Sukses

Inspirasi Syal Sutra

Walau pemakaiannya sempat dianggap kurang versatile, musim ini tren syal kembali naik ke permukaan.

Liputan6.com, Jakarta Syal sutra sepertinya identik dengan ratu Elizabeth dan kaum wanita yang hidup pada tahun 70 sampai 80-an. Namun, di musim ini, syal sutra kembali menjadi tren.

Runway pun diramaikan dengan busana dengan padu-padan syal. Dilansir dari laman vogue.co.uk, Sabtu (18/4/2015), dari Gucci, ada Frida Giannini yang menampilkan motif merek terkenal yang dipadukan dengan jaket militer dan paduan dengan atasan model kimono. Dari Saint Laurant, Hedi Slimane menampilan gaya ala tahun 70-an dengan syal panjang dari chiffon. Syal juga bukan hanya bisa dipakai di leher, namun juga bisa berfungsi sebagai turban, sabuk, atau diikat di pegangan tas. Hal senada juga terjadi pada Tommy Hilfiger. Sementara Tom Ford bereksperimen dengan syal hitam sutra sebagai chokers. 

Saint Laurant juga mempopulerkan gaya syal tipis yang bisa dipakai dengan blus tanpa kerah atau dress mini untuk memberi kesan acuh tak acuh. Syal panjang juga sepertinya mendominasi tren. 

Beda lagi dengan syal besar berukuran persegi yang dimensinya bisa mencapai 120 x 120. Dalam produksi, pembuatan motif dan penanganan bahan memerlukan perhatian ekstra. Bali Barrett, direktur artistik pakaian wanita ready-to-wear Hermes pertama kali mengenakan scarf raksasa itu sebagai rok. Sekarang, ia melapisi sutra dengan bahan kulit, mendesain motif baru dan melubangi syal anggun itu dengan laser. Di Paris, ada ekspresi 'trou de memoire' yang artinya 'lubang di memori'. Itulah nama untuk sebutan scarf tersebut.

Sedangkan, Veronica Etro, Wakil Direktur Kreatif Etro mengambil inspirasi dari kaffiyeh -selendang segitiga dari pakaian pria Arab.

Coba lihat syal dan padu-padannya berikut ini! (Ikr/ret)

2 dari 2 halaman

Syal Sutra

Gucci

Saint Laurant

Tommy Hilfiger

Tom Ford

kiri: Etro, Kanan: Hermes

 

 

Â