Sukses

Batik Kudus Siap Berpadu dengan Corak Apa pun

Saat ini, Batik Kudus menghadapi tantangan baru di era globalisasi, mulai dari pembajakan sampai kolaborasi dengan perkembangan mode.

Liputan6.com, Jakarta Batik Kudus pernah terpuruk hebat. Saat itu bahan baku langka dan muncul serangan massal dari batik cap dan cetak yang menawarkan harga jauh lebih murah. Pembina Batik Kudus Miranti Serad Ginanjar dalam bukunya "Batik Kudus, The Heritage" yang dikutip Selasa (26/10) menyebutkan, para pengrajin Batik Kudus membutuhkan pembinaan lebih.

Ini demi meningkatkan keterampilan dan keahlian membatik para pengrajinnya sehingga mampu menghasilkan Batik Kudus yang memukau. Nyatanya, pembinaan masih belum efektif sehingga dapat menghasilkan Batik Kudus yang bercorak inovatif.

Jika menelisik sejarah lampau Batik Kudus, motif-motif yang ditampilkan mampu memadupadankan berbagai budaya, mulai dari Arab, Belanda, dan Tionghoa. Zaman sekarang, Miranti menyatakan bahwa Batik Kudus harus bisa melebur dengan motif dan corak yang sedang tren.

Lewat tangan desainer Denny Wirawan contohnya, Batik Kudus berlabel Balijava yang dipamerkan dalam pagelaran fesyen di sejumlah kita besar dunia, seperti Milan, Paris, New York, Washington D.C., dan London bisa menjadi contoh bahwa corak Batik Kudus bisa dipadupadankan atau melebur dengan tren mode terbaru yang berkembang saat ini. 

"Ragam motif dan filosofi Batik Kudus menginspirasi Denny untuk menciptakan koleksi yang berbeda dengan potongan yang lebih segar dan memberi kesan muda dengan tetap memerhatikan keindahan karakteristik Batik Kudus."ujar Denny seperti dikutip dalam buku karangan Miranti.