Sukses

Parade Busana Karya Desainer Lokal di 23 Fashion District

Berikut pagelaran mode dari sederet desainer lokal Indonesia Fashion Chamber di 23 Fashion District.

Liputan6.com, Jakarta Industri fashion semakin berkembang ditandai dengan bermunculan desainer lokal berbakat. Salah satunya desainer-desainer ini bergabung dalam Indonesia Fashion Chamber (IFC). Baru-baru ini sederet desainer IFC memamerkan karyanya pada gelaran fashion show bertajuk 23 Fashion District. Desainer yang ikut serta diantaranya Ali Charisma, Dibya Hody, Erin Ugaru, Irna Mutiara, Runny Soema di Pradja, Wenning, Aldre, Aninda Nazmi, Christine Wibowo, Luffi Vadisa, Novee AL, Toera Imara, Widya Andhika, Deuce Suzan, Dewi Roesdji, M Ricky Barman, Phalie Studio, Weda Ghita dan lainnya.

Fashion show ini menjadi salah satu dari rangkaian pembukaan 23 Paskal Shopping Center sebagai wujud komitmen dalam mendukung ekonomi kreatif. Pada rangkaian pembukaan dan dalam rangka mewujudkan komitmen tersebut, 23 Paskal Shopping Center bekerjasama dengan Indonesian Fashion Chamber (IFC) dan mempersembahkan 23 Fashion District. 23 Fashion District merupakan perhelatan mode terbesar pertama yang diadakan di Bandung, dengan menghadirkan dan memperagakan karya 52 desainer dari 12 kota yang ada di Indonesia. Perhelatan mode ini telah berlangsung selama 3 hari penuh, dimulai dari tanggal 12 Mei – 14 Mei 2017, bertempat di Main Atrium 23 Paskal Shopping Center.

Berbagai busana dihadirkan oleh para fashion desainer, seperti Ali Charisma menghadirkan gaun bernuansa hitam dengan tema Borderless yang inspirasinya di ambil dari zaman victorian dan modern mulai, cara berpakaian sampai seni tradisional dan kontemporer. Koleksi ini menggunakan kombinasi bahan yg mempunyai struktur kuat dan lembut seperti kulit satin dan lace. Sementara warna yang digunakan didominasi warna hitam dengan aksen warna merah, biru, dan abu-abu . Paduan antara feminin dan maskulin pun terlihat sangat kental di koleksi kali ini, tepat sekali untuk Anda perempuan yg mandiri, percaya diri, aktif dan tidak takut menjadi diri sendiri.

Begitu juga Errin Ugaru ini mengangkat tema Morose yang berarti muram. Errin Ugaru mengangkat sisi muram bunga karena kebakaran hutan yang salah satunya bisa disebabkan oleh ulah manusia. Menampilkan warna-warna yang berkaitan dengan kebakaran diantaranya warna hijau gelap, merah, serta warna abu dan hitam. Material yang digunakan yaitu campuran silk, woll, jaquard, dipadu bahan kulit dan aplikasi zipper serta ring silver. Kerudung yang digunakan bergaya simple dari bahan organdi melengkapi gaya busana khas Errin Ugaru yang unik dan edgy.

Sementara Irna Mutiara melalui label Irna La Perle menampilkan koleksi bertajuk Spiritual Beauty. Koleksi ini mempunyai konsep busana terusan yang longgar dengan cutting loose. Menggunakan material chiffon dan bersiluet A Line dengan perpaduan warna-warna lembut menenangkan, seperti creamy, blue, green, peach dan broken white. Detail yang diekspos berupa aplikasi bordir dan Swarovski. Menggambarkan wanita sederhana yang anggun sangat tepat digunakan pada bulan Ramadan dan Idul Fitri.

Sementara Wening Angga mengangkat batik dalam labelnya Wening. Koleksi ini bertema Cataracta yang terinspirasi dari air terjun yang mengalir lembut memberikan nuansa exotic romantic dan ethnic kontemporer. Didominasi dengan potongan asimetris dan peplum dengan motif Nitik Kembang Tanjung, Nitik Truntum, dan Kawung. Material yang digunakan Wening yaitu batik katun cap Yogyakarta yang dipadukan dengan arsilk, rowsilk, dan taffeta. Sementara warna yang digunakan sogan, broken white, black, tawny, dan marun dalam koleksi batik yang mengagumkan.

Sederetan desainer lainnya juga menampilkan karya dengan ciri khasnya masing-masing. Karya ini dapat dijadikan inspirasi berbusana bagi Anda pecinta fashion. Mulai dari cutting yang digunakan, material, aksen dan motif, hingga pilihan warna yang tepat.Â