Liputan6.com, Banyuwangi Festival Kebaya Banyuwangi sukses menjadi panggung pertunjukkan kebaya nasional. Diikuti ratusan desainer kenamaan Indonesia, acara ini juga menjadi bukti bagi eksistensi perancang busana lokal yang mampu menghadirkan karya kebaya yang tidak kalah kualitasnya.
Fashion Show ini melibatkan 100 desainer kebaya, dengan lebih dari 200 koleksi antara lain Ferry Sunarto, Priscilla Saputro, Lenny Agustin, Deden Siswanto, Afif Syakur, Dwi Iskandar, Devy Rose, Inge Chu, Phangsanny, Dedy Delmora, dan Aura Putri yang mewakili keragaman gaya kebaya, mulai dari glamor, kasual, klasik, hingga kontemporer. Puluhan produk desain kebaya karya desainer asli daerah pun ditampilkan secara apik pada pagelaran ini.
Advertisement
Bupati Abdullah Azwar Anas mengatakan Banyuwangi terus membuka peluang baru bagi pelaku mode daerah. Setelah sukses meningkatkan pamor batik lokal, kali ini Banyuwangi mengambil kebaya sebagai sebuah kesempatan bisnis baru yang tidak boleh dilewatkan.
“Bisnis fashion ini tidak pernah surut. Apalagi kebaya dipakai oleh semua wanita Indonesia di semua daerah. Dengan festival ini kami berharap Banyuwangi akan menjadi salah satu pusat mode Kebaya yang diperhitungkan di tingkat nasional,” tutur Bupati Anas dimalam puncak Festival Kebaya Banyuwangi yang digelar di GOR Tawangalun Banyuwangi, Sabtu (22/4/2017) malam.
Bupati Anas mengatakan, kebaya telah menjadi identitas tanah air sejak masa Majapahit. Bahkan kebaya telah mampu mempengaruhi gaya fashion di negara-negara Asean. Sehingga tidak ada alasan untuk tidak bangga terhadap kebaya.
"Berbagai karakter kebaya dari berbagai daerah ditampilkan di sini," katanya.
Bupati Anas berharap bahwa setelah pagelaran Festival Kebaya ini, Banyuwangi bisa menjadi pusat kebaya.
"Kami ingin Banyuwangi bisa menjadi pusat kebaya dan industri kebaya bisa berkembang," ujarnya.
Pertunjukkan fashion show kebaya malam ini, benar-benar mampu membuka wawasan tentang ragam desain kebaya yang ada di tanah air. Hadirnya ratusan karya kebaya dari para desainer professional diharapkan memberi sebuah pengalaman baru sebagai sumber inspirasi bagi para pelaku fashion Banyuwangi.
Seperti karya desainer kenamaan Lenny Agustin yang memberikan sentuhan desain berbeda. Sebagaimana ciri khasnya yang terbiasa mendobrak adat, Lenny mampu mengubah image kebaya yang konservatif menjadi nuansa cheerfull yang segar dengan potongan desain yang sederhana tapi tetap berkarakter.
Sedangkan karya Priscilla Saputro , desainer yang pernah menangani ajang Miss Universe dan Puteri Indonesia ini menunjukkan jika desain kebaya juga bisa menjadi glamour tapi tidak berlebihan. Keagungan nuansa tradisional kebaya tetap muncul dalam rangkaian desain kebaya busana pesta yang dibuatnya.
Meskipun kalah jam terbang, puluhan karya desainer lokal juga patut diapresiasi. Mereka sudah mulai bisa menghadirkan desain kebaya secara apik dan tidak kalah dengan para senior yang sekaligus juga mentornya.
Tradisi Banyuwangi seperti Kebo-kebosan pun diaplikasikan dalam kebaya menjadi rancangan yang menarik.
Sebelumnya Pemkab bersama Indonesia Fashion Chamber (IFC) telah memberikan fondasi bagi para desainer lokal. Fondasi itu diwujudkan dengan membikin inkubator bisnis. Para desainer nasional mengerek kompetensi desainer dan perajin busana lokal dengan membuka workshop kepada 100 pelaku usaha dalam dua tahap.
"Para desainer dan perajin lokal diinjeksi materi tentang bagaimana pembuatan DNA brand, yakni mengajarkan agar fokus dan mengejar target pasar yang akan diambil, teknis pengerjaan kebaya, dan manajemen usaha," kata Presiden IFC Ali Kharisma.
Perhelatan Festival Kebaya Banyuwangi menampilkan ragam kegiatan menarik terkait kebaya, mulai dari exhibition, art installation, art performing, trunk show, dan fashion show.
Dian Kurniawan