orang terhadap koleksi Jazz, putusan untuk menghadirkan tema ini dalam dunia fashion merupakan kontribusi bagi tersedianya wajah-wajah lain dari fashion itu sendiri.
Dengan memilih tema ini, sesungguhnya ada ekspektasi besar yang digantungkan pada koleksi Jazz. Pada beberapa karya, emoticon smiley tersebut tampak jelas hadir dan kehadirannya terasa terpisah dengan busananya. Hal ini menimbulkan harapan seandainya saja emoticon tersebut dapat lebih melebur dengan desain.
Verena Mia
Verena Mia
Jenjang pendidikan formal bidang fesyen Verena Mia adalah Master of Fashion and Textiles dari Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT). Desainer yang lahir pada 19 April 1987 ini mengusung inspirasi klasik eropa. Yang patut diberi catatan pada koleksi Verena adalah bahwa Verena berhasil mencabut identitas kompleks dari gaya klasik Eropa dan mengisinya dengan jiwa yang simple.
Penggunaan bahan-bahan Eropa sepertu lace, satin, tule, atau mesh dan motif-motifnya yang membawa feel eropa pada karya-karya Verena tampil dalam forma yang simple. Simple klasik Eropa bukan hanya sebuah bentuk kreatifitas tapi juga merupakan konstruksi gagasan budaya baru.
Penggunaan warna-warna yang monokromatik dan lembut seperti off-white dan soft grey memperkuat kesan simple di karya-karya nuansa klasik Eropa ini. Klasik Eropa yang selama ini terkesan begitu `terbungkus` dibuat menjadi lebih sensual dengan bahan-bahan sheer dan desain berbelahan dada rendah terbuka atau mini pants. When classics marry contemporary adalah frase yang dapat menggambarkan koleksi Verena yang diberi judul The Virgin Queen.
Advertisement
Poppy Dharsono
Poppy Dharsono
Ditangan seorang desainer kenamaan yang namanya sudah menjangkau masyarakat diluar dunia fashion, Poppy Dharsono, batik brebes menjadi karya-karya ready-to-wear yang seakan berubah 180 derajat dari citra awalnya. Moderen, urban, elegan, dan eksklusif adalah citra busana-busana Poppy Dharsono di acara ini.
Citra tersebut adalah hasil paduan antara desain dan pemilihan warna dan bahan yang match satu sama lain. Karya-karya ini menghadirkan sosok wanita dengan cara pandang konseptual yang jelas, manner, cinta fesyen dan juga memiliki selera etnik estetis. Butuh tangan dingin untuk menyentuh sebuah produk budaya tradisional menjadi karya-karya beridentitas urban.
Jimmy Fei-fei
Jimmy Fei-fei
Persia merupakan inspirasi yang diambil oleh desainer yang mempelajari tata busana secara otodidak. Tanpa mengaitkan karyanya dengan inspirasi Persia yang dipilih Jimmy, rancangan-rancangan dalam koleksi ini membawa penikmatnya pada dunia imajinasi dan fantasi.
Extravagant adalah istilah yang cocok untuk diberikan pada koleksi fantasi Jimmy. Daya kreasi dan imajinasi serta upaya teknis dalam membuat karya-karya ini perlu mendapat apresiasi ekstra. Jimmy menjadi salah satu desainer yang turut berkontribusi pada tetap langgenggnya jiwa dasar fesyen yang bukan tentang wearability melainkan imajinasi.
Advertisement