Pengertian Wawancara Tidak Terstruktur
Liputan6.com, Jakarta Wawancara tidak terstruktur adalah metode pengumpulan data kualitatif yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Dalam wawancara jenis ini, pewawancara hanya menggunakan garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan sebagai pedoman wawancara.
Berbeda dengan wawancara terstruktur yang menggunakan daftar pertanyaan baku, wawancara tidak terstruktur bersifat lebih fleksibel dan mengalir. Pewawancara memiliki kebebasan untuk mengembangkan pertanyaan sesuai dengan jawaban dan respon dari narasumber. Hal ini memungkinkan penggalian informasi yang lebih mendalam dan eksplorasi topik-topik yang muncul secara spontan selama wawancara berlangsung.
Beberapa karakteristik utama wawancara tidak terstruktur antara lain:
Advertisement
- Pertanyaan bersifat terbuka dan fleksibel
- Urutan dan redaksi pertanyaan dapat berubah-ubah
- Kecepatan wawancara dapat bervariasi
- Pertanyaan disesuaikan dengan konteks dan situasi
- Pedoman wawancara hanya berupa garis besar topik
- Pewawancara dapat berimprovisasi dalam mengajukan pertanyaan
Metode ini cocok digunakan untuk menggali informasi yang mendalam tentang pengalaman, persepsi, dan pandangan subjektif seseorang. Wawancara tidak terstruktur memungkinkan narasumber untuk mengekspresikan diri secara lebih bebas dan alami.
Manfaat Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur memiliki beberapa manfaat dan keunggulan dibandingkan metode wawancara terstruktur, antara lain:
1. Penggalian Informasi Mendalam
Sifatnya yang fleksibel memungkinkan pewawancara untuk menggali lebih dalam topik-topik yang menarik atau penting yang muncul selama wawancara. Pewawancara dapat mengajukan pertanyaan lanjutan untuk mendapatkan penjelasan atau elaborasi yang lebih rinci dari narasumber.
2. Eksplorasi Topik Baru
Wawancara tidak terstruktur memberi ruang untuk mengeksplorasi topik-topik baru yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Hal ini dapat menghasilkan temuan atau wawasan yang tidak terduga dan memperkaya hasil penelitian.
3. Membangun Rapport
Suasana yang lebih santai dan mengalir dalam wawancara tidak terstruktur membantu membangun rapport atau hubungan baik antara pewawancara dan narasumber. Hal ini membuat narasumber merasa lebih nyaman untuk berbagi informasi secara terbuka.
4. Pemahaman Konteks
Metode ini memungkinkan pewawancara untuk memahami konteks yang lebih luas dari jawaban narasumber. Pewawancara dapat menggali latar belakang, motivasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pandangan atau pengalaman narasumber.
5. Fleksibilitas
Wawancara tidak terstruktur memberikan fleksibilitas untuk menyesuaikan pertanyaan dengan karakteristik dan latar belakang masing-masing narasumber. Hal ini sangat berguna ketika mewawancarai narasumber dari berbagai latar belakang yang berbeda.
6. Mengungkap Informasi Tersembunyi
Pendekatan yang lebih santai dan terbuka dalam wawancara tidak terstruktur dapat membantu mengungkap informasi yang mungkin tidak terungkap dalam wawancara terstruktur yang lebih formal.
7. Meningkatkan Validitas Data
Dengan memungkinkan narasumber untuk berbicara secara lebih bebas dan alami, wawancara tidak terstruktur dapat menghasilkan data yang lebih valid dan mencerminkan perspektif narasumber secara lebih akurat.
Advertisement
Kapan Menggunakan Wawancara Tidak Terstruktur?
Wawancara tidak terstruktur sangat berguna dalam berbagai situasi penelitian dan pengumpulan data. Berikut adalah beberapa kondisi di mana metode ini cocok digunakan:
1. Penelitian Eksploratori
Ketika peneliti ingin mengeksplorasi suatu topik baru atau fenomena yang belum banyak dipahami, wawancara tidak terstruktur dapat membantu mengidentifikasi tema-tema penting dan menghasilkan hipotesis untuk penelitian lebih lanjut.
2. Studi Kasus Mendalam
Dalam studi kasus yang bertujuan memahami secara mendalam pengalaman atau perspektif individu tertentu, wawancara tidak terstruktur memungkinkan penggalian informasi yang lebih komprehensif.
3. Penelitian Fenomenologi
Metode ini sangat cocok untuk penelitian fenomenologi yang bertujuan memahami esensi dari pengalaman hidup seseorang terkait suatu fenomena tertentu.
4. Topik Sensitif
Ketika meneliti topik-topik sensitif atau pribadi, pendekatan yang lebih fleksibel dan empatik dalam wawancara tidak terstruktur dapat membantu narasumber merasa lebih nyaman berbagi pengalaman mereka.
5. Penelitian Lintas Budaya
Dalam konteks penelitian lintas budaya, wawancara tidak terstruktur memungkinkan penyesuaian pertanyaan dan pendekatan sesuai dengan norma-norma budaya yang berbeda.
6. Tahap Awal Pengembangan Instrumen
Sebelum mengembangkan kuesioner atau pedoman wawancara terstruktur, wawancara tidak terstruktur dapat membantu mengidentifikasi variabel-variabel penting yang perlu dimasukkan.
7. Evaluasi Program
Dalam evaluasi program atau kebijakan, wawancara tidak terstruktur dapat mengungkap dampak dan pengalaman yang tidak terduga dari para pemangku kepentingan.
Cara Melakukan Wawancara Tidak Terstruktur
Meskipun bersifat fleksibel, wawancara tidak terstruktur tetap memerlukan persiapan dan keterampilan tertentu agar dapat berjalan efektif. Berikut adalah langkah-langkah dan tips untuk melakukan wawancara tidak terstruktur:
1. Persiapan
Meskipun tidak menggunakan daftar pertanyaan baku, pewawancara tetap perlu mempersiapkan diri dengan baik:
- Pelajari latar belakang topik dan narasumber
- Tentukan tujuan umum wawancara
- Siapkan garis besar topik yang ingin dibahas
- Persiapkan alat perekam dan catatan
2. Membangun Rapport
Awali wawancara dengan membangun hubungan baik dan membuat narasumber merasa nyaman:
- Perkenalkan diri dan jelaskan tujuan wawancara
- Mulai dengan pertanyaan-pertanyaan ringan
- Tunjukkan sikap yang ramah dan penuh perhatian
3. Mengajukan Pertanyaan Terbuka
Gunakan pertanyaan terbuka untuk mendorong jawaban yang lebih elaboratif:
- "Bisakah Anda ceritakan lebih lanjut tentang..."
- "Bagaimana pendapat Anda mengenai..."
- "Apa yang membuat Anda berpikir demikian?"
4. Mendengarkan Aktif
Praktikkan keterampilan mendengarkan aktif:
- Berikan perhatian penuh pada narasumber
- Gunakan isyarat non-verbal seperti anggukan dan kontak mata
- Beri respon singkat untuk menunjukkan pemahaman
5. Probing
Lakukan probing atau penggalian lebih lanjut untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam:
- "Bisa dijelaskan lebih detail?"
- "Mengapa Anda merasa demikian?"
- "Bisakah Anda memberikan contoh konkret?"
6. Fleksibilitas
Bersikaplah fleksibel dalam mengikuti alur pembicaraan:
- Ikuti topik-topik menarik yang muncul
- Sesuaikan urutan pertanyaan dengan konteks
- Jangan terpaku pada garis besar yang telah disiapkan
7. Observasi
Perhatikan juga bahasa tubuh dan nada suara narasumber:
- Catat ekspresi wajah dan gestur yang signifikan
- Perhatikan perubahan nada suara atau emosi
8. Pencatatan
Lakukan pencatatan selama wawancara:
- Catat poin-poin penting tanpa mengganggu alur wawancara
- Gunakan singkatan atau simbol untuk efisiensi
- Rekam wawancara jika diizinkan oleh narasumber
9. Penutupan
Akhiri wawancara dengan baik:
- Tanyakan apakah ada hal lain yang ingin ditambahkan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
- Ucapkan terima kasih atas waktu dan kesediaan berbagi
10. Refleksi dan Analisis
Setelah wawancara selesai:
- Segera lengkapi catatan selagi ingatan masih segar
- Refleksikan proses wawancara dan temuan-temuan penting
- Identifikasi tema-tema utama yang muncul
Advertisement
Perbedaan Wawancara Terstruktur dan Tidak Terstruktur
Untuk memahami lebih jauh tentang wawancara tidak terstruktur, penting untuk membandingkannya dengan wawancara terstruktur. Berikut adalah beberapa perbedaan utama antara kedua metode tersebut:
1. Pedoman Wawancara
- Terstruktur: Menggunakan daftar pertanyaan baku yang telah disiapkan sebelumnya
- Tidak Terstruktur: Hanya menggunakan garis besar topik sebagai panduan
2. Fleksibilitas
- Terstruktur: Kaku, pertanyaan diajukan sesuai urutan yang telah ditentukan
- Tidak Terstruktur: Fleksibel, urutan dan formulasi pertanyaan dapat berubah-ubah
3. Tipe Pertanyaan
- Terstruktur: Lebih banyak pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban terbatas
- Tidak Terstruktur: Didominasi pertanyaan terbuka yang mendorong elaborasi
4. Kedalaman Informasi
- Terstruktur: Cenderung menghasilkan data yang lebih dangkal tapi mudah dibandingkan
- Tidak Terstruktur: Memungkinkan penggalian informasi yang lebih mendalam dan kontekstual
5. Analisis Data
- Terstruktur: Lebih mudah dianalisis secara kuantitatif
- Tidak Terstruktur: Memerlukan analisis kualitatif yang lebih kompleks
6. Keterampilan Pewawancara
- Terstruktur: Membutuhkan keterampilan minimal dalam mengajukan pertanyaan
- Tidak Terstruktur: Memerlukan keterampilan tinggi dalam mendengarkan aktif dan probing
7. Waktu Pelaksanaan
- Terstruktur: Umumnya lebih singkat dan efisien
- Tidak Terstruktur: Cenderung memakan waktu lebih lama
8. Komparabilitas Data
- Terstruktur: Data lebih mudah dibandingkan antar responden
- Tidak Terstruktur: Perbandingan data lebih sulit karena variasi dalam pertanyaan dan jawaban
9. Bias Pewawancara
- Terstruktur: Lebih kecil kemungkinan terjadinya bias pewawancara
- Tidak Terstruktur: Lebih rentan terhadap bias pewawancara dalam mengarahkan wawancara
10. Tujuan Penelitian
- Terstruktur: Cocok untuk penelitian yang bertujuan menguji hipotesis atau teori
- Tidak Terstruktur: Ideal untuk penelitian eksploratori atau pembangunan teori
Tantangan dalam Wawancara Tidak Terstruktur
Meskipun memiliki banyak keunggulan, wawancara tidak terstruktur juga menghadapi beberapa tantangan dan keterbatasan. Berikut adalah beberapa tantangan utama dalam melakukan wawancara tidak terstruktur:
1. Keterampilan Pewawancara
Wawancara tidak terstruktur membutuhkan keterampilan tinggi dari pewawancara. Mereka harus mampu mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan yang tepat, dan menggali informasi lebih dalam secara spontan. Tidak semua pewawancara memiliki keterampilan ini, yang dapat mempengaruhi kualitas data yang diperoleh.
2. Waktu dan Sumber Daya
Metode ini umumnya memakan waktu lebih lama dibandingkan wawancara terstruktur, baik dalam pelaksanaan maupun analisis data. Hal ini dapat menjadi tantangan jika sumber daya dan waktu terbatas.
3. Analisis Data Kompleks
Data yang dihasilkan dari wawancara tidak terstruktur seringkali lebih kompleks dan beragam, membutuhkan analisis kualitatif yang mendalam. Proses ini dapat memakan waktu dan memerlukan keahlian khusus dalam analisis data kualitatif.
4. Bias Pewawancara
Fleksibilitas dalam wawancara tidak terstruktur dapat membuka peluang lebih besar bagi bias pewawancara. Pewawancara mungkin secara tidak sadar mengarahkan wawancara sesuai dengan asumsi atau hipotesis mereka sendiri.
5. Generalisasi Terbatas
Karena sifatnya yang mendalam dan kontekstual, hasil wawancara tidak terstruktur seringkali sulit untuk digeneralisasikan ke populasi yang lebih luas.
6. Komparabilitas Data
Variasi dalam pertanyaan dan jawaban antar responden dapat menyulitkan proses perbandingan data. Hal ini dapat menjadi tantangan dalam penelitian yang membutuhkan perbandingan sistematis antar kasus.
7. Reliabilitas
Sulit untuk mencapai tingkat reliabilitas yang tinggi dalam wawancara tidak terstruktur karena variasi dalam pelaksanaan wawancara antar pewawancara atau antar waktu.
8. Etika dan Privasi
Sifat eksploratori dari wawancara tidak terstruktur dapat mengarah pada pembahasan topik-topik sensitif yang tidak direncanakan sebelumnya. Ini memerlukan kewaspadaan ekstra terhadap isu-isu etika dan privasi.
9. Kejenuhan Data
Tanpa struktur yang ketat, pewawancara mungkin kesulitan menentukan kapan telah mencapai titik kejenuhan data, di mana wawancara tambahan tidak lagi menghasilkan informasi baru yang signifikan.
10. Validitas
Meskipun dapat menghasilkan data yang kaya, validitas data dari wawancara tidak terstruktur dapat dipertanyakan jika tidak dilakukan dengan hati-hati dan sistematis.
Advertisement
Pertanyaan Umum (FAQ)
1. Apakah wawancara tidak terstruktur selalu lebih baik daripada wawancara terstruktur?
Tidak selalu. Pilihan antara wawancara terstruktur dan tidak terstruktur tergantung pada tujuan penelitian, sumber daya yang tersedia, dan karakteristik responden. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri.
2. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan wawancara tidak terstruktur?
Durasi wawancara tidak terstruktur bisa sangat bervariasi, mulai dari 30 menit hingga beberapa jam. Rata-rata, wawancara mendalam biasanya berlangsung sekitar 60-90 menit.
3. Bagaimana cara menghindari bias dalam wawancara tidak terstruktur?
Beberapa cara untuk mengurangi bias antara lain: melakukan refleksi diri, menggunakan teknik probing yang netral, menghindari pertanyaan yang mengarahkan, dan melibatkan lebih dari satu pewawancara atau analis dalam proses penelitian.
4. Apakah wawancara tidak terstruktur cocok untuk semua jenis penelitian?
Tidak. Wawancara tidak terstruktur lebih cocok untuk penelitian eksploratori, studi kasus mendalam, atau penelitian yang bertujuan memahami pengalaman subjektif. Untuk penelitian yang membutuhkan data kuantitatif atau perbandingan sistematis, wawancara terstruktur mungkin lebih sesuai.
5. Bagaimana cara menganalisis data dari wawancara tidak terstruktur?
Analisis data biasanya dilakukan melalui coding tematik, di mana peneliti mengidentifikasi tema-tema utama yang muncul dari transkrip wawancara. Metode analisis lain termasuk analisis naratif, analisis fenomenologis, atau grounded theory.
Kesimpulan
Wawancara tidak terstruktur adalah metode pengumpulan data kualitatif yang sangat berharga dalam penelitian sosial dan perilaku. Fleksibilitas dan kedalaman informasi yang dapat diperoleh melalui metode ini membuatnya menjadi pilihan ideal untuk berbagai jenis penelitian, terutama yang bertujuan untuk memahami pengalaman subjektif dan perspektif individu secara mendalam.
Meskipun memiliki tantangan dalam hal waktu, keterampilan pewawancara, dan kompleksitas analisis data, wawancara tidak terstruktur menawarkan peluang unik untuk mengungkap wawasan baru dan mengeksplorasi topik-topik yang mungkin tidak terungkap melalui metode yang lebih terstruktur. Keberhasilan dalam melakukan wawancara tidak terstruktur bergantung pada persiapan yang matang, keterampilan interpersonal yang baik, dan kemampuan untuk mendengarkan aktif serta mengajukan pertanyaan yang tepat.
Dalam praktiknya, banyak peneliti menggunakan pendekatan semi-terstruktur yang menggabungkan elemen-elemen dari wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Hal ini memungkinkan pewawancara untuk memiliki panduan umum tentang topik yang ingin dibahas, sambil tetap mempertahankan fleksibilitas untuk mengeksplorasi area-area yang menarik atau tidak terduga yang muncul selama wawancara.
Terlepas dari tantangan yang ada, wawancara tidak terstruktur tetap menjadi alat yang sangat berharga dalam toolkit peneliti kualitatif. Dengan pemahaman yang baik tentang kekuatan dan keterbatasannya, serta penerapan yang cermat dan etis, wawancara tidak terstruktur dapat menghasilkan wawasan yang kaya dan mendalam yang sulit diperoleh melalui metode lain.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Advertisement