Pengertian Cangkrangen
Liputan6.com, Jakarta Cangkrangen adalah istilah dalam bahasa Jawa yang merujuk pada penyakit cacar air. Dalam dunia medis, cacar air dikenal dengan nama varicella. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus Varicella zoster dan ditandai dengan munculnya ruam gatal berupa bintil-bintil merah berisi cairan di permukaan kulit.
Cacar air merupakan penyakit yang sangat menular, terutama menyerang anak-anak di bawah usia 10 tahun. Namun, orang dewasa yang belum pernah terinfeksi atau belum mendapat vaksinasi juga berisiko terkena penyakit ini. Pada orang dewasa, gejala cacar air cenderung lebih parah dibandingkan pada anak-anak.
Meski umumnya tidak berbahaya, cacar air dapat menimbulkan komplikasi serius pada kelompok berisiko tinggi seperti bayi baru lahir, ibu hamil, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala dan cara penanganan yang tepat agar penyakit ini dapat sembuh dengan baik.
Advertisement
Gejala Cangkrangen (Cacar Air)
Gejala cacar air biasanya muncul 10-21 hari setelah terpapar virus. Berikut ini adalah gejala-gejala umum yang perlu diwaspadai:
- Demam ringan hingga sedang (38-39°C)
- Sakit kepala
- Kelelahan dan lemas
- Hilang nafsu makan
- Nyeri otot atau sendi
- Ruam gatal berupa bintil merah di kulit
Ruam cacar air akan berkembang melalui beberapa tahap:
- Muncul bintil merah kecil (papula) di dada, punggung, dan wajah yang kemudian menyebar ke seluruh tubuh
- Bintil berubah menjadi lepuhan berisi cairan (vesikel) yang sangat gatal
- Lepuhan pecah dan membentuk keropeng
- Keropeng mengering dan terkelupas dalam 1-2 minggu
Penting untuk diingat bahwa ruam cacar air dapat muncul dalam gelombang selama beberapa hari. Artinya, Anda mungkin melihat bintil baru muncul sementara yang lama sudah mulai mengering. Proses ini biasanya berlangsung selama 5-7 hari.
Advertisement
Penyebab Cangkrangen (Cacar Air)
Cangkrangen atau cacar air disebabkan oleh infeksi virus Varicella zoster (VZV). Virus ini termasuk dalam keluarga herpesvirus dan sangat mudah menular. Berikut ini adalah beberapa cara penularan virus cacar air:
- Kontak langsung dengan cairan dari lepuhan cacar air
- Menghirup percikan air liur (droplet) dari batuk atau bersin penderita cacar air
- Kontak dengan benda yang terkontaminasi virus, seperti pakaian atau sprei penderita
- Penularan dari ibu ke janin selama kehamilan (sangat jarang terjadi)
Virus cacar air sangat menular, terutama pada fase 1-2 hari sebelum munculnya ruam hingga semua lepuhan mengering menjadi keropeng. Seseorang yang belum pernah terinfeksi atau belum divaksinasi memiliki risiko 90% tertular jika terpapar virus ini.
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko terkena cacar air antara lain:
- Usia di bawah 12 tahun
- Belum pernah terinfeksi cacar air sebelumnya
- Belum mendapatkan vaksin cacar air
- Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah
- Bekerja atau tinggal di lingkungan dengan banyak anak-anak, seperti sekolah atau pusat penitipan anak
- Kontak erat dengan penderita cacar air
Penting untuk diketahui bahwa seseorang yang pernah terinfeksi cacar air biasanya akan memiliki kekebalan seumur hidup. Namun, virus dapat tetap bersembunyi di dalam tubuh dan aktif kembali di kemudian hari dalam bentuk herpes zoster (cacar ular).
Cara Mendiagnosis Cangkrangen (Cacar Air)
Diagnosis cacar air umumnya dapat dilakukan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik. Dokter akan mengamati karakteristik ruam dan menanyakan riwayat gejala serta kemungkinan paparan terhadap virus. Namun, dalam beberapa kasus, terutama jika gejalanya tidak khas, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan tambahan untuk memastikan diagnosis.
Berikut ini adalah beberapa metode yang digunakan untuk mendiagnosis cacar air:
1. Pemeriksaan Fisik
Dokter akan memeriksa ruam di kulit dan mengamati tahap perkembangannya. Ruam cacar air yang khas biasanya cukup untuk menegakkan diagnosis. Dokter juga akan menanyakan gejala lain yang mungkin dialami, seperti demam atau kelelahan.
2. Riwayat Medis
Dokter akan menanyakan riwayat kontak dengan penderita cacar air, status vaksinasi, dan apakah pasien pernah mengalami cacar air sebelumnya. Informasi ini penting untuk menilai risiko dan kemungkinan diagnosis.
3. Tes Laboratorium
Jika diagnosis masih meragukan, dokter mungkin akan melakukan beberapa tes laboratorium, seperti:
- Tes PCR (Polymerase Chain Reaction): Menggunakan sampel cairan dari lepuhan untuk mendeteksi DNA virus Varicella zoster.
- Kultur Virus: Mengambil sampel dari lepuhan untuk menumbuhkan virus di laboratorium.
- Tes Darah: Untuk mendeteksi antibodi terhadap virus Varicella zoster.
4. Pemeriksaan Mikroskopis
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin mengambil sampel cairan dari lepuhan untuk diperiksa di bawah mikroskop. Pemeriksaan ini dapat membantu membedakan cacar air dari penyakit kulit lainnya.
Penting untuk diingat bahwa sebagian besar kasus cacar air dapat didiagnosis hanya berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik. Tes laboratorium biasanya hanya diperlukan dalam kasus yang tidak biasa atau jika ada kemungkinan komplikasi.
Advertisement
Penanganan dan Pengobatan Cangkrangen (Cacar Air)
Cacar air umumnya merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya (self-limiting disease). Namun, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi. Berikut ini adalah cara-cara menangani dan mengobati cacar air:
1. Perawatan di Rumah
Sebagian besar kasus cacar air dapat ditangani dengan perawatan di rumah. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
- Istirahat yang cukup untuk membantu pemulihan
- Minum banyak air untuk mencegah dehidrasi
- Gunakan pakaian yang longgar dan berbahan lembut untuk mengurangi gesekan pada kulit
- Potong kuku agar tidak melukai kulit saat menggaruk
- Oleskan losion calamine atau gel lidah buaya untuk meredakan gatal
- Mandi dengan air hangat dan tambahkan oatmeal colloidal untuk meredakan gatal
- Hindari makanan yang terlalu asin, pedas, atau asam yang dapat mengiritasi luka di mulut
2. Obat-obatan
Beberapa obat yang mungkin diresepkan atau direkomendasikan oleh dokter meliputi:
- Antihistamin oral untuk mengurangi gatal
- Paracetamol untuk meredakan demam dan nyeri (hindari aspirin karena dapat menyebabkan komplikasi serius pada anak-anak dengan cacar air)
- Obat antivirus seperti acyclovir, terutama untuk kasus yang parah atau pada kelompok berisiko tinggi
- Antibiotik jika terjadi infeksi bakteri sekunder pada luka cacar air
3. Penanganan Khusus
Untuk kasus yang lebih serius atau pada kelompok berisiko tinggi, mungkin diperlukan penanganan khusus seperti:
- Rawat inap di rumah sakit untuk pemantauan dan perawatan intensif
- Pemberian obat antivirus melalui infus
- Pemberian immunoglobulin varicella-zoster (VZIG) untuk mencegah atau mengurangi keparahan infeksi pada orang dengan sistem kekebalan lemah
4. Pencegahan Penularan
Selama masa infeksi, penting untuk mencegah penularan ke orang lain dengan cara:
- Isolasi diri di rumah hingga semua lesi mengering dan membentuk keropeng (biasanya 5-7 hari)
- Hindari kontak dekat dengan orang yang belum pernah terkena cacar air atau belum divaksinasi
- Tutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin
- Cuci tangan secara teratur
Ingat, jangan menggaruk lesi cacar air karena dapat menyebabkan infeksi bakteri dan meninggalkan bekas luka. Jika gatal sangat mengganggu, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan obat yang sesuai.
Pencegahan Cangkrangen (Cacar Air)
Pencegahan cacar air sangat penting untuk mengurangi risiko infeksi dan komplikasi. Berikut ini adalah beberapa langkah efektif untuk mencegah penyebaran cacar air:
1. Vaksinasi
Vaksinasi adalah cara paling efektif untuk mencegah cacar air. Vaksin cacar air (varicella vaccine) umumnya diberikan dalam dua dosis:
- Dosis pertama: usia 12-15 bulan
- Dosis kedua: usia 4-6 tahun
Untuk anak yang lebih besar, remaja, dan orang dewasa yang belum pernah terkena cacar air atau belum divaksinasi, vaksin dapat diberikan dalam dua dosis dengan interval minimal 4 minggu.
2. Isolasi Penderita
Jika seseorang terinfeksi cacar air, penting untuk melakukan isolasi diri untuk mencegah penularan. Isolasi dilakukan hingga semua lesi mengering dan membentuk keropeng, biasanya sekitar 5-7 hari setelah munculnya ruam pertama.
3. Higiene Personal
Praktik kebersihan yang baik dapat membantu mencegah penyebaran virus:
- Cuci tangan secara teratur dengan sabun dan air
- Hindari menyentuh atau menggaruk lesi cacar air
- Tutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin
- Jangan berbagi peralatan makan atau barang pribadi dengan penderita cacar air
4. Pengendalian Lingkungan
Langkah-langkah untuk mengendalikan penyebaran virus di lingkungan meliputi:
- Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh
- Cuci pakaian, sprei, dan handuk penderita cacar air secara terpisah dengan air panas
- Pastikan ventilasi yang baik di rumah atau tempat kerja
5. Pencegahan Pasca-Paparan
Jika seseorang yang belum pernah terkena cacar air atau belum divaksinasi terpapar virus, tindakan pencegahan pasca-paparan dapat dilakukan:
- Vaksinasi dalam waktu 3-5 hari setelah paparan dapat mencegah atau mengurangi keparahan penyakit
- Pemberian immunoglobulin varicella-zoster (VZIG) dalam waktu 10 hari setelah paparan untuk kelompok berisiko tinggi
6. Edukasi
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang cacar air dan cara pencegahannya sangat penting. Ini termasuk:
- Memberikan informasi tentang gejala dan cara penularan cacar air
- Mendorong vaksinasi sesuai jadwal yang direkomendasikan
- Mengajarkan praktik higiene yang baik
Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan ini, risiko terkena cacar air dan komplikasinya dapat dikurangi secara signifikan. Namun, jika Anda atau anggota keluarga menunjukkan gejala cacar air, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Advertisement
Komplikasi yang Mungkin Terjadi
Meskipun sebagian besar kasus cacar air sembuh tanpa komplikasi, beberapa orang mungkin mengalami masalah kesehatan yang lebih serius. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat infeksi cacar air:
1. Infeksi Bakteri Sekunder
Ini adalah komplikasi paling umum, terutama pada anak-anak. Menggaruk lesi cacar air dapat menyebabkan infeksi bakteri pada kulit, seperti impetigo, selulitis, atau abses. Gejala infeksi bakteri meliputi kemerahan, pembengkakan, dan nyeri di sekitar lesi.
2. Pneumonia
Cacar air dapat menyebabkan infeksi paru-paru, terutama pada orang dewasa dan mereka dengan sistem kekebalan yang lemah. Gejala meliputi batuk, sesak napas, dan demam tinggi.
3. Ensefalitis
Meskipun jarang, virus cacar air dapat menyebabkan peradangan pada otak. Gejala meliputi sakit kepala parah, perubahan perilaku, kejang, dan penurunan kesadaran.
4. Sindrom Reye
Ini adalah komplikasi serius yang dapat terjadi jika anak dengan cacar air diberi aspirin. Sindrom ini dapat menyebabkan kerusakan hati dan otak.
5. Masalah Kehamilan
Jika ibu hamil terinfeksi cacar air, terutama pada trimester pertama atau kedua, dapat menyebabkan cacat lahir pada bayi. Infeksi menjelang persalinan juga dapat menyebabkan cacar air yang parah pada bayi baru lahir.
6. Herpes Zoster (Cacar Ular)
Setelah infeksi cacar air, virus tetap bersembunyi di sistem saraf dan dapat aktif kembali di kemudian hari sebagai herpes zoster, terutama pada orang dewasa dan lansia.
7. Dehidrasi
Terutama pada anak-anak, demam dan berkurangnya asupan cairan dapat menyebabkan dehidrasi.
8. Sepsis
Dalam kasus yang sangat jarang, infeksi dapat menyebar ke aliran darah dan menyebabkan sepsis, suatu kondisi yang mengancam jiwa.
Penting untuk memantau gejala cacar air dengan cermat dan segera mencari bantuan medis jika ada tanda-tanda komplikasi. Kelompok yang berisiko tinggi mengalami komplikasi meliputi:
- Bayi baru lahir
- Orang dewasa
- Ibu hamil
- Orang dengan sistem kekebalan yang lemah
- Penderita penyakit kronis seperti diabetes atau penyakit paru-paru
Dengan penanganan yang tepat dan cepat, sebagian besar komplikasi cacar air dapat diatasi. Vaksinasi tetap menjadi cara terbaik untuk mencegah infeksi cacar air dan komplikasinya.
Mitos dan Fakta Seputar Cangkrangen (Cacar Air)
Banyak mitos dan kesalahpahaman yang beredar di masyarakat tentang cacar air. Mari kita bahas beberapa mitos umum dan fakta sebenarnya:
Mitos 1: Cacar air hanya menyerang anak-anak
Fakta: Meskipun lebih umum pada anak-anak, cacar air dapat menyerang orang dari segala usia. Bahkan, cacar air pada orang dewasa cenderung lebih parah dan berisiko mengalami komplikasi.
Mitos 2: Jika sudah pernah terkena cacar air, tidak akan terkena lagi
Fakta: Meskipun jarang, seseorang bisa terkena cacar air lebih dari sekali. Namun, kasus kedua biasanya lebih ringan. Virus yang sama juga dapat muncul kembali sebagai herpes zoster (cacar ular) di kemudian hari.
Mitos 3: Cacar air selalu ringan dan tidak berbahaya
Fakta: Meskipun sebagian besar kasus cacar air ringan, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama pada bayi, orang dewasa, ibu hamil, dan mereka dengan sistem kekebalan yang lemah.
Mitos 4: Penderita cacar air tidak boleh mandi
Fakta: Mandi dengan air hangat justru dapat membantu meredakan gatal dan membersihkan kulit. Namun, hindari menggosok kulit dan keringkan dengan lembut.
Mitos 5: Cacar air hanya menular saat ruam muncul
Fakta: Penderita cacar air sudah bisa menularkan virus 1-2 hari sebelum ruam muncul dan tetap menular hingga semua lesi mengering dan membentuk keropeng.
Mitos 6: Vaksin cacar air menyebabkan autisme
Fakta: Tidak ada bukti ilmiah yang menghubungkan vaksin cacar air dengan autisme. Vaksin cacar air aman dan efektif dalam mencegah infeksi dan komplikasinya.
Mitos 7: Menggaruk lesi cacar air membantu penyembuhan
Fakta: Menggaruk lesi cacar air justru dapat menyebabkan infeksi bakteri dan meninggalkan bekas luka permanen. Lebih baik gunakan lotion calamine atau oatmeal bath untuk meredakan gatal.
Mitos 8: Cacar air hanya menular melalui kontak langsung
Fakta: Selain kontak langsung, cacar air juga dapat menular melalui udara (batuk atau bersin) dan kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.
Mitos 9: Cacar air tidak memerlukan pengobatan
Fakta: Meskipun banyak kasus cacar air sembuh sendiri, pengobatan dapat membantu meredakan gejala dan mencegah komplikasi. Dalam kasus tertentu, obat antivirus mungkin diperlukan.
Mitos 10: Setelah sembuh dari cacar air, seseorang tidak bisa menularkannya lagi
Fakta: Meskipun jarang, virus cacar air yang bersembunyi di sistem saraf dapat aktif kembali sebagai herpes zoster di kemudian hari dan berpotensi menularkan cacar air ke orang lain yang belum kebal.
Memahami fakta-fakta ini penting untuk menangani cacar air dengan tepat dan mencegah penyebarannya. Jika Anda memiliki pertanyaan atau kekhawatiran tentang cacar air, selalu konsultasikan dengan profesional kesehatan.
Advertisement
Kapan Harus ke Dokter?
Meskipun sebagian besar kasus cacar air dapat ditangani di rumah, ada beberapa situasi di mana Anda perlu segera mencari bantuan medis. Berikut adalah kondisi-kondisi yang memerlukan perhatian dokter:
1. Gejala Parah atau Tidak Biasa
- Demam tinggi (di atas 38,9°C) yang tidak turun dengan obat penurun panas
- Ruam yang sangat parah atau menyebar ke mata
- Kesulitan bernapas atau nyeri dada
- Kebingungan atau penurunan kesadaran
- Sakit kepala parah dan kaku leher
- Muntah berulang
2. Tanda-tanda Infeksi Bakteri
- Kemerahan, pembengkakan, atau rasa hangat di sekitar lesi
- Lesi yang mengeluarkan nanah atau cairan keruh
- Demam yang muncul kembali setelah sempat turun
3. Kelompok Berisiko Tinggi
Segera hubungi dokter jika penderita cacar air termasuk dalam kelompok berikut:
- Bayi kurang dari 3 bulan
- Ibu hamil
- Orang dengan sistem kekebalan yang lemah (misalnya, penderita HIV/AIDS atau sedang menjalani kemoterapi)
- Orang dengan penyakit kronis seperti diabetes atau penyakit paru-paru
4. Gejala yang Tidak Membaik
Jika gejala cacar air tidak membaik setelah 7-10 hari atau justru memburuk, segera konsultasikan dengan dokter.
5. Paparan pada Orang Berisiko Tinggi
Jika seseorang yang belum pernah terkena cacar air atau belum divaksinasi terpapar virus, terutama jika mereka termasuk kelompok berisiko tinggi, segera hubungi dokter untuk tindakan pencegahan.
6. Efek Samping Obat
Jika muncul efek samping dari obat yang digunakan untuk menangani cacar air, seperti ruam atau kesulitan bernapas, segera hubungi dokter.
7. Gejala Herpes Zoster
Jika seseorang yang pernah terkena cacar air mengalami ruam yang menyakitkan di satu sisi tubuh, ini mungkin tanda herpes zoster dan memerlukan penanganan medis.
Ingat, lebih baik berhati-hati dan berkonsultasi dengan dokter jika Anda ragu tentang kondisi Anda atau anggota keluarga yang menderita cacar air. Penanganan dini dapat mencegah komplikasi serius dan mempercepat proses penyembuhan.
Kesimpulan
Cangkrangen atau cacar air adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Varicella zoster. Meski umumnya ringan pada anak-anak, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius terutama pada orang dewasa, ibu hamil, dan mereka dengan sistem kekebalan lemah. Gejala utamanya berupa ruam gatal yang berkembang menjadi lepuhan berisi cairan.
Pencegahan terbaik adalah melalui vaksinasi. Jika terinfeksi, perawatan di rumah dengan istirahat cukup, menjaga kebersihan, dan menghindari menggaruk lesi biasanya efektif. Namun, dalam kasus tertentu, pengobatan medis mungkin diperlukan.
Penting untuk mengenali gejala, memahami cara penularan, dan mengetahui kapan harus mencari bantuan medis. Dengan pengetahuan yang tepat dan penanganan yang sesuai, mayoritas kasus cacar air dapat diatasi dengan baik tanpa komplikasi serius.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Advertisement