Sukses

Suguhan Cita Rasa Internasional di Puncak Indonesia Fashion Week

Di puncak Indonesia Fashion Week 2015, koleksi-koleksi yang ditampilkan memiliki cita rasa internasional.

Liputan6.com, Jakarta Minggu 1 Maret 2015 di Jakarta Convention Center, puncak ajang Indonesia Fesyen Week 2015 dihelat dengan menampilkan koleksi dari 4 desainer, 2 dari Indonesia dan 2 dari Korea. Malam itu, acara yang di-host oleh Harper’s Bazaar Indonesia dibuka dengan peragaan rancangan-rancangan desainer Indonesia, Peggy Hartanto.

Lepas dari perbincangan perihal nama Peggy sebagai desainer yang melambung karena karya-karyanya dipakai figur entertainment internasional, seperti Gigi Hadid, ciri khas rancangan Peggy juga menjadi bahasan tersendiri di dunia fesyen. Begitu kentalnya kekhasan busana Peggy membuat kepala sebagian tamu undangan mungkin sudah menerka-nerka model baju seperti apa yang muncul mula-mula di show Peggy kali ini.

Memang benar bahwa sejak awal hingga akhir gelaran busana berlangsung, karya-karya yang ditampilkan menyatakan jati diri siluet rancang Peggy yang ultra minimalis. Akan tetapi di pembukaan peragaan koleksi Fall-Winter 2015 ini, sesuatu yang berbeda dan a bit unanticipated muncul secara menyegarkan. Desain busana dengan bagian badan berpotongan geometris dan tampak terpisah dengan bagian badan belakang serta aksen-aksen cut out yang seakan menjadi trademark Peggy tampil bukan di awal.

Bentuk-bentuk peplum baik pada round neck dress tanpa lengan atau long-sleeves top dan beberapa karya lain hadir bagai hembusan nafas segar dari identitas rancangan desainer lulusan Raffles College of Design and Commerce, Sydney, ini. Sebagian karya itu terdiri dari paduan warna hitam dan motif hitam-putih. Jenis motif itu juga tertuang dalam sebuah circular tank dress yang begitu simple.

Signature line dari Peggy yang menampilkan aksen cut out dan potongan badan depan yang geometris dan tampak pisah dengan badan belakang sendiri hadir dalam bentuk huruf `V`. Beberapa busana berdesain seperti itu memiliki permainan warna kuning mengisi hitam yang dominan. Ada juga yang menjadi printed dress hitam-putih. Satu aksen sederhana yang ada pada beberapa rancangan, yakni yang berbentuk busur menjuntai, menjadi sebuah pemanis yang impactful pada busana-busana itu.

Kesimpulannya, Peggy Hartanto berhasil menampilkan eksplorasi baru atas esensi garis desainnya yang ultra minimalis. Sosok wanita urban yang style-conscious dari desainer asal Surabaya ini mampu berjalan sejajar dengan karakter pria metro high-street kreasi perancang Korea, Munsoo Kwon. `Athleisure` sebagai kosakata yang terkini muncul di dunia fesyen dapat terdengar jelas pada koleksi men’s wear dari Kwon ini. Cuff dari rupa-rupa tops di koleksi tersebut berisi motif garis yang kental referensi sporty-nya. Item tersebut kemudian dipadukan dengan item lain seperti  sport pants atau yang lebih kasual seperti capri pants.

Mode rancangan Kwon amat mewakili spirit zaman pemuda urban masa kini yang berjiwa high street. Little twist, semisal cut-out accent pada running jacket, di koleksi yang terbilang cukup sleek ini mampu memberi efek attractive. Pemuda Kwon adalah ia yang punya laid-back attitude namun dengan style-concern yang besar. Beberapa busana yang tampak seperti piyama terlihat modis hadir pada beberapa looks. Sebagian rancangan Kwon juga menghadirkan tampilan yang sedikit bersentuhan formal dengan penggunaan jas. Secara umum koleksi ini terasa mild namun berpernyataan fesyen yang cukup kuat.

Inspirasi mode yang menyenangkan mata dari Munsoo Kwon dan Peggy Hartanto terputus saat desainer asal Korea lainnya menampilkan koleksi di urutan ke-3 dari show pamungkas Indonesia Fashion Week 2015. Hampir seluruh kreasi Lee Ji Youn di acara ini terbilang weird in disruptive way. Komposisinya aneh dan tak membuat mata nayaman melihatnya.

Bersyukur puncak dari puncak fashion show ini diisi oleh duo desainer asal Indonesia, Sean & Sheila yang sama seperti Peggy Hartanto dan Munsoo Kwon mampu memproduksi tampilan-tampilan mode dengan international taste secara fashionable. Rujukan kultur oriental dari koleksi Sean & Sheila ini mengambil bentuk yang cool. It’s like eastern street fighter meets western fashionista. Ada suasana brave terasa di sana dan juga glam pada saat yang sama.

Ini merupakan warna baru dari high-street fashion sebagai sebuah genre mode. Sebuah perspektif bersudut pandang urban dengan nafas tradisional oriental yang tetap kuat terasa. Jas-jas pria berpotongan oriental layaknya changsan dengan kerah tinggi dipasangkan dengan celana seukuran di atas mata kaki. Busana wanitanya memadukan kreasi desain oriental itu dengan celana lateks hitam yang menimbulkan kesan lebih maskulin tapi sekaligus lebih seksi. Iringan musik blues pada peragaan busana ini semakin mengaksentuasi street feel dari koleksi itu. Sean & Sheila, Munsoo Kwon, dan Peggy Hartanto menjadi benih-benih generasi muda dunia fesyen Asia yang mewakili kondisi zamannya. Zaman di mana rasa sudah berevolusi begitu urban dan berbaur dengan selera global. Kategori desainer semacam ini penting ada di dunia fesyen Asia guna terhindar dari stereotype etnisisme desain.

 

 

(Fotografer: Panji Diksana - Liputan6.com)