Liputan6.com, Jakarta Sebagai seorang desainer, melahirkan karya-karya bernafaskan kekayaan tanah air merupakan cara tersendiri untuk melestarikan Indonesia. Sebut saja; Andreas Odang, Denny Wirawan, Hian Tjen, Liliana Lim, Norma Hauri Reza, dan Stella Risa.
Bertajuk Kain Negeri, keenam desainer ternama Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) tersebut berhasil mentransformasikan kain-kain tersebut ke dalam potongan-potongan busana cantik yang dapat menambah gaya Anda.
Norma Hauri
Advertisement
Norma Hauri mempresentasikan busana modestwear bertajul Statuesque. Sebagai desainer terbaru dari IPMI/ Indonesia Fashion Design Council (IFDC). Norma Hauri melansir koleksi modestwear spesial menggunakan kain tradisional yang didedikasikan kepada warisan budaya Indonesia.
Andreas Odang
Dirinya merupakan anggota aktif di dalam Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI). Tahun ini, Andreas Odang berhasil meramaikan kembali gelaran kolektif bertema Serenity. Koleksi ini terinspirasi dari hembusan angin di laut lepas, langit yang kelabu, serta kesunyian sekitarnya. Dengan menonjolkan sisi melankolis dan kontemplatif. Kali ini, Odang memilih menggunakan kain tenun Garut yang dikreasikan ke dalam deretan koktil dress dan gaun malam berpotongan minimalis. Dengan nuansa warna lembut, gaun ini akan membawa para wanita untuk tampil lebih elegan.
Advertisement
Denny Wirawan
Denny Wirawan mengangkat batik Pekalongan sebagai material koleksinya tersebut. Keelokan nusantara dengan macam ragam budaya semakin mendorong Denny Wirawan untuk menjelajah wastra Indonesia. Ruang imajinasi Denny Wirawan dipenuhi dengan ide atraktif dari wastra Indonesia di tanah "Legok Kalong" Sebuah desa di Jawa Tengah yang dikenal dengan Pekalongan. Unsur cross culture dari beberapa budaya di Asia seperti Indonesia, Thailand, dan Vietnam dengan nafas oriental yang kentak menjadi inspirasi utama dalam menghiasi busana koleksi ini. Dengan ciri khas tabrak motif, karya Denny Wirawan semakin memberi pernyataan pada gaya Anda.
Liliana Lim
Kain Garut menjadi material utama bagi Liliana Lim, ia berhasil mengangkat kain garut ke dalam karya bertajuk "WAAS". Tema tersebut dalam bahasa sunda memiliki arti ssakit hati saat mengapresiasi karya seni yang indah dan berkualitas. Ia membagikan "WAAS" dengan menghadirkan 6 karya rancangan busana yang menggunakain kain tenun yang dibatij den disempurnakan dengan sulaman. Ia juga memberi twist modern pada kain tenun tersebut, sambil memadukannya dengan jeans, jaquard, dan lace.
Advertisement
Hian Tjen
Pelegrin atau yang dalam bahasa Spanyol memiliki arti perjalanan spiritual menjadi tema dari koleksi Hian Tjen. Koleksi ini menggabungkan harmonisasi kain tradisional Sumba dalam warisan luhir budaya Indoensia dengan potongan busana modern, terkini dan sophisticated.
Stellarissa
Stellarisaa menampilkan enam karya bertajuk SAHRA. Koleksinya ini terinspirasi dari fenomena alam Ein Efra. Warna bumi dan siluet minimalis merupakan adaptasi dari tema tersebut. Koleksi yang penuh pernyataan semakin membuat karya Stellarissa kian menarik perhatian.
Advertisement