Sukses

Tahukah Anda Bahwa Dulu Warna Pink Identik dengan Anak Laki-Laki?

Meskipun warna pink selalu diasosiasikan dengan jenis kelamin perempuan, ternyata sejarah mengatakan hal lain.

Liputan6.com, Jakarta Teori bahwa warna pink untuk anak perempuan dan biru untuk anak laki-laki telah menjadi tradisi umum di dunia selama bertahun-tahun. Padahal, belum tentu orang mengetahui alasan di balik kebiasaan ini.

Foto bayi di tahun 1800-an menunjukkan bahwa bayi laki-laki maupun perempuan mengenakan gaun berenda putih, jadi sejak kapan warna pink menjadi warna utama bagi kaum perempuan?

Seperti yang dilansir dari situs Jezebel.com pada Kamis (14/7/20160, pergeseran makna warna pink maupun biru terjadi secara bertahap. Selama berabad-abad, setiap anak telah dipakaikan gaun putih praktis yang dengan mudah bisa ditarik untuk mengganti popok, atau diputihkan ketika popok bocor. Pakaian berwarna pastel mulai diperkenalkan kepada anak-anak pada pertengahan abad ke-19. Walaupun demikian, seorang ahli sejarah dari University of Maryland sejarawan, Jo B. Paoletti, warna-warna pastel tersebut belum diidentikkan dengan jenis kelamin tertentu.

Sebuah jurnal dari tahun 1918 mengatakan bahwa awalnya, aturan yang berlaku umum adalah warna pink ditujukan bagi anak laki-laki, dan warna biru untuk anak perempuan. Alasannya adalah, warna pink adalah warna yang lebih kuat sehingga lebih cocok untuk anak laki-laki, dan warna biru yang lebih lembut cocok untuk anak perempuan. Sumber lain mengatakan bahwa warna biru cocok untuk anak yang memiliki rambut pirang dan bermata biru dan pink untuk yang berambut coklat dan bermata coklat.

Pada tahun 1927, majalah Time mencetak grafik yang menunjukkan warna yang sesuai untuk anak perempuan dan anak laki-laki menurut toko-toko pakaian anak terbesar di Amerika. Toko-toko tersebut pun menganjurkan untuk memakaikan pakaian pink untuk anak laki-laki dan biru untuk anak perempuan.

Pada tahun 1940, para produsen pakaian akhirnya menetapkan bahwa warna pink untuk anak perempuan dan biru untuk anak laki-laki, sehingga anak-anak yang lahir setelah Perang Dunia II dibesarkan dengan memakai dua warna. Tapi itu bukan akhir dari cerita. Paoletti mengatakan bahwa akibat gerakan pembebasan perempuan, pakaian bayi uniseks hadir tahun 60-an dan akhir 70-an. Namun pink dan biru kembali di pertengahan '80 -an, dengan adanya tes kehamilan. Setelah orang tua bisa mengetahui apakah mereka sedang menantikan anak laki-laki atau perempuan, mereka bisa menyiapkan segala sesuatu dengan warna yang sesuai. 

Paoletti mengatakan bahwa hilangnya warna yang dianggap netral seharusnya jadi bahan pertimbangan bagi banyak orang. Saat ini tuntutan orang akan warna-warna netral untuk anak mereka semakin meningkat. 

* Di negara ini ada tempat menembak khusus kaum LGBT. Dimana? Simak selengkapnya di sini.