Liputan6.com, Jakarta Kini para wanita punya banyak pilihan gaya berbusana untuk menghadiri berbagai acara, tak harus bergantung dengan gaun atau rok. Untuk hal yang satu ini, berterima kasihlah pada desainer Gabrielle Bonheur Chanel atau familiar disebut Coco Chanel dan Yves Saint Laurent.
Coco Chanel yang hidup pada tahun 1883-1971 ini merupakan pendiri dari rumah mode papan atas Chanel. Apa kontribusi Coco Chanel untuk pemakaian celana oleh wanita? Saat Chanel hidup, celana biasa digunakan oleh wanita untuk menjalankan tugas pria di masa Perang Dunia I.
Baca Juga
Saat itu celana belum menjadi bagian dunia fesyen wanita bahkan adalah hal tabu bila wanita mengenakan celana. Celana dianggap sebagai dunianya pria. Coco Chanel inilah yang mempopulerkan penggunaan celana dalam fesyen wanita.
Advertisement
"I gave women a sense of freedom," ucap Chanel terkait celana seperti dikutip dari artikel Glamour.com tertanggal 30 September 2009 yang berjudul `5 Things You Can Thank Coco Chanel For`. Setelah Chanel mempopulerkan celana di dunia fesyen wanita, muncullah ide-ide revolusioner lain, misalnya Le Smoking Pantsuit dari desainer Yves Saint laurent yang hidup pada tahun 1936 – 2008.
Pantsuit Yves Saint Laurent membawa penggunaan celana masuk dalam acara pesta. Demikianlah secuil kisah fesyen dan feminisme. Bahwa celana akhirnya dapat menjadi bagian fesyen wanita merupakan jejak dari perjuangan bagi kemerdekaannya sebagai seorang individu untuk punya kontrol atas tubuhnya sendiri, bukan dikontrol norma yang patriarkis.
Kini jumlah wanita pemakai celana sudah sangat banyak, bahkan melalui pengamatan sederhana dapat terlihat bahwa dalam kehidupan sehari-hari, celana lebih banyak dipakai dibanding rok. Apakah rok kini sudah terabaikan? Hal apa yang sekiranya ada di benak wanita masa kini mengenai pemakaian rok? Berikut ini adalah komentar beberapa wanita seperti diwawancara pada Jumat (10/10/2014).
Pendapat tentang Rok
Pendapat tentang Rok
Melani (30), Pegawai Swasta “Pulang-pergi kerja pakai angkot jadi rasanya lebih praktis pakai celana karena bisa lebih leluasa bergerak,” ucap wanita yang kala diwawancara juga memakai celana jeans. Rok hanya dikenakannya untuk menghadiri acara-acara khusus, misalnya saat pergi ke pesta atau ibdah ke gereja. Untuk model rok, Melanie mengaku kurang suka dengan pencil skirt karena membuatnya sulit bergerak.
Dwi (30) & Amelie (26), Pegawai Swasta Dwi dan Amelie sependapat bahwa rok membuat diri terasa feminin. Namun karena menurut keduanya rok membuat tubuh mereka terlihat lebih besar, Dwi dan Amelie enggan untuk pakai rok. Saat berandai tentang punya suami yang mengharuskan untuk pakai rok, Dwi dan Amelie punya pandangan berbeda. “Kita harus jadi diri sendiri,” ungkap Dwi. Di sisi lain, Amelie mengaku tak keberatan bila diharuskan untuk terus pakai rok setelah menikah.
Raisa (26), Pegawai Swasta Wanita yang satu ini cukup suka memakai rok karena menurutnya rok membuat tampilan jadi lebih rapi dan feminin. “Rok itu proper untuk banyak acara jadi tak harus ganti lagi kalau ada beberapa jenis acara dalam satu hari,” ujar wanita yang suka belanja rok di butik online. Raisa menjelaskan bahwa ia akan menghindari penggunaan rok pendek di lingkungan yang penduduknya tak cukup teredukasi untuk menghormati tampilan seseorang guna menghindari kejadian yang tak menyenangkan.
Naomi (23), Pegawai Swasta Naomi mengatakan bahwa rok membuat tampilan bisa terlihat girly atau boyish. Hal itu bergantung dengan item fesyen lain untuk dipadupadankan. Untuk mendapat tampilan yang boyish, Naomi biasa memadukan rok dengan sneakers, boots, atau outerwear jaket dan kemeja. Model rok yang dihindarinya adalah rok yang full rample karena dirasa membuat tubuhnya tampak lebih besar. Kesukaannya mengenakan rok ini mendapat dukungan dari lingkungan sekitarnya yang suka melihat tampilan Naomi kala mengenakan rok.
Advertisement