Sukses

Batu Bacan & Batu Aceh, Primadona Rawa Bening

Di pasar Indonesia, Batu Bacan dan Batu Aceh yang jadi primadona.

Liputan6.com, Jakarta Jatinegara, Sabtu (27/9/2014), saat itu ramai meski matahari terik bersinar. Ini bukan tentang stasiunnya, tapi mengenai area diseberangnya, Pasar Rawa Bening. Berjalan menuju sebuah gedung, Anda akan menemui banyak pedagang kaki lima yang menjajakan batu-batu cincin.

Daerah ini memang terkenal sebagai pusat penjualan batu di Jakarta. Bahkan sebuah gedung berlantai 4 di sana dibuat khusus untuk tempat penjualan batu-batu cincin. Namanya adalah Jakarta Gems Center. Sebuah patung emas berbentuk cincin menyambut para pengunjung gedung itu.

Lantai bawah gedung ini pada saat itu terbilang padat pengunjung. Berpindah dari satu pedagang ke pedagang lain, para konsumen terlihat asyik dan serius melihat-lihat batu. Beberapa penjual minuman juga berlalu lalang di sini. Dilansir dari halaman Jakarta-tourism.go.id, Senin (29/9/2014), tempat ini menjual berbagai jenis batu, mulai dari batu mulia hingga batu-batu biasa.

Di lantai atas, suasana lebih lengang dan kios-kios batu terbagi-bagi secara jelas dan lebih rapi. Meski demikian, jangan bayangkan tempat penjualan batu cincin ini seperti butik-butik perhiasan mewah ala Bvlgari, Chopard, Cartier, Mikimoto, Tiffany & Co, atau John Hardy. Suasana tempat ini jauh dari kata eksklusif. Kondisnya tak berbeda dengan pusat-pusat grosir pakaian.

Tapi jangan salah kira bahwa batu-batu cincin yang dijual di sini hanya berharga murah. Sebuah cincin batu Bacan yang ditunjukkan pada Liputan6.com dibanderol dengan harga Rp 175 juta. Ali sang penjual di toko bernama Rajo Batu tersebut mengambil cincin itu dari sebuah brankas yang cukup besar.

2 dari 2 halaman

Batu Bacan & Aceh Paling Diminati

Batu Bacan & Aceh Paling Diminati

Ali berasal dari Bukit Tinggi dan sudah menjadi pebisnis batu di Rawa Bening sejak 2 tahun lalu. Katanya dalam seminggu sekitar 3 buah batu cincin dapat terjual. Menurut pria yang juga suka batu itu, batu cincin kembali naik daun dan peminatnya semakin banyak.

Omset jual batu-batu cincin itu bisa mencapai ratusan juta rupiah per bulan. Pesanan yang datang pun tak hanya dari dalam negeri tapi juga mancanegara, misalnya Myanmar. Pasokan batu-batu yang dijual oleh Ali didapat dari para supplier atau juga berburu langsung ke tempat asalnya, baik dalam maupun luar negeri.

Bicara soal harga, Ali menjelaskan bahwa faktor-faktor yang menentukan tingginya harga sebuah batu adalah tingkat kejernihan, tingkat kekerasa, warna, ukuran, dan tren. Dari hal-hal tersebut, sebuah batu bisa dihargai dari kisaran puluhan ribu rupiah hingga jutaan dolar.

Dari wawancara dengan Ali terungkap 2 jenis batu yang kini sedang ramai diburu pengunjung, yaitu Batu Akik Bacan dan Batu Giok/Nephrite Jade Aceh. Ali menyebut bahwa Batu Bacan sudah terkenal hingga ke Hongkong. Sebagaimana yang disampaikan Ali, situs resmi pariwisata Indonesia (www.indonesia.travel) memaparkan bahwa Batu Bacan ini menjadi hadiah dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk Presiden Barack Obama.

Hal itulah, menurut Ali, yang menyebabkan popularitas Batu Bacan naik tajam. Batu Bacan ini dijual dari bilangan ratusan ribu hingga ratusan juta rupiah. Dalam skala Mohs – ukuran tingkat kekerasan batu yang diciptakan oleh ilmuwa mineral dan geologi Friedrich Mohs pada tahun 1812 – Batu Bacan memiliki tingkat kekerasan sekitar 6,5 – 7.

Batu mulia yang menempati tingkat kekerasan tertinggi adalah intan, yakni sebesar 10. Batu Aceh yang sama populernya saat ini dengan Batu Bacan memiliki tingkat kekerasan sekitar 7. “Karena terbilang cukup keras, banyak tukang batu yang menolak order membentuk batu Aceh,” Ucap Ali.

Ali menjelaskan bahwa batu Aceh ini populer karena warna indahnya yang bervariasi. Harga batu ini berkisar antara ratusan ribu hingga miliaran rupiah. Ali memprediksi bahwa untuk tahun 2015, Batu Bacan dan Batu Aceh masih akan menjadi primadona batu di pasar Indonesia.