Sukses

Mengharukan, 3 Kisah Penantian Demi Cinta Sejati

Kisah cinta yang minim pengorbanan sekiranya kurang menarik untuk diceritakan ketimbang yang banyak pengorbanan.

Liputan6.com, Jakarta Cinta bisa dirasakan setiap orang tetapi kisahnya yang dialami berbeda-beda. Ada yang mendapatkan cintanya dengan mudah minim pengorbanan, ada pula yang harus sampai 'berdarah-darah' dahulu untuk meluluhkan hati sang pujaan.

Kisah cinta yang minim pengorbanan sekiranya kurang menarik untuk diceritakan ketimbang yang banyak pengorbanan. Seperti kata pepatah, berakit-rakit ke hulu berenang ke tepian, bersakit dahulu bersenang kemudian. Kisah cinta di bawah ini memiliki jalan cerita yang panjang dan terjal.

Di sini, para pria benar-benar harus berjuang untuk bisa menikahi pujaan hatinya. Mereka rela menunggu hingga puluhan tahun untuk bisa meminang wanita tersebut. Bukan skenario dalam film, ini merupakan kisah nyata.

Berikut ini tiga kisah cinta rela tunggu bertahun-tahun demi meminang kekasih pujaan.

1. Pilot yang menunggu 20 tahun untuk meminang kekasih pujaannya sejak SD.

Kisah ini merupakan cerita dari orangtua selebtwit Gia Pratama. Pria yang berprofesi sebagai dokter ini membagikan cerita ayahnya, Amir Hamzah seorang kapten pilot, yang mengejar pujaan hatinya sejak SD. Cerita berawal saat Amir kecil yang saat itu sering membantu orangtuanya di sawah. Ia terpaku dengan kecantikan seorang gadis cilik dengan pita di rambutnya.

Sejak saat itu, Amir selalu mencuri pandang kepada wanita tersebut yang lewat satu minggu sekali. Sempat terpisah saat SMA, namun mereka dipertemukan di sebuah pesawat terbang. Saat itu, Amir telah menjadi seorang pilot. Ketika keduanya makin dekat, masalah datang kembali. Ibu Gia ini ternyata mengidap kanker getah bening, ia pun tak kuasa untuk menerima pinangan ayah Gia karena penyakitnya ini.

Namun dengan keyakinan Amir, akhirnya mereka menikah dan tetap cinta dan harmonis hingga kini. Jika ditotal, ayah Gia ini sudah berjuang selama 20 tahun hingga akhirnya bisa mensahkan bocah SD yang pertama kalinya ia lihat waktu itu untuk menjadi istrinya.

 

2 dari 3 halaman

Mengharukan, 3 Kisah Penantian Demi Cinta Sejati

2. Delapan tahun menunggu tunangannya yang koma.

Nashiji Hisashi dan Nakahara Mai telah menjalin asmara sejak 10 tahun lalu, kini mereka sedang merencanakan pernikahan. Namun sayang, tiga bulan sebelum pernikahannya digelar, calon mempelai wanita malah jatuh sakit dan harus koma. Selama koma tersebut, Nashiji terus mendampingin tunangannya.

Ia bersama keluarga pihak perempuan bergantian untuk mengurus wanita yang mengidap penyakit syaraf ini. Setelah sadar dari masa kritisnya, kondisi Nakahara tak langsung membaik. Ia harus berada di kasur rumah sakit selama delapan tahun lamanya. Tapi tak sekalipun ada niatan untuk mencari wanita lain di hati pria ini.

Setelah delapan tahun menunggu, akhirnya mereka berdua berhasil menikah pada Agustus 2014. Walaupun harus menunggu sang pujaan hati yang sakit selama delapan tahun, juga pernikahannya yang diundur selama 10 tahun. Pria ini tetap setia menunggu jodohnya.

 

3 dari 3 halaman

Mengharukan, 3 Kisah Penantian Demi Cinta Sejati

3. Menunggu gebetannya selama 20 tahun di stasiun kereta.

Seorang pria Taiwan bernama Ah Ji, pada saat itu bertemu dengan seorang gadis cantik di Stasiun Tainan, Taiwan. Setelah berkenalan, keduanya membuat janji di stasiun yang sama untuk kemudian berkencan. Namun tak seperti yang dijanjikan, wanita tersebut tak kunjung muncul seperti yang telah dijanjikan.

Tak mau mudah menyerah, Ah Ji pun tetap setia menunggu pujaan hatinya tersebut kalau-kalau mereka tak sengaja berpapasan. Pria ini tetap mengenakan pakaian yang sama pada saat mereka pertama kali membuat janji selama 20 tahun. Ya, karena dia tetap menunggu pujaan hatinya selama 20 tahun di stasiun yang sama.

Namun dengan pengorbanan menunggu selama 20 tahun, wanita tersebut tak juga datang mendatangi Ah Ji. Hingga akhirnya ia meninggal. Sampai akhirnya, Ah Ji dijuluki 'Hachiko', anjing legendaris asal Jepang yang menunggu tuannya pulang di stasiun selama 20 tahun lamanya.

Penulis: Muhammad Bimo Aprilianto

Sumber: Brilio.netÂ