Liputan6.com, Jakarta Sore di hotel Dharmawangsa, Senin 30 November 2015, tetamu dalam balutan dandanan apik berkumpul untuk menyaksikan peragaan busana dari desainer Sapto Djojokartiko. Yang ditampilkan di acara Wings of Change dari SK-II dan Bazaar Live dari Harper’s Bazzar adalah koleksi Spring/Summer 2016.
Inspirasi perancang dibalik label Saptodjojokartiko untuk koleksi tersebut adalah `Iabadiu`. Kata itu ditemukan di karya `Geographia` yang dibuat Ptolomeus, seorang Greco-egyptian yang dalam berbagai bidang ilmu, mulai dari matematika hingga astronomi. Buku Geographia merupakan atlas berisi peta-peta.
`Iabadiu` atau `Jabadiu` dikatakan sosok berdarah Yunani itu sebagai pulau padi yang kaya akan emas. Merujuk pada apa yang dimaksud olehnya, kata itu diperkirakan berakar dari kata dalam bahasa Sanskerta `Java Dvipa` atau `Yawadvipa` dengan arti yang sama dan merupakan sebutan untuk Pulau Jawa.
Advertisement
Imajinasi tentang bagaimana Jawa akan dibayangkan oleh seorang Greco-Egyptian ialah bahan yang darinya tercipta koleksi Spring/Summer 2016 Saptodjojokartiko. Hasilnya? Jiwa siluet `H` pakaian-pakaian Yunani kuno bercampur detil budaya Jawa melalui motif batik Srikuncara dan Buket Pakis.
Dengan iringan paduan suara mahasiswa ITB yang mebawakan lagu Gambang Suling beraransemen teatrikal, para model menampilkan busana-busana Sapto dimana kekunoan budaya yang menjadi ide dasarnya terolah menjadi elegansi modern nan bercitarasa glam serta sensual.
Tak diragukan bahwa boxy jacket hitam atau gaun-gaun loose berbahan sheer rancangan Sapto dapat dengan mudah disukai. Akan tetapi, kreasi-kreasi yang sebagiannya berpalet blue-gray ini menjadi tampak kurang berenergi justru karena terlalu kentalnya kekhasan garis Sapto digunakan, seolah mendapat eksploitasi yang menyurutkan auranya. Bayang-bayang koleksi sebelumnya yang bertajuk `Penara` begitu terasa.
Masih terngiang bagaimana rancangan-rancangan di `Poseido` berkembang menjadi `Penara`. Atau bahkan bagaimana `Penara` episode pertama berlanjut kreatif ke koleksi yang terinspirasi sosok femme fatale `Mata Hari`. Semoga Sapto belum lupa atau tak urung akan esensialnya eksplorasi desain seperti itu.
Â