Sukses

Kain Pinawetengan yang Menghidupkan

Corak pada kain Pinawetengan terinspirasi dari guratan-guratan yang ada pada Watu Pinawetengan.

Liputan6.com, Jakarta Pinawetengan bagi masyarakat Minahasa bukan hanya sekadar batu yang tidak bermakna. Setelah ditemukan pada 1888 di dataran tinggi Tonduraken, Minahasa, Watu Pinawetengan dianggap sebagai titik awal dari kebudayaan Minahasa. Pasalnya pada batu besar itulah leluhur dari berbagai sub-etnis Minahasa berikrar untuk bersatu, yang ditandai dengan guratan-guratan pada batu.

Guratan-guratan pada batu inilah yang kemudian menginspirasi lapisan ekonomi kreatif masyarakat Minahasa untuk menciptakan kain tenun dan batik Minahasa dengan corak Watu Pinawetengan.

Lili, salah seorang pengrajin kain tenun Pinawetengan saat ditemui tim Liputan6.com, yang ditulis pada pada Kamis, (29/5/2015) mengungkapkan, proses pembuatan kain tenun dengan motif Pinawetengan dilakukan dalam beberapa tahap.

Tahap tersebut antara lain pengklosan benang, pembidangan, pembuatan pola, dan tahap pewarnaan. Setelah benang diberi warna, lalu disatukan menggunakan alat tenun sehingga menghasilkan kain dengan corak pinawetengan.

Lebih jauh Lili mengungkapkan, corak kain batik pinawetengan terdiri dari beberapa jenis, antara lain corak Karema, Lumi’muut, dan Toar. Ketiga corak kain Pinawetengan ini merupakan representasi dari kebudayaan leluhur orang Minahasa.

Penciptaan kain batik dengan motif pinawetengan merupakan upaya masyarakat Minahasa untuk menghidupkan kembali semangat persatuan diantara orang Minahasa, yang makin terkikis oleh modernitas dan sikap individualis. Selain juga tentunya sebagai usaha memperkaya khazanah kain batik nusantara. (ibo/igw)

 

Â