Liputan6.com, Jakarta Desainer Elizabeth Njo May Fen telah berkomitmen untuk menyertakan kain tradisional dalam rancangannya. Maka ia pun mendirikan brand Ketique yang bernapaskan kain tradisional Indonesia seperti tenun, batik, atau songket.
Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesian Fashion Chamber (IFC) untuk mengangkat nilai-nilai lokal ke rancangan bernuansa internasional. Ini supaya karya khas Indonesia dapat diterima oleh masyarakat dunia.
Baca Juga
IFC bekerja sama dengan TS Suites Seminyak Bali mengadakan Bali Fashion Trend 2018Â pada 19-21 Mei 2018. Di acara ini, para desainer yang ikut serta diberikan kesempatan menampilkan karya-karya terbaiknya dalam sentuhan lokal.
Advertisement
Di Bali Fashion Trend 2018, Elizabeth pun menampilkan karya yang begitu memukau. Berpotongan edgy, karya Elizabeth juga berbilang unik. Sebab, satu piece pakaian bisa dipakai dengan beberapa cara yang berbeda. Misalnya outer dengan sentuhan batik Kaung dapat menjadi long skirt.
Batik bermotif geometri memang menjadi favorit Elizabeth dalam membuat karya. Karena motif ini cocok untuk mood karyanya yang modern. Ia memadukan kain tradisional dengan kain aklirik yang ringan.
"Saya ingin mengangkat kain tradisional ke pengemasan yang lebih edgy untuk menarik generasi muda mau memakai dan ikut melestarikannya," ujarnya saat ditemui di Bali, Sabtu (20/5/2017).
Desainer Linda Lirose juga memiliki cara unik menunjukkan nilai lokal ke dalam karyanya. Ia memasukkan teknik kerawang untuk kain yang menjadi bahan dalam koleksinya. Teknik membuat motif dari membolongi kain secara handmade itu memberikan nilai unik tersendiri.
Brand Mamayoo mengangkat batik dengan motif-motif unik seperti burung, bunga dan suku asmat. Ia mengemasnya dalam potongan dress, blazer, kemeja, hoodie, hingga jumpsuit berdetail tali dan fringe.