Sukses

Biduran Penyebabnya Apa: Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan

Penyebab biduran beragam, mulai dari alergi hingga penyakit autoimun. Kenali gejala, cara pengobatan, dan pencegahan biduran di sini.

Liputan6.com, Jakarta Biduran atau urtikaria adalah kondisi kulit yang ditandai dengan munculnya bentol-bentol merah yang gatal pada permukaan kulit. Kondisi ini dapat muncul secara tiba-tiba dan menyebar dengan cepat ke berbagai bagian tubuh. Meski umumnya tidak berbahaya, biduran dapat sangat mengganggu dan mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Lantas, apa sebenarnya penyebab biduran dan bagaimana cara mengatasinya? Mari kita bahas lebih lanjut dalam artikel ini.

2 dari 9 halaman

Pengertian Biduran

Biduran, yang dalam istilah medis disebut urtikaria, merupakan reaksi kulit yang ditandai dengan munculnya bentol-bentol berwarna kemerahan atau putih yang disertai rasa gatal. Kondisi ini dapat terjadi pada berbagai bagian tubuh, termasuk wajah, tangan, kaki, dan area tubuh lainnya. Bentol-bentol ini biasanya muncul secara tiba-tiba dan dapat berubah bentuk serta lokasi dalam hitungan jam atau hari.

Biduran terjadi ketika sel-sel kulit melepaskan histamin dan zat kimia lainnya ke dalam aliran darah sebagai respons terhadap alergen atau pemicu lainnya. Histamin inilah yang menyebabkan pembuluh darah melebar dan bocor, mengakibatkan cairan menumpuk di bawah kulit dan membentuk bentol-bentol yang kita kenal sebagai biduran.

Berdasarkan durasinya, biduran dapat dibagi menjadi dua jenis utama:

  • Biduran akut: Berlangsung kurang dari 6 minggu dan biasanya disebabkan oleh reaksi alergi atau infeksi.
  • Biduran kronis: Berlangsung lebih dari 6 minggu dan seringkali penyebabnya sulit diidentifikasi.

Selain itu, ada juga jenis biduran yang disebut urtikaria fisik, yang dipicu oleh stimulasi fisik langsung pada kulit, seperti tekanan, suhu ekstrem, atau paparan sinar matahari.

3 dari 9 halaman

Gejala Biduran

Gejala utama biduran adalah munculnya bentol-bentol merah atau putih pada kulit yang disertai rasa gatal. Namun, ada beberapa karakteristik dan gejala tambahan yang perlu diperhatikan:

  • Bentol-bentol (wheals): Biasanya berwarna merah atau putih, dengan ukuran yang bervariasi dari beberapa milimeter hingga beberapa sentimeter. Bentuknya bisa bulat, oval, atau tidak beraturan.
  • Rasa gatal: Gatal yang intens sering menyertai munculnya bentol-bentol ini. Intensitas gatal bisa bervariasi dari ringan hingga sangat mengganggu.
  • Perubahan lokasi: Bentol-bentol biduran dapat muncul dan menghilang dengan cepat, serta berpindah lokasi dalam hitungan jam.
  • Sensasi terbakar atau menyengat: Selain gatal, beberapa orang juga merasakan sensasi seperti terbakar atau tersengat pada area yang terkena biduran.
  • Angioedema: Pada beberapa kasus, biduran dapat disertai dengan pembengkakan jaringan yang lebih dalam, terutama di sekitar mata, bibir, tangan, kaki, atau alat kelamin. Kondisi ini disebut angioedema.
  • Gejala sistemik: Meskipun jarang, biduran berat dapat disertai gejala sistemik seperti sakit kepala, pusing, mual, atau sesak napas.

Penting untuk diingat bahwa intensitas dan durasi gejala biduran dapat bervariasi dari satu individu ke individu lain. Beberapa orang mungkin hanya mengalami episode singkat yang berlangsung beberapa jam, sementara yang lain bisa mengalami gejala yang bertahan selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu.

Jika gejala biduran disertai dengan kesulitan bernapas, pusing, atau pembengkakan di mulut atau tenggorokan, segera cari bantuan medis karena ini bisa menjadi tanda reaksi alergi yang serius (anafilaksis).

4 dari 9 halaman

Penyebab Biduran

Biduran terjadi ketika sel-sel kulit melepaskan histamin dan zat kimia lainnya ke dalam aliran darah. Namun, apa yang memicu pelepasan histamin ini? Penyebab biduran sangat beragam dan terkadang sulit diidentifikasi. Berikut adalah beberapa penyebab umum biduran:

1. Alergi

Alergi merupakan salah satu penyebab paling umum dari biduran. Reaksi alergi dapat dipicu oleh berbagai hal, termasuk:

  • Makanan: Kacang-kacangan, telur, susu, makanan laut, dan buah-buahan tertentu sering menjadi pemicu alergi.
  • Obat-obatan: Antibiotik, aspirin, dan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) dapat menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang.
  • Serbuk sari: Alergen dari tanaman seperti serbuk sari dapat memicu biduran pada orang yang sensitif.
  • Bulu hewan: Alergi terhadap bulu hewan peliharaan, terutama kucing dan anjing, dapat menyebabkan biduran.
  • Lateks: Beberapa orang mengalami alergi terhadap produk yang mengandung lateks.

2. Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan tertentu dapat memicu biduran pada individu yang sensitif:

  • Suhu ekstrem: Paparan terhadap suhu yang sangat panas atau dingin dapat menyebabkan biduran pada beberapa orang.
  • Sinar matahari: Beberapa individu mengalami biduran ketika kulit mereka terpapar sinar matahari langsung.
  • Air: Kontak dengan air, bahkan air biasa, dapat memicu biduran pada kasus yang jarang terjadi.
  • Tekanan pada kulit: Tekanan yang berlebihan pada kulit, seperti dari pakaian yang ketat, dapat menyebabkan biduran pada beberapa orang.

3. Infeksi

Berbagai jenis infeksi dapat memicu biduran, termasuk:

  • Infeksi virus: Seperti flu biasa, hepatitis, atau infeksi Epstein-Barr.
  • Infeksi bakteri: Termasuk infeksi streptokokus atau infeksi saluran kemih.
  • Infeksi parasit: Beberapa infeksi parasit dapat menyebabkan biduran sebagai salah satu gejalanya.

4. Stres

Stres emosional dapat memicu atau memperburuk biduran pada beberapa orang. Mekanisme pastinya belum sepenuhnya dipahami, tetapi diduga terkait dengan perubahan hormonal dan respons sistem kekebalan tubuh terhadap stres.

5. Penyakit Autoimun

Beberapa penyakit autoimun dapat menyebabkan biduran kronis, termasuk:

  • Lupus
  • Tiroiditis
  • Rheumatoid arthritis
  • Celiac disease

6. Faktor Genetik

Beberapa orang mungkin memiliki predisposisi genetik untuk mengalami biduran. Jika ada riwayat keluarga dengan kondisi alergi atau autoimun, risiko mengalami biduran mungkin lebih tinggi.

7. Paparan Bahan Kimia

Kontak dengan bahan kimia tertentu, baik di lingkungan kerja maupun dalam produk sehari-hari, dapat memicu biduran pada individu yang sensitif.

8. Olahraga

Pada beberapa kasus yang jarang, aktivitas fisik yang intens dapat memicu biduran. Kondisi ini dikenal sebagai urtikaria kolinergik.

Penting untuk dicatat bahwa pada banyak kasus biduran kronis, penyebab pastinya tidak dapat diidentifikasi. Kondisi ini disebut biduran idiopatik. Meskipun frustrating bagi penderita, biduran idiopatik masih dapat dikelola dengan pengobatan yang tepat.

5 dari 9 halaman

Diagnosis Biduran

Diagnosis biduran umumnya dimulai dengan pemeriksaan fisik dan wawancara medis yang menyeluruh. Dokter akan menanyakan tentang gejala yang dialami, riwayat kesehatan, pola makan, dan faktor-faktor lingkungan yang mungkin memicu biduran. Berikut adalah langkah-langkah yang mungkin dilakukan dalam proses diagnosis biduran:

1. Pemeriksaan Fisik

Dokter akan memeriksa kulit untuk melihat karakteristik bentol-bentol biduran. Mereka juga akan mencari tanda-tanda angioedema atau gejala lain yang mungkin terkait.

2. Riwayat Medis

Dokter akan menanyakan tentang:

  • Kapan gejala pertama kali muncul
  • Seberapa sering biduran terjadi
  • Berapa lama biasanya bertahan
  • Faktor-faktor yang mungkin memicu atau memperburuk gejala
  • Riwayat alergi atau penyakit autoimun dalam keluarga
  • Obat-obatan yang sedang dikonsumsi

3. Tes Alergi

Jika dicurigai adanya alergi sebagai penyebab, dokter mungkin merekomendasikan tes alergi. Ini bisa berupa:

  • Tes tusuk kulit (skin prick test): Sejumlah kecil alergen potensial ditempatkan pada kulit dan kemudian kulit ditusuk ringan. Reaksi kulit kemudian diamati.
  • Tes darah: Untuk mengukur tingkat antibodi IgE terhadap alergen tertentu.

4. Tes Darah

Selain tes alergi, dokter mungkin memerintahkan tes darah lainnya untuk:

  • Memeriksa fungsi tiroid
  • Mendeteksi tanda-tanda infeksi
  • Mencari bukti penyakit autoimun

5. Tes Provokasi

Untuk biduran fisik, dokter mungkin melakukan tes provokasi untuk melihat apakah biduran dapat dipicu oleh:

  • Tekanan pada kulit
  • Perubahan suhu
  • Paparan air atau sinar matahari

6. Biopsi Kulit

Dalam kasus yang jarang, jika dicurigai ada penyebab yang lebih serius atau jika diagnosis tidak jelas, dokter mungkin mengambil sampel kecil kulit (biopsi) untuk diperiksa di bawah mikroskop.

7. Tes Eliminasi Diet

Jika dicurigai alergi makanan sebagai penyebab, dokter mungkin merekomendasikan diet eliminasi di mana makanan tertentu dihilangkan dari diet selama beberapa waktu untuk melihat apakah gejala membaik.

8. Pemeriksaan Lanjutan

Jika biduran bersifat kronis atau tidak merespons pengobatan standar, dokter mungkin merekomendasikan pemeriksaan lebih lanjut untuk mencari penyebab yang mendasari, seperti:

  • Pemindaian CT atau MRI
  • Endoskopi untuk memeriksa saluran pencernaan
  • Tes untuk penyakit autoimun tertentu

Penting untuk diingat bahwa pada banyak kasus biduran kronis, penyebab pastinya mungkin tidak dapat diidentifikasi meskipun telah dilakukan berbagai tes. Dalam situasi seperti ini, fokus pengobatan adalah pada manajemen gejala dan peningkatan kualitas hidup pasien.

6 dari 9 halaman

Pengobatan Biduran

Pengobatan biduran bertujuan untuk mengurangi gejala, mencegah kekambuhan, dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Pendekatan pengobatan dapat bervariasi tergantung pada jenis biduran (akut atau kronis) dan tingkat keparahannya. Berikut adalah beberapa metode pengobatan yang umum digunakan:

1. Antihistamin

Antihistamin adalah lini pertama pengobatan untuk biduran. Obat ini bekerja dengan memblokir efek histamin, zat yang menyebabkan gejala alergi termasuk biduran. Beberapa jenis antihistamin yang sering digunakan meliputi:

  • Antihistamin generasi kedua (non-sedatif): Seperti cetirizine, loratadine, dan fexofenadine. Obat-obat ini umumnya lebih disukai karena tidak menyebabkan kantuk.
  • Antihistamin generasi pertama: Seperti diphenhydramine, yang mungkin digunakan untuk kasus yang lebih parah atau saat malam hari karena efek sedatifnya.

Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan dosis yang lebih tinggi dari yang biasa digunakan untuk alergi.

2. Kortikosteroid

Untuk kasus biduran yang parah atau tidak merespons antihistamin, dokter mungkin meresepkan kortikosteroid jangka pendek, seperti prednisone. Namun, penggunaan jangka panjang kortikosteroid biasanya dihindari karena potensi efek samping.

3. Omalizumab

Untuk biduran kronis yang resisten terhadap antihistamin, omalizumab (Xolair) mungkin dipertimbangkan. Ini adalah antibodi monoklonal yang diberikan melalui suntikan dan telah terbukti efektif untuk beberapa pasien dengan biduran kronis.

4. Cyclosporine

Dalam kasus biduran kronis yang sangat sulit diobati, cyclosporine, obat imunosupresan, kadang-kadang digunakan. Namun, penggunaannya harus dipantau ketat karena potensi efek samping.

5. Antileukotrien

Obat-obatan seperti montelukast kadang-kadang digunakan sebagai terapi tambahan untuk biduran, terutama jika ada komponen alergi yang terlibat.

6. Perawatan Topikal

Untuk meredakan gatal dan iritasi lokal, dokter mungkin merekomendasikan:

  • Krim atau lotion antihistamin
  • Krim kortikosteroid ringan
  • Losion calamine

7. Terapi Alternatif

Beberapa pendekatan alternatif yang kadang-kadang digunakan termasuk:

  • Akupunktur
  • Suplemen herbal (namun harus digunakan dengan hati-hati dan di bawah pengawasan profesional kesehatan)
  • Teknik relaksasi untuk mengurangi stres

8. Pengobatan Penyebab Mendasar

Jika penyebab biduran dapat diidentifikasi, pengobatan akan difokuskan pada mengatasi penyebab tersebut. Misalnya:

  • Pengobatan infeksi jika itu adalah penyebabnya
  • Pengelolaan penyakit autoimun yang mendasari
  • Menghentikan atau mengganti obat-obatan yang mungkin menjadi pemicu

9. Penanganan Darurat

Untuk kasus biduran yang disertai angioedema atau tanda-tanda anafilaksis, epinefrin (adrenalin) mungkin diperlukan sebagai pengobatan darurat.

Penting untuk diingat bahwa respons terhadap pengobatan dapat bervariasi antar individu. Dokter mungkin perlu mencoba beberapa pendekatan berbeda untuk menemukan regimen yang paling efektif untuk setiap pasien. Selain itu, pengobatan biduran kronis seringkali memerlukan pendekatan jangka panjang dan mungkin perlu disesuaikan dari waktu ke waktu.

7 dari 9 halaman

Pencegahan Biduran

Meskipun tidak selalu mungkin untuk mencegah biduran sepenuhnya, terutama pada kasus biduran kronis atau idiopatik, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terjadinya biduran atau mencegah kekambuhan. Berikut adalah beberapa strategi pencegahan yang dapat diterapkan:

1. Identifikasi dan Hindari Pemicu

Langkah pertama dan paling penting dalam pencegahan biduran adalah mengidentifikasi dan menghindari faktor-faktor yang memicu munculnya biduran pada diri Anda. Ini mungkin termasuk:

  • Makanan tertentu: Jika Anda mengetahui makanan spesifik yang memicu biduran, hindari konsumsi makanan tersebut.
  • Obat-obatan: Jika obat tertentu menyebabkan biduran, diskusikan dengan dokter Anda tentang alternatif yang mungkin.
  • Alergen lingkungan: Hindari paparan terhadap alergen yang diketahui, seperti serbuk sari, bulu hewan, atau debu.
  • Bahan kimia atau zat iritan: Hindari kontak dengan bahan kimia atau zat yang diketahui mengiritasi kulit Anda.

2. Jaga Kebersihan Kulit

Menjaga kebersihan kulit dapat membantu mengurangi risiko iritasi yang dapat memicu biduran:

  • Gunakan sabun dan produk perawatan kulit yang lembut dan bebas pewangi.
  • Hindari mandi air panas, karena ini dapat memicu pelepasan histamin.
  • Setelah mandi, keringkan kulit dengan lembut tanpa menggosok keras.

3. Kelola Stres

Stres dapat memicu atau memperburuk biduran pada beberapa orang. Cobalah teknik manajemen stres seperti:

  • Meditasi atau yoga
  • Latihan pernapasan dalam
  • Olahraga teratur
  • Tidur yang cukup

4. Hindari Suhu Ekstrem

Perubahan suhu yang ekstrem dapat memicu biduran pada beberapa orang:

  • Hindari mandi air yang terlalu panas atau terlalu dingin.
  • Lindungi diri dari cuaca ekstrem dengan pakaian yang sesuai.
  • Jika Anda sensitif terhadap dingin, hindari berenang di air dingin.

5. Gunakan Pakaian yang Tepat

Pakaian yang longgar dan berbahan lembut dapat membantu mengurangi iritasi kulit:

  • Pilih pakaian berbahan katun atau bahan alami lainnya yang bernapas.
  • Hindari pakaian yang terlalu ketat atau terbuat dari bahan sintetis yang dapat menyebabkan gesekan atau iritasi.

6. Jaga Pola Makan Sehat

Meskipun hubungan antara diet dan biduran belum sepenuhnya dipahami, beberapa orang melaporkan manfaat dari:

  • Mengurangi konsumsi makanan olahan
  • Membatasi alkohol dan kafein
  • Meningkatkan asupan makanan anti-inflamasi seperti buah-buahan dan sayuran

7. Gunakan Pelembab

Kulit yang terhidrasi dengan baik cenderung kurang rentan terhadap iritasi:

  • Gunakan pelembab bebas pewangi setelah mandi
  • Pilih produk yang dirancang untuk kulit sensitif

8. Hindari Garukan

Meskipun sulit, cobalah untuk tidak menggaruk area yang gatal karena ini dapat memperburuk biduran:

  • Gunakan kompres dingin untuk meredakan gatal
  • Pertimbangkan untuk menggunakan sarung tangan katun saat tidur jika Anda cenderung menggaruk saat tidur

9. Pertimbangkan Pengobatan Preventif

Untuk beberapa orang dengan biduran kronis, dokter mungkin merekomendasikan penggunaan antihistamin secara teratur sebagai tindakan pencegahan.

10. Catat Pemicu

Simpan catatan tentang kapan biduran muncul dan apa yang Anda lakukan, makan, atau alami sebelumnya. Ini dapat membantu Anda dan dokter Anda mengidentifikasi pola atau pemicu yang mungkin tidak jelas.

Ingatlah bahwa pencegahan biduran mungkin memerlukan pendekatan yang berbeda untuk setiap individu. Apa yang berhasil untuk satu orang mungkin tidak efektif untuk yang lain. Penting untuk bekerja sama dengan profesional kesehatan untuk mengembangkan strategi pencegahan yang paling sesuai untuk situasi Anda.

8 dari 9 halaman

Kapan Harus ke Dokter?

Meskipun biduran seringkali merupakan kondisi yang tidak berbahaya dan dapat sembuh sendiri, ada situasi di mana Anda perlu mencari bantuan medis. Berikut adalah beberapa kondisi yang mengindikasikan bahwa Anda harus segera berkonsultasi dengan dokter:

1. Biduran yang Persisten

Jika biduran Anda berlangsung lebih dari 6 minggu, ini dianggap sebagai biduran kronis dan memerlukan evaluasi medis. Dokter dapat membantu mengidentifikasi penyebab yang mendasari atau merekomendasikan pengobatan yang lebih efektif.

2. Gejala yang Mengganggu Kualitas Hidup

Jika biduran sangat gatal atau menyakitkan sehingga mengganggu tidur, pekerjaan, atau aktivitas sehari-hari Anda, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang lebih agresif.

3. Tanda-tanda Angioedema

Jika Anda mengalami pembengkakan pada bibir, lidah, mata, atau bagian tubuh lainnya, terutama jika disertai dengan kesulitan bernapas atau menelan, segera cari bantuan medis. Ini bisa menjadi tanda angioedema, yang dapat menjadi kondisi yang mengancam jiwa.

4. Gejala Sistemik

Jika biduran disertai dengan gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, atau kelelahan yang ekstrem, ini mungkin mengindikasikan adanya kondisi medis yang lebih serius yang memerlukan evaluasi.

5. Tidak Merespons Terhadap Pengobatan

Jika biduran Anda tidak membaik setelah menggunakan antihistamin over-the-counter atau pengobatan yang diresepkan sebelumnya, Anda mungkin memerlukan pendekatan pengobatan yang berbeda.

6. Tanda-tanda Anafilaksis

Jika Anda mengalami gejala seperti kesulitan bernapas, pusing, detak jantung cepat, atau penurunan tekanan darah bersama dengan biduran, segera cari bantuan medis darurat. Ini bisa menjadi tanda reaksi alergi yang parah (anafilaksis) yang dapat mengancam jiwa.

7. Biduran pada Anak-anak

Jika anak Anda mengalami biduran yang parah atau persisten, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter anak. Anak-anak mungkin tidak dapat mengkomunikasikan gejala mereka dengan baik, dan biduran pada anak-anak kadang-kadang dapat menjadi tanda kondisi medis yang mendasarinya.

8. Biduran Selama Kehamilan

Wanita hamil yang mengalami biduran harus berkonsultasi dengan dokter kandungan mereka. Beberapa pengobatan biduran mungkin tidak aman selama kehamilan, dan dokter dapat merekomendasikan pilihan yang lebih sesuai.

9. Biduran yang Muncul Setelah Mengonsumsi Obat Baru

Jika Anda mengalami biduran setelah mulai mengonsumsi obat baru, baik itu obat resep atau over-the-counter, segera hubungi dokter Anda. Ini mungkin merupakan reaksi alergi terhadap obat tersebut.

10. Biduran yang Disertai Perubahan Warna Kulit

Jika area yang terkena biduran mengalami perubahan warna yang tidak normal atau meninggalkan bekas, ini mungkin mengindikasikan kondisi kulit lain yang memerlukan evaluasi medis.

Ingatlah bahwa meskipun biduran sering kali tidak berbahaya, kondisi ini dapat sangat mengganggu dan dalam beberapa kasus dapat menjadi tanda masalah kesehatan yang lebih serius. Jika Anda ragu, selalu lebih baik untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan. Mereka dapat memberikan diagnosis yang akurat, mengidentifikasi penyebab yang mendasari jika ada, dan merekomendasikan rencana pengobatan yang paling sesuai untuk situasi Anda.

9 dari 9 halaman

Kesimpulan

Biduran merupakan kondisi kulit yang umum namun dapat sangat mengganggu bagi penderitanya. Meskipun seringkali tidak berbahaya, biduran dapat menjadi indikasi adanya masalah kesehatan yang lebih serius

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence