Liputan6.com, Jakarta Bagaimana department stores Galeries Lafayette nyata turut berpartisipasi dalam pembangunan industri mode tanah air kembali terlihat. Sebelumnya 2 kali bergerak dalam platform Fashion Lab - yang mulanya dicetuskan oleh Galeries Lafayette di Jerman pada tahun 2004 sebagai Labo Mode – untuk memberi spotlight pada desainer-desainer muda dalam negri berbakat, kini department stores asal Prancis itu memberi kesempatan khusus bagi Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DKI Jakarta.
Sebuah Pop-up store berisi karya-karya anggota Dekranasda DKI Jakarta hadir di Galeries Lafayette pada 8 Desember 2015 sampai 10 Januari 2016. Ada 10 label yang produk-produknya berhasil terpampang di area belanja eksklusif itu. Kesepuluh brand tersebut tampil dengan desain-desain berelemen tradisional Indonesia. Ini merupakan buah kerjasama antara Dekranasda DKI Jakarta, Femina Group, dan Galeries Lafayette.
Hadir dalam acara temu media untuk mensosialisasikan program ini ialah Ketua Dekranasda DKI Jakarta Veronica Tan, CEO Femina Group Svida Alisjahbana, CEO Galeries Lafayette Jakarta Handaka Santosa, dan COO Galeries Lafayette Jakarta Herlina Widjaja. “Dekranasda Jakarta ingin membawa nama baik dalam hal kualitas maupun pemenuhan kuantitas produk,” ucap Veronica Tan dalam penjelasannya. Bagaimana istri Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) itu mengejawantahkan poin penting tersebut?
Advertisement
Satu jawaban yang lantang disuarakannya adalah proses kurasi. Dibantu oleh Femina Group, barang-barang yang dikurasi kemudian melewati tahap screening oleh Galeries Lafayette. Seperti dijelaskan Herlina Widjaja, untuk bisa mendapat tempat di Galeries Lafayette, hasil-hasil kerajinan itu dinilai dalam seperangkat kriteria, mulai dari kualitas produk, desain, rentang harga, konsistensi produksi, dan lain sebagainya. Setelah periode program ini tuntas akan dilihat pula bagaimana perolehan penjualan sebagai bahan pertimbangan keberlanjutan program.
Yang diinginkan Vero (panggilan akrab Veronica Tan) bukan program yang bersifat hit and run, melainkan berkelanjutan oleh karena produk berkualitas yang dipasarkan memang “menjual”. “Saya tak mau barang-barang Dekranasda hanya laku saat pameran dan itu pun pembelinya adalah teman-temannya sendiri,” ujar Vero. Di titik ini lah, Vero menekankan pentingnya kurasi dimana melalui hal itu didapat produk-produk berkualitas sehingga mampu terjual oleh karena kualitasnya itu sendiri.
Dalam penjelasannya pula dapat dimengerti bagaimana keberhasilan penjualan tersebut juga merupakan bentuk timbal balik dengan pihak pemberi fasilitas seperti department stores yang telah memberi semacam `affirmative action` pada label-label kerajinan untuk memasarkan produk di tempat mereka. Untuk mewujudkan peningkatan mutu kerajinan, pemasaran, dan berbagai hal lain guna mencapai tingkat penjualan yang lebih baik, Dekranasda dibantu oleh Femina Group membuat berbagai pelatihan dan pembinaan pada para anggota wadah itu.
Bincang-bincang yang berlangsung pada Rabu 16 Desember 2015 di Galeries Lafayette ini juga menyinggung beberapa kendala yang dihadapi oleh para pengrajin. Satu yang hingga kini masih dihadapi dan diupayakan pemecahannya adalah perihal kemampuan produksi yang tak jarang berada di bawah jumlah pesanan yang datang.