Sukses

Kudus, Antara Keretek dan Batik

Kudus tidak hanya dikenal sebagai Kota Keretek, batik dari kota ini ternyata melegenda dan kini bangkit dari ancaman kepunahan,

Liputan6.com, Jakarta Kudus, Jawa Tengah, tidak hanya dikenal sebagai Kota Keretek, tetapi juga sebagai salah satu kota penghasil batik yang sudah melegenda sejak 1880 selain Solo, Pekalongan, dan Lasem. Salah satu yang terkenal adalah batik dengan motif Langgar Dalem yang merupakan akulturasi berbagai budaya di Kudus yang nyaris punah.

Peminat batik Kudus dan penulis buku Batik Kudus; The Heritage, Miranti Serad Ginanjar atau yang akrab disapa Miranti menyatakan, sejak 1980-an batik Kudus mulai mengalami penurunan produksi karena maraknya batik cap dan printing dengan harga yang jauh lebih murah.

"Sejak 1980-an sampai 2008, batik Kudus menurun produksinya karena dianggap tidak ada nilai ekonomisnya dan kalah dengan batik cap dan cetak yang harganya lebih murah dari batik Kudus yang dikenal isen-isen rumit saat dibuat," ujar Miranti saat ditemui tim Liputan6.com dalam bedah buku miliknya di Galeri Indonesia Karya, Jakarta, Senin 26 Oktober 2015.

Miranti mengakui selain maraknya batik cap dan printing, kelangkaan Batik Kudus ini memang dinilai kurang memberi pengaruh pada pertumbuhan ekonomi sehingga banyak perajin memilih bekerja di industri. Ancaman lain yang menerpa batik Kudus, yaitu adanya potensi pengakuan dari bangsa lain sehingga diharapkan ada kerja sama dengan pemerintah untuk melindungi hak cipta batik Kudus dengan keragaman motifnya.

"Saya juga ingin membawa motif-motif klasik yang ada di batik Kudus dapat berkembang menjadi sumberi inspirasi bagi motif kontemporer," ujar Miranti yang hadir dengan mengenangkan unsur batik sebagai outfit-nya.

2 dari 2 halaman

Ragam dan corak khas

Ragam dan Corak Khas

Selain Miranti, Nita Kenzo, pemilik Galeri Batik Jawa menuturkan bahwa batik Kudus memiliki ragam corak dan warna yang khas perpaduan antara biru indigo dan cokelat soga.

"Salah satu batik Jawa yang terkenal adalah batik Kudus yang memiliki ragam corak dan warna yang khas dan saya bersama teman dan kerabat berusaha untuk menghadirkan kembali kearifan lokal tanah Jawa dengan penggunaan pewarna alami," ujar Nita Kenzo yang hadir pada bedah buku milik Miranti Serad Ginanjar.

Hadir pula pada acara tersebut, Ari Juliano, selaku Deputi HKI dan Regulasi Badan Ekonomi Kreatif, yang menyatakan bahwa batik, khususnya batik Kudus, sebagai warisan budaya Indonesia juga punya nilai ekonomi yang harus dijaga dan dilestarikan.

"Meskipun memiliki corak khas dan sejarah yang unik, batik Kudus masih perlu diperkenalkan, serta perlu mendapatkan perlindungan hak cipta akan motif batik sehingga dapat meminimalkan tindakan pembajakan dan pencurian karya," tutup Ari. (*)