Liputan6.com, Jakarta Bahasa gaul terus berkembang di kalangan anak muda Indonesia. Salah satu istilah yang populer belakangan ini adalah "gamon". Istilah ini sering digunakan dalam percakapan sehari-hari maupun di media sosial. Namun apa sebenarnya arti dan penggunaan istilah gamon ini? Mari kita bahas lebih lanjut tentang fenomena gamon dalam bahasa gaul anak muda.
Definisi dan Arti Gamon
Gamon adalah singkatan dari "gagal move on". Istilah ini merujuk pada kondisi seseorang yang belum bisa melupakan atau merelakan mantan kekasih atau hubungan di masa lalu. Orang yang gamon biasanya masih terbayang-bayang dan teringat terus dengan kenangan bersama mantan, sehingga sulit untuk melanjutkan hidup atau membuka hati untuk orang baru.
Dalam konteks yang lebih luas, gamon juga bisa diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk melupakan atau melepaskan sesuatu dari masa lalu, tidak hanya terbatas pada hubungan asmara. Misalnya gamon dengan pekerjaan lama, gamon dengan hobi masa kecil, dan sebagainya.
Istilah gamon mulai populer sekitar tahun 2010-an seiring maraknya penggunaan media sosial di kalangan anak muda. Kata ini sering digunakan sebagai candaan atau sindiran halus untuk menggoda teman yang masih belum bisa move on dari mantan kekasihnya.
Advertisement
Penggunaan Istilah Gamon dalam Percakapan
Gamon biasanya digunakan dalam konteks percakapan santai atau informal. Beberapa contoh penggunaan istilah gamon dalam kalimat:
- "Udah setahun putus tapi masih sering stalking Instagram mantannya. Dasar gamon!"
- "Jangan gamon terus dong, move on lah. Masih banyak yang lebih baik di luar sana."
- "Gue lagi gamon nih, butuh temen curhat. Bisa ketemuan nggak?"
- "Status WhatsApp-nya isinya quotes galau mulu. Kayaknya lagi gamon berat tuh."
- "Playlist lagu-lagu sedih terus yang diputar. Ciri-ciri orang gamon nih."
Selain dalam percakapan lisan, istilah gamon juga sering digunakan sebagai caption atau komentar di media sosial seperti Instagram, Twitter, dan TikTok. Biasanya disertai dengan emoji sedih atau patah hati untuk menambah kesan dramatis.
Penyebab Seseorang Menjadi Gamon
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang menjadi gamon atau sulit move on dari masa lalu:
- Kurangnya closure atau penyelesaian yang jelas dari hubungan sebelumnya
- Masih menyimpan perasaan atau harapan pada mantan kekasih
- Belum siap membuka hati untuk orang baru
- Trauma atau ketakutan untuk memulai hubungan baru
- Terlalu idealis dan membandingkan orang baru dengan mantan
- Kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar untuk move on
- Terlalu sering mengingat kenangan indah masa lalu
- Belum menemukan kegiatan atau passion baru sebagai pengalihan
Faktor-faktor di atas bisa membuat seseorang terjebak dalam lingkaran gamon yang sulit diputus. Diperlukan tekad kuat dan dukungan dari orang terdekat agar bisa lepas dari kondisi gamon.
Advertisement
Tips Mengatasi Gamon
Bagi yang sedang mengalami gamon, berikut beberapa tips yang bisa dicoba untuk mengatasi kondisi tersebut:
- Fokus pada pengembangan diri dan hobi baru
- Perbanyak interaksi sosial dengan teman-teman
- Kurangi stalking media sosial mantan
- Hapus atau simpan barang-barang pemberian mantan
- Tulis jurnal untuk meluapkan perasaan
- Lakukan olahraga atau aktivitas fisik secara rutin
- Coba teknik meditasi atau mindfulness
- Konsultasi dengan psikolog jika diperlukan
- Beri waktu untuk proses penyembuhan diri
- Buka diri untuk kenalan dan pertemanan baru
Yang terpenting adalah bersabar dan tidak memaksakan diri. Proses move on setiap orang berbeda-beda, jadi tidak perlu membandingkan dengan orang lain. Fokus saja pada perkembangan diri sendiri secara bertahap.
Fenomena Gamon di Media Sosial
Media sosial menjadi wadah bagi anak muda untuk mengekspresikan perasaan gamon mereka. Beberapa fenomena gamon yang sering ditemui di media sosial antara lain:
- Posting quotes atau puisi galau
- Membagikan lagu-lagu sedih
- Mengunggah foto throwback bersama mantan
- Membuat thread atau thread curhat di Twitter
- Membuat konten video sedih di TikTok
- Membuat polling atau Q&A seputar move on
- Membagikan meme atau jokes tentang gamon
Fenomena ini menunjukkan bahwa gamon telah menjadi bagian dari budaya pop anak muda. Meski terkadang dianggap berlebihan, mengekspresikan perasaan gamon di media sosial bisa menjadi cara untuk mendapat dukungan dan empati dari teman-teman online.
Advertisement
Dampak Positif dan Negatif Gamon
Seperti fenomena sosial lainnya, gamon memiliki dampak positif dan negatif bagi individu maupun masyarakat:
Dampak positif:
- Menjadi sarana pelampiasan emosi yang sehat
- Memunculkan rasa empati dan dukungan dari orang sekitar
- Mendorong introspeksi dan evaluasi diri
- Menjadi inspirasi untuk karya seni atau konten kreatif
- Mempererat pertemanan melalui saling curhat
Dampak negatif:
- Menghambat produktivitas jika berlebihan
- Memicu depresi atau gangguan mental jika berkepanjangan
- Mengganggu hubungan sosial yang baru
- Membuat seseorang terjebak di masa lalu
- Memicu perilaku stalking atau obsesif
Oleh karena itu, penting untuk menyikapi gamon secara bijak dan tidak berlebihan. Gamon bisa menjadi proses yang wajar, asalkan tidak sampai mengganggu kehidupan sehari-hari dalam jangka panjang.
Perbedaan Gamon dengan Istilah Serupa
Dalam bahasa gaul, ada beberapa istilah yang mirip dengan gamon namun memiliki perbedaan makna:
- Baper (bawa perasaan): Kondisi di mana seseorang terlalu mudah terbawa perasaan atau emosi. Baper bisa terjadi dalam berbagai konteks, tidak hanya soal asmara.
- Galau: Perasaan bingung atau gelisah, biasanya karena masalah cinta. Galau bisa dialami saat sedang menjalani hubungan maupun setelah putus.
- Bucin (budak cinta): Kondisi di mana seseorang terlalu memuja atau mengagungkan pasangannya, sampai rela melakukan apa saja. Bucin biasanya terjadi saat hubungan masih berjalan.
- Jomblo: Status seseorang yang sedang tidak memiliki pasangan. Jomblo bisa karena pilihan sendiri atau belum menemukan pasangan yang cocok.
Gamon lebih spesifik merujuk pada kondisi gagal move on setelah putus hubungan. Sementara istilah lain di atas bisa terjadi dalam berbagai fase hubungan.
Advertisement
Gamon dalam Konteks Budaya Pop
Fenomena gamon telah menjadi inspirasi untuk berbagai karya dalam industri hiburan dan budaya pop, seperti:
- Lagu-lagu bertema patah hati dan move on
- Film atau series drama romantis
- Novel young adult
- Komik atau webtoon
- Meme dan konten humor di media sosial
- Merchandise dengan quotes tentang move on
Hal ini menunjukkan bahwa gamon telah menjadi fenomena yang relatif universal dan bisa direlasikan oleh banyak orang, terutama anak muda. Karya-karya bertema gamon biasanya laku di pasaran karena banyak yang bisa mengidentifikasi diri dengan ceritanya.
Pandangan Psikologi tentang Gamon
Dari sudut pandang psikologi, gamon bisa dilihat sebagai bagian dari proses duka cita (grief) akibat kehilangan hubungan yang berarti. Beberapa tahap yang biasa dialami orang yang sedang gamon:
- Penyangkalan: Masih berharap bisa balikan
- Kemarahan: Menyalahkan diri sendiri atau mantan
- Tawar-menawar: Berandai-andai "seandainya waktu bisa diulang"
- Depresi: Merasa sedih dan kehilangan
- Penerimaan: Mulai bisa menerima kenyataan dan move on
Proses ini normal dialami setelah putus hubungan. Namun jika berlangsung terlalu lama atau mengganggu fungsi sehari-hari, bisa jadi ada masalah psikologis yang lebih serius seperti depresi atau gangguan kecemasan. Dalam kasus seperti ini, disarankan untuk berkonsultasi dengan psikolog atau konselor.
Advertisement
Gamon di Berbagai Budaya
Fenomena gagal move on atau gamon sebenarnya bukan hal yang baru dan bisa ditemui di berbagai budaya dengan istilah yang berbeda-beda:
- Inggris: Lovesick, heartbroken
- Jepang: Shitsuren (失恋)
- Korea: Silsa (실사)
- Spanyol: Despechado/a
- Prancis: Chagrin d'amour
- Jerman: Liebeskummer
Meski istilahnya berbeda-beda, esensi dari gamon relatif sama di berbagai budaya. Ini menunjukkan bahwa kesulitan move on adalah pengalaman universal dalam hubungan manusia.
Gamon dalam Perspektif Generasi
Cara menyikapi dan mengekspresikan gamon bisa berbeda antar generasi:
- Gen Z (lahir 1997-2012): Lebih terbuka mengekspresikan gamon di media sosial, sering membuat konten kreatif tentang gamon
- Milenial (lahir 1981-1996): Cenderung membicarakan gamon dalam grup chat atau gathering teman, mulai familiar dengan konseling online
- Gen X (lahir 1965-1980): Lebih tertutup soal gamon, cenderung memendam sendiri atau curhat ke teman dekat saja
- Baby Boomers (lahir 1946-1964): Jarang menggunakan istilah gamon, lebih memilih istilah patah hati atau kecewa
Perbedaan ini bisa disebabkan oleh perkembangan teknologi dan perubahan norma sosial dari waktu ke waktu. Generasi yang lebih muda cenderung lebih terbuka dalam mengekspresikan emosi di ruang publik.
Advertisement
Mitos dan Fakta Seputar Gamon
Ada beberapa mitos dan fakta seputar gamon yang perlu diluruskan:
Mitos: Gamon hanya dialami oleh orang yang lemah mental.
Fakta: Gamon adalah proses yang wajar dan bisa dialami siapa saja, terlepas dari kekuatan mental seseorang.
Mitos: Semakin lama pacaran, semakin lama proses gamonnya.
Fakta: Durasi gamon tidak selalu berkorelasi dengan lamanya hubungan. Ada yang pacaran bertahun-tahun tapi cepat move on, ada yang baru sebentar tapi lama gamonnya.
Mitos: Pria lebih mudah move on daripada wanita.
Fakta: Kemampuan move on tidak tergantung pada gender, melainkan pada kepribadian dan pengalaman individu.
Mitos: Gamon bisa hilang dengan cepat jika langsung cari pacar baru.
Fakta: Memaksakan diri untuk menjalin hubungan baru saat belum siap justru bisa kontraproduktif dan menyakiti orang lain.
Mitos: Orang yang sudah menikah tidak mungkin gamon.
Fakta: Gamon bisa dialami siapa saja terlepas dari status pernikahan, meski tentu saja tidak dianjurkan jika sudah berumah tangga.
Pertanyaan Umum Seputar Gamon
Berikut beberapa pertanyaan yang sering muncul seputar fenomena gamon:
Q: Berapa lama waktu normal untuk gamon?A: Tidak ada patokan waktu pasti, tergantung individu. Ada yang beberapa minggu sudah bisa move on, ada yang butuh berbulan-bulan. Yang penting adalah ada progress ke arah yang lebih baik.
Q: Apakah gamon bisa terjadi pada hubungan platonis?A: Ya, gamon juga bisa terjadi saat kehilangan sahabat dekat atau putus kontak dengan teman lama yang berarti.
Q: Bagaimana cara membedakan gamon dengan depresi klinis?A: Gamon biasanya bersifat sementara dan masih bisa menjalankan aktivitas sehari-hari. Jika sampai mengganggu fungsi normal dalam waktu lama, sebaiknya konsultasi ke profesional.
Q: Apakah boleh tetap berteman dengan mantan saat sedang gamon?A: Sebaiknya jaga jarak dulu sampai emosi stabil. Berteman terlalu cepat bisa menghambat proses move on.
Q: Apa yang harus dilakukan jika teman sedang gamon?A: Beri dukungan emosional, jadi pendengar yang baik, ajak melakukan aktivitas pengalih perhatian, tapi jangan memaksa jika belum siap move on.
Advertisement
Kesimpulan
Gamon atau gagal move on telah menjadi fenomena sosial yang melekat dalam budaya anak muda Indonesia. Meski sering dijadikan bahan candaan, gamon sebenarnya adalah proses emosional yang wajar dialami setelah kehilangan hubungan yang berarti. Yang terpenting adalah menyikapi gamon secara positif sebagai bagian dari proses pertumbuhan diri.
Memahami istilah gamon dan konteksnya dalam pergaulan bisa membantu kita lebih peka dalam berinteraksi sosial. Bagi yang sedang mengalami gamon, ingatlah bahwa ini hanya fase sementara. Dengan dukungan orang terdekat dan tekad untuk bangkit, setiap orang pasti bisa melewati masa gamon dan membuka lembaran baru yang lebih cerah.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence