Liputan6.com, Jakarta Hian Tjen kembali menggelar pagelaran busana keduanya. Desainer muda berbakat ini mengangkat tema Magellani. Magellani diambil dari nama galaksi kecil yang mengitari Bima Sakti yang indah.
Baca Juga
Advertisement
Setelah empat bulan mempersiapkan pagelaran impian, Hian Tjen mewujudkannya dalam 59 koleksi busana Hian Tjen Couture 2017 - 2018 Collection. Koleksi ini dipersembahkan pada pecinta fashion pada Rabu (6/9/2017) di Ballroom Dian, Raffles Hotel, Jakarta.
Koleksi Magellani ini terinspirasi dari pengalaman traveling Hian Tjen ke Maroko. Perancang busana ini terpana menatap langit dengan bintang di Galaksi Bima Sakti. Kekaguman Hian bertambah saat mengetahui cerita romantis dari rakyat Estonia tentang bintang-bintang itu.
Seorang mahadewi bernama Lindu jatuh cinta pada ketampanan Cahaya Utara yang membuatnya patah hati. Ia pun menjelma menjadi sesosok dewi yang memimpin kawanan burung yang terbang dari Utara ke Selatan.
Jejak air mata sang Dewi menjadi jalur migrasi burung-burung untuk berpindah dari tempat dingin ke area yang hangat. Kisah ini menjadi inspirasi yang dituangkan Hian Tjen dalam koleksi busana Magellani.
"Inspirasi biasanya saya dapatkan dari hobi traveling, begitu juga dengan Magellani ini. Saat saya berlibur ke Maroko, jam 5 subuh saya keluar dan untuk pertama kalinya melihat satu garis langit penuh bintang yang luar biasa indah. Saya mencari tahu dan menjadikan keindahan ini sebagai inspirasi koleksi busana pada show tunggal kedua saya," kata Hian Tjen.
Â
Potongan dan motif romantis
Yang istimewa pada koleksi kali ini, Hian mengajak Ian Permana, seorang ilustrator yang berdomisili di Bali untuk membuat pattern Lindu, burung-burung, planet, bulan, rasi bintang, lambang astrologi dan awan-awan untuk menghidupkan koleksi busananya.Â
Koleksi adi busana Magellani ini indah dalam pagelaran romantis dengan iringan alunan harpa yang dimainkan seorang gadis yang menggambarkan Lindu. Gaun-gaun ini memiliki garis desain ringkas, ringan, dan kekinian.
Pada koleksi ini terlihat jaket berlengan lonceng yang dipadu rok lebar klok dari bahan flanel, atau terusan span berbahan tipis, dalam napas mode era 1940-an. Detail bintang-bintang yang dijahitkan satu per satu di atas gaun bukan hanya mempercantik rancangan tapi lebih untuk mempertegas ide.
Advertisement
Kerlip bintang dan warna senja pada busana
Pada busana lain, Hian menambahkan torso transparan pada busana bersiluet lurus serta gaun-gaun malam panjang dengan rok tumpuk di atas bahan tulle untuk memberi kesan tokoh Dewi.
Hiasan kristal Swarovski, payet, dan bebatuan di atas busana seperti memancarkan cahaya mirip kerlip bintang di langit dan menjadikannya rupawan. Kemampuan Hian dalam menguasai dan menaklukkan bahan juga terlihat saat ia menangani material, baik yang tebal bertekstur halus seperti silk gazar, kaku seperti scuba, ataupun tipis seperti tulle.
Hian menentukan warna dusty pink, slate blue dan midnite blue, serta menyisipkan warna keemasan dan keperakan di antaranya, yang mendominasi elegansi koleksi Magellani untuk menceritakan fenomena alam ketika senja menjelang malam.