Pengertian Pewawancara
Liputan6.com, Jakarta Pewawancara adalah individu yang berperan penting dalam proses wawancara dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau orang yang diwawancarai. Tugas utama seorang pewawancara adalah menggali informasi secara mendalam dari narasumber melalui serangkaian pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pewawancara memiliki tanggung jawab untuk memandu jalannya wawancara agar tetap fokus pada topik yang dibahas dan memperoleh data yang dibutuhkan.
Dalam konteks yang lebih luas, pewawancara dapat berasal dari berbagai latar belakang profesi, seperti jurnalis, peneliti, perekrut tenaga kerja, atau psikolog. Masing-masing memiliki tujuan wawancara yang berbeda, namun pada intinya mereka berperan sebagai penggali informasi. Seorang pewawancara yang baik harus memiliki kemampuan komunikasi yang mumpuni, kemampuan mendengarkan aktif, serta pemahaman mendalam tentang topik yang dibahas.
Peran pewawancara sangat krusial dalam menentukan keberhasilan sebuah wawancara. Mereka harus mampu menciptakan suasana yang nyaman bagi narasumber, mengajukan pertanyaan dengan tepat dan sistematis, serta menganalisis jawaban yang diberikan untuk menggali informasi lebih lanjut jika diperlukan. Keterampilan interpersonal juga menjadi faktor penting, karena pewawancara harus bisa membangun rapport atau hubungan baik dengan narasumber agar proses wawancara berjalan lancar.
Advertisement
Peran dan Tanggung Jawab Pewawancara
Seorang pewawancara memiliki beragam peran dan tanggung jawab yang harus dipenuhi untuk memastikan keberhasilan proses wawancara. Berikut ini adalah beberapa peran kunci yang diemban oleh seorang pewawancara:
- Perencana dan Persiapan: Pewawancara bertanggung jawab untuk merencanakan dan mempersiapkan wawancara dengan matang. Ini meliputi penelitian latar belakang topik, menyusun daftar pertanyaan, dan memahami profil narasumber.
- Pengarah Wawancara: Selama wawancara berlangsung, pewawancara berperan sebagai pemandu yang mengarahkan alur percakapan. Mereka harus memastikan bahwa diskusi tetap fokus pada topik yang relevan dan tidak melenceng terlalu jauh.
- Penggali Informasi: Tugas utama pewawancara adalah menggali informasi sebanyak dan sedalam mungkin dari narasumber. Ini membutuhkan keterampilan untuk mengajukan pertanyaan lanjutan dan menindaklanjuti jawaban yang menarik.
- Pendengar Aktif: Pewawancara harus menjadi pendengar yang baik, memperhatikan tidak hanya kata-kata yang diucapkan, tetapi juga nada suara, bahasa tubuh, dan isyarat non-verbal lainnya dari narasumber.
- Pencatat dan Perekam: Selama wawancara, pewawancara bertanggung jawab untuk mencatat atau merekam informasi penting. Ini bisa dilakukan secara manual atau menggunakan alat perekam, tergantung pada situasi dan persetujuan narasumber.
- Pengamat: Pewawancara harus memiliki kemampuan observasi yang tajam untuk menangkap detail-detail penting selama wawancara, termasuk reaksi dan perilaku narasumber.
- Fasilitator Diskusi: Dalam beberapa jenis wawancara, seperti wawancara kelompok, pewawancara berperan sebagai fasilitator yang memastikan semua peserta mendapat kesempatan untuk berbicara dan berkontribusi.
- Analis: Setelah wawancara selesai, pewawancara bertanggung jawab untuk menganalisis informasi yang diperoleh, mengidentifikasi poin-poin kunci, dan menarik kesimpulan yang relevan.
- Penjaga Etika: Pewawancara harus menjunjung tinggi etika profesional, termasuk menjaga kerahasiaan informasi yang bersifat sensitif dan menghormati privasi narasumber.
- Pemberi Umpan Balik: Dalam konteks wawancara kerja atau penilaian, pewawancara mungkin juga berperan untuk memberikan umpan balik kepada kandidat atau peserta wawancara.
Dengan memahami dan menjalankan peran-peran ini dengan baik, seorang pewawancara dapat memaksimalkan efektivitas wawancara dan memperoleh informasi yang berkualitas dari narasumber. Penting untuk diingat bahwa peran pewawancara dapat bervariasi tergantung pada konteks dan tujuan wawancara, sehingga fleksibilitas dan adaptabilitas juga menjadi kualitas penting yang harus dimiliki.
Advertisement
Jenis-Jenis Wawancara
Wawancara dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan tujuan, struktur, dan metode pelaksanaannya. Pemahaman tentang berbagai jenis wawancara ini penting bagi seorang pewawancara untuk dapat menyesuaikan pendekatan dan teknik yang digunakan. Berikut adalah penjelasan detail tentang jenis-jenis wawancara:
1. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur, juga dikenal sebagai wawancara standar, menggunakan serangkaian pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya dan diajukan kepada semua narasumber dalam urutan yang sama. Jenis wawancara ini sangat sistematis dan cocok untuk situasi di mana perbandingan antar responden diperlukan, seperti dalam penelitian kuantitatif atau wawancara kerja.
Kelebihan:
- Konsistensi dalam pengumpulan data
- Memudahkan analisis dan perbandingan jawaban
- Efisien dalam hal waktu
Kekurangan:
- Kurang fleksibel
- Mungkin melewatkan informasi penting yang tidak tercakup dalam pertanyaan yang disiapkan
2. Wawancara Semi-Terstruktur
Wawancara semi-terstruktur menggabungkan elemen dari wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Pewawancara memiliki daftar pertanyaan atau topik yang ingin dibahas, tetapi memiliki fleksibilitas untuk mengubah urutan atau menambahkan pertanyaan berdasarkan respon narasumber. Jenis ini sering digunakan dalam penelitian kualitatif dan jurnalisme.
Kelebihan:
- Lebih fleksibel dibandingkan wawancara terstruktur
- Memungkinkan eksplorasi topik yang muncul selama wawancara
- Tetap memiliki fokus dan struktur
Kekurangan:
- Membutuhkan keterampilan pewawancara yang lebih tinggi
- Analisis data bisa lebih kompleks
3. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur, atau wawancara mendalam, adalah jenis wawancara yang paling fleksibel. Pewawancara tidak menggunakan daftar pertanyaan yang ditetapkan, melainkan mengikuti alur percakapan secara alami. Jenis ini cocok untuk eksplorasi mendalam tentang pengalaman atau perspektif narasumber.
Kelebihan:
- Sangat fleksibel dan dapat menghasilkan wawasan mendalam
- Ideal untuk topik yang kompleks atau sensitif
- Memungkinkan narasumber untuk mengekspresikan diri secara bebas
Kekurangan:
- Memakan waktu lebih lama
- Sulit untuk membandingkan hasil antar narasumber
- Membutuhkan keterampilan pewawancara yang sangat tinggi
4. Wawancara Kelompok Fokus
Wawancara kelompok fokus melibatkan diskusi terarah dengan sekelompok orang tentang topik tertentu. Pewawancara berperan sebagai moderator yang memfasilitasi diskusi. Metode ini sering digunakan dalam riset pasar dan penelitian sosial.
Kelebihan:
- Menghasilkan beragam perspektif dalam waktu singkat
- Dapat memunculkan ide-ide baru melalui interaksi kelompok
- Efisien untuk mengumpulkan data dari banyak orang
Kekurangan:
- Beberapa peserta mungkin mendominasi diskusi
- Dapat terjadi groupthink atau konformitas
- Sulit untuk membahas topik yang sensitif atau pribadi
5. Wawancara Telepon atau Online
Dengan kemajuan teknologi, wawancara sering dilakukan melalui telepon atau platform online seperti video call. Jenis wawancara ini memungkinkan pewawancara untuk menjangkau narasumber yang berada di lokasi yang jauh.
Kelebihan:
- Hemat biaya dan waktu
- Memungkinkan akses ke narasumber yang sulit dijangkau secara fisik
- Fleksibilitas dalam penjadwalan
Kekurangan:
- Kurangnya interaksi tatap muka dapat mengurangi kualitas komunikasi
- Potensi masalah teknis
- Sulit untuk membaca bahasa tubuh dan isyarat non-verbal
6. Wawancara Behavioral
Wawancara behavioral berfokus pada pengalaman masa lalu narasumber untuk memprediksi perilaku di masa depan. Pewawancara meminta contoh spesifik tentang bagaimana narasumber menangani situasi tertentu di masa lalu. Jenis ini sering digunakan dalam wawancara kerja.
Kelebihan:
- Memberikan insight tentang kemampuan dan pengalaman nyata narasumber
- Dapat memprediksi perilaku masa depan dengan lebih akurat
- Sulit untuk dijawab dengan jawaban yang direkayasa
Kekurangan:
- Membutuhkan waktu lebih lama
- Mungkin tidak cocok untuk kandidat yang baru lulus atau kurang pengalaman
Pemahaman tentang berbagai jenis wawancara ini memungkinkan pewawancara untuk memilih pendekatan yang paling sesuai dengan tujuan dan konteks wawancara. Setiap jenis memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, dan pewawancara yang terampil harus mampu beradaptasi dan menggunakan jenis yang tepat sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Persiapan Sebelum Wawancara
Persiapan yang matang adalah kunci keberhasilan sebuah wawancara. Seorang pewawancara yang efektif harus melakukan sejumlah langkah persiapan untuk memastikan bahwa wawancara berjalan lancar dan menghasilkan informasi yang dibutuhkan. Berikut adalah langkah-langkah detail dalam mempersiapkan wawancara:
1. Menentukan Tujuan Wawancara
Langkah pertama dan paling krusial adalah menetapkan tujuan wawancara dengan jelas. Apa yang ingin Anda capai melalui wawancara ini? Apakah untuk mengumpulkan data penelitian, menilai kandidat untuk pekerjaan, atau mendapatkan informasi untuk artikel berita? Tujuan yang jelas akan memandu seluruh proses persiapan dan pelaksanaan wawancara.
2. Penelitian Latar Belakang
Lakukan riset mendalam tentang topik wawancara dan latar belakang narasumber. Ini mencakup:
- Mempelajari informasi yang sudah tersedia tentang topik
- Menggali latar belakang, pengalaman, dan keahlian narasumber
- Mengidentifikasi isu-isu terkini atau kontroversi yang mungkin relevan
- Memeriksa wawancara atau pernyataan sebelumnya dari narasumber
3. Menyusun Daftar Pertanyaan
Berdasarkan tujuan wawancara dan hasil penelitian, susunlah daftar pertanyaan yang komprehensif:
- Mulai dengan pertanyaan umum dan berlanjut ke yang lebih spesifik
- Gunakan pertanyaan terbuka untuk mendorong jawaban yang lebih rinci
- Siapkan pertanyaan lanjutan untuk menggali lebih dalam
- Pastikan pertanyaan relevan dengan tujuan wawancara
- Susun pertanyaan dalam urutan yang logis
4. Memilih Lokasi dan Waktu yang Tepat
Pilih lokasi yang nyaman dan kondusif untuk wawancara:
- Pastikan tempat tersebut tenang dan bebas dari gangguan
- Pertimbangkan akustik ruangan jika Anda akan merekam wawancara
- Jika wawancara online, pastikan koneksi internet stabil
- Tentukan waktu yang sesuai untuk Anda dan narasumber
5. Menyiapkan Peralatan
Siapkan semua peralatan yang diperlukan:
- Alat perekam suara atau video (pastikan baterai terisi penuh)
- Notebook dan alat tulis untuk mencatat
- Daftar pertanyaan yang telah dicetak
- Dokumen pendukung yang mungkin diperlukan
6. Menghubungi dan Mengonfirmasi dengan Narasumber
Komunikasikan dengan narasumber sebelum wawancara:
- Konfirmasi waktu, tempat, dan durasi wawancara
- Jelaskan tujuan wawancara dan topik yang akan dibahas
- Informasikan jika wawancara akan direkam dan minta izin
- Berikan kesempatan bagi narasumber untuk mengajukan pertanyaan
7. Mempelajari Teknik Wawancara
Pelajari dan latih teknik wawancara yang efektif:
- Teknik mendengarkan aktif
- Cara mengajukan pertanyaan lanjutan
- Bahasa tubuh dan komunikasi non-verbal
- Cara menangani situasi sulit atau jawaban yang tidak diharapkan
8. Mempersiapkan Diri Secara Mental
Persiapkan diri Anda secara mental:
- Visualisasikan jalannya wawancara
- Latih teknik relaksasi jika Anda merasa gugup
- Siapkan diri untuk berbagai skenario yang mungkin terjadi
9. Menyiapkan Penampilan
Perhatikan penampilan Anda:
- Pilih pakaian yang sesuai dengan konteks wawancara
- Pastikan Anda terlihat rapi dan profesional
- Perhatikan kebersihan dan kerapian diri
10. Melakukan Simulasi
Jika memungkinkan, lakukan simulasi wawancara:
- Minta teman atau kolega untuk berperan sebagai narasumber
- Praktikkan mengajukan pertanyaan dan mendengarkan jawaban
- Minta umpan balik tentang performa Anda
Dengan melakukan persiapan yang menyeluruh, seorang pewawancara dapat meningkatkan kepercayaan diri dan kemampuannya untuk mengendalikan jalannya wawancara. Persiapan yang baik juga menunjukkan rasa hormat kepada narasumber dan meningkatkan kemungkinan untuk mendapatkan informasi yang berkualitas dan relevan. Ingatlah bahwa fleksibilitas tetap penting; persiapan yang baik harus memberikan struktur, tetapi tidak boleh membatasi kemampuan Anda untuk beradaptasi dengan situasi yang mungkin berubah selama wawancara berlangsung.
Advertisement
Teknik Wawancara yang Efektif
Menjadi pewawancara yang efektif membutuhkan lebih dari sekadar kemampuan untuk mengajukan pertanyaan. Ini melibatkan serangkaian keterampilan dan teknik yang memungkinkan Anda untuk menggali informasi secara mendalam, membangun rapport dengan narasumber, dan mengelola dinamika wawancara dengan baik. Berikut adalah beberapa teknik wawancara yang efektif yang dapat diterapkan oleh pewawancara:
1. Membangun Rapport
Membangun hubungan yang baik dengan narasumber sangat penting untuk menciptakan suasana yang nyaman dan mendorong keterbukaan:
- Mulailah dengan percakapan ringan untuk mencairkan suasana
- Tunjukkan minat yang tulus terhadap narasumber
- Gunakan bahasa tubuh yang terbuka dan ramah
- Berikan apresiasi atas kesediaan narasumber untuk diwawancarai
2. Mendengarkan Aktif
Mendengarkan aktif adalah keterampilan kunci dalam wawancara:
- Fokuskan perhatian penuh pada apa yang dikatakan narasumber
- Berikan isyarat verbal dan non-verbal bahwa Anda mendengarkan (anggukan, "hmm", dll.)
- Jangan memotong pembicaraan narasumber
- Buat catatan mental atau tertulis tentang poin-poin penting
3. Mengajukan Pertanyaan dengan Tepat
Cara Anda mengajukan pertanyaan dapat memengaruhi kualitas jawaban yang Anda terima:
- Mulai dengan pertanyaan terbuka untuk mendorong jawaban yang lebih rinci
- Gunakan pertanyaan lanjutan untuk menggali lebih dalam ("Bisakah Anda jelaskan lebih lanjut?")
- Hindari pertanyaan yang mengarahkan atau mengandung asumsi
- Sesuaikan pertanyaan dengan alur percakapan
4. Menggunakan Teknik Probing
Probing adalah teknik untuk mendapatkan informasi tambahan:
- Minta contoh spesifik ("Bisakah Anda memberikan contoh konkret?")
- Tanyakan tentang perasaan atau pendapat ("Bagaimana perasaan Anda tentang itu?")
- Gunakan jeda atau diam untuk mendorong elaborasi lebih lanjut
5. Mengelola Waktu dengan Efektif
Manajemen waktu yang baik memastikan semua topik penting tercakup:
- Tetapkan prioritas untuk pertanyaan-pertanyaan kunci
- Pantau waktu secara berkala
- Bersikap fleksibel, tetapi tetap fokus pada tujuan wawancara
- Jika waktu terbatas, fokus pada informasi yang paling penting
6. Memperhatikan Bahasa Tubuh
Bahasa tubuh dapat memberikan informasi tambahan:
- Perhatikan isyarat non-verbal dari narasumber
- Sesuaikan bahasa tubuh Anda sendiri untuk menciptakan suasana yang nyaman
- Gunakan kontak mata yang tepat untuk menunjukkan perhatian
7. Menangani Jawaban yang Sulit
Terkadang narasumber mungkin memberikan jawaban yang tidak lengkap atau menghindari pertanyaan:
- Ulangi pertanyaan dengan cara yang berbeda
- Gunakan teknik "reflecting" untuk mengklarifikasi ("Jadi, yang Anda maksud adalah...")
- Bersikap sabar dan beri waktu narasumber untuk berpikir
8. Menjaga Netralitas
Penting untuk menjaga objektivitas selama wawancara:
- Hindari menunjukkan pendapat pribadi atau bias
- Jangan menghakimi jawaban narasumber
- Tetap profesional bahkan jika Anda tidak setuju dengan pendapat narasumber
9. Menggunakan Alat Bantu
Alat bantu dapat memperkaya wawancara:
- Gunakan visual atau dokumen untuk memicu diskusi
- Jika sesuai, gunakan skala atau alat penilaian
- Pertimbangkan penggunaan teknologi seperti rekaman audio atau video
10. Menutup Wawancara dengan Baik
Cara Anda mengakhiri wawancara sama pentingnya dengan cara Anda memulainya:
- Ringkas poin-poin utama yang telah dibahas
- Tanyakan apakah narasumber ingin menambahkan sesuatu
- Jelaskan langkah selanjutnya (jika ada)
- Berterima kasih kepada narasumber atas waktu dan kontribusinya
11. Refleksi Pasca Wawancara
Setelah wawancara selesai, luangkan waktu untuk refleksi:
- Evaluasi bagaimana wawancara berjalan
- Identifikasi area yang perlu diperbaiki
- Catat wawasan atau ide baru yang muncul selama wawancara
Menguasai teknik-teknik ini membutuhkan latihan dan pengalaman. Setiap wawancara adalah kesempatan untuk belajar dan meningkatkan keterampilan Anda. Ingatlah bahwa fleksibilitas dan kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai situasi adalah kunci untuk menjadi pewawancara yang efektif. Dengan menerapkan teknik-teknik ini, Anda dapat meningkatkan kualitas informasi yang Anda peroleh dan membuat pengalaman wawancara lebih bermakna bagi Anda dan narasumber.
Etika dalam Wawancara
Etika merupakan aspek fundamental dalam proses wawancara yang sering kali menentukan integritas dan kredibilitas hasil yang diperoleh. Sebagai pewawancara, penting untuk menjunjung tinggi standar etika profesional untuk melindungi hak-hak narasumber dan menjaga objektivitas penelitian atau tujuan wawancara. Berikut adalah prinsip-prinsip etika yang harus diperhatikan dalam melakukan wawancara:
1. Informed Consent (Persetujuan Berdasarkan Informasi)
- Jelaskan secara rinci tujuan wawancara kepada narasumber
- Informasikan bagaimana data akan digunakan dan siapa yang akan memiliki akses
- Dapatkan persetujuan tertulis jika diperlukan, terutama untuk topik sensitif atau penelitian formal
- Beri tahu narasumber bahwa mereka berhak untuk tidak menjawab pertanyaan tertentu atau mengundurkan diri dari wawancara kapan saja
2. Kerahasiaan dan Privasi
- Jaga kerahasiaan identitas narasumber jika diminta atau diperlukan
- Lindungi data pribadi narasumber dengan menyimpannya secara aman
- Jika menggunakan kutipan, pastikan untuk mendapatkan izin terlebih dahulu
- Jelaskan bagaimana anonimitas akan dijaga dalam laporan atau publikasi
3. Menghormati Batas-batas
- Hormati jika narasumber tidak ingin menjawab pertanyaan tertentu
- Jangan memaksa narasumber untuk membahas topik yang membuat mereka tidak nyaman
- Perhatikan tanda-tanda ketidaknyamanan dan bersedia untuk mengubah arah wawancara jika perlu
4. Objektivitas dan Netralitas
- Hindari menunjukkan bias atau preferensi pribadi selama wawancara
- Jangan mengarahkan narasumber ke jawaban tertentu
- Sajikan pertanyaan secara netral tanpa menghakimi
5. Akurasi dan Integritas Data
- Catat atau rekam wawancara secara akurat
- Jangan memanipulasi atau memalsukan data
- Jika menggunakan kutipan, pastikan untuk menyajikannya dalam konteks yang tepat
6. Menghindari Eksploitasi
- Jangan menggunakan wawancara untuk keuntungan pribadi yang tidak etis
- Pastikan narasumber tidak merasa tereksploitasi atau dimanfaatkan
- Jika ada kompensasi untuk partisipasi, pastikan hal ini diungkapkan dan sesuai dengan standar etika
7. Sensitivitas Budaya dan Sosial
- Hormati norma budaya dan sosial narasumber
- Bersikap sensitif terhadap perbedaan latar belakang dan perspektif
- Hindari stereotip atau asumsi berdasarkan ras, gender, agama, atau latar belakang lainnya
8. Transparansi
- Bersikap jujur tentang tujuan dan sifat wawancara
- Jangan menyembunyikan informasi penting yang mungkin memengaruhi keputusan narasumber untuk berpartisipasi
- Jelaskan proses pasca-wawancara, termasuk bagaimana data akan dianalisis dan dilaporkan
9. Menghindari Konflik Kepentingan
- Ungkapkan setiap konflik kepentingan yang mungkin ada
- Jika ada hubungan pribadi atau profesional dengan narasumber, pertimbangkan apakah ini memengaruhi objektivitas Anda
10. Perlindungan dari Bahaya
- Pastikan wawancara tidak menyebabkan bahaya fisik atau psikologis pada narasumber
- Jika topik wawancara berpotensi menimbulkan stres, siapkan sumber daya atau dukungan yang sesuai
11. Hak untuk Menarik Diri
- Informasikan narasumber tentang hak mereka untuk menarik diri dari penelitian atau wawancara kapan saja
- Jelaskan prosedur untuk menarik data jika narasumber memutuskan untuk mundur setelah wawancara selesai
12. Penggunaan Teknologi
- Jika menggunakan alat perekam atau teknologi lainnya, dapatkan izin terlebih dahulu
- Jelaskan bagaimana rekaman akan disimpan, digunakan, dan akhirnya dihancurkan
13. Umpan Balik dan Validasi
- Jika sesuai, tawarkan kesempatan kepada narasumber untuk mereview transkrip atau ringkasan wawancara
- Bersedia untuk mengklarifikasi atau mengoreksi kesalahpahaman
14. Pelaporan Etis
- Laporkan temuan wawancara secara jujur dan akurat
- Hindari sensasionalisme atau dramatisasi yang berlebihan dalam pelaporan hasil
Mematuhi prinsip-prinsip etika ini tidak hanya melindungi narasumber dan integritas penelitian, tetapi juga meningkatkan kepercayaan dan kredibilitas Anda sebagai pewawancara. Etika dalam wawancara bukan hanya tentang mengikuti aturan, tetapi juga tentang menghormati martabat dan hak-hak individu yang berpartisipasi dalam proses wawancara. Dengan menjunjung tinggi standar etika, Anda memastikan bahwa wawancara dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab dan profesional, yang pada akhirnya akan menghasilkan data yang lebih berkualitas dan dapat diandalkan.
Advertisement
Kesimpulan
Pewawancara memainkan peran krusial dalam proses pengumpulan informasi melalui wawancara. Keberhasilan seorang pewawancara bergantung pada kombinasi keterampilan, pengetahuan, dan etika yang diterap
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence