Liputan6.com, Jakarta Kadar gula darah yang tinggi atau hiperglikemia merupakan kondisi serius yang perlu diwaspadai. Mengenali ciri-ciri kadar gula tinggi sejak dini sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih parah. Artikel ini akan membahas secara komprehensif tentang gejala, penyebab, diagnosis, pengobatan, dan cara mencegah hiperglikemia.
Apa Itu Hiperglikemia?
Hiperglikemia adalah kondisi di mana kadar glukosa (gula) dalam darah melebihi batas normal. Pada orang sehat, kadar gula darah puasa yang normal berkisar antara 70-100 mg/dL. Sementara setelah makan, kadar gula darah normal tidak melebihi 140 mg/dL.
Hiperglikemia terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan atau memproduksi insulin dengan baik. Insulin adalah hormon yang berperan mengatur kadar gula darah dengan membantu sel-sel tubuh menyerap glukosa dari aliran darah. Ketika produksi atau fungsi insulin terganggu, glukosa menumpuk dalam darah sehingga kadarnya meningkat.
Kondisi hiperglikemia yang berlangsung lama dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius seperti kerusakan pembuluh darah, saraf, dan organ-organ tubuh. Karena itu, penting untuk mengenali ciri-ciri kadar gula tinggi sedini mungkin agar dapat segera ditangani.
Advertisement
Ciri-ciri Kadar Gula Tinggi yang Perlu Diwaspadai
Berikut adalah beberapa ciri-ciri kadar gula tinggi yang umum terjadi:
1. Sering Merasa Haus dan Banyak Buang Air Kecil
Salah satu ciri khas hiperglikemia adalah rasa haus yang berlebihan (polidipsia) disertai dengan sering buang air kecil (poliuria). Hal ini terjadi karena tubuh berusaha mengeluarkan kelebihan glukosa melalui urin. Akibatnya, volume urin meningkat sehingga tubuh kehilangan banyak cairan dan elektrolit. Untuk mengkompensasi hal tersebut, otak mengirimkan sinyal haus agar Anda lebih banyak minum.
Gejala ini sering terjadi di malam hari sehingga mengganggu kualitas tidur. Jika Anda sering terbangun di malam hari karena ingin buang air kecil atau merasa sangat haus, sebaiknya periksakan kadar gula darah Anda.
2. Mudah Lelah dan Lemas
Kelelahan yang berlebihan merupakan salah satu ciri-ciri kadar gula tinggi yang sering diabaikan. Meskipun kadar gula darah tinggi, sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa tersebut sebagai sumber energi karena kekurangan insulin. Akibatnya, tubuh merasa kekurangan energi dan mudah lelah meski telah beristirahat cukup.
Selain itu, dehidrasi akibat sering buang air kecil juga dapat memperparah rasa lelah. Jika Anda sering merasa lemas dan tidak bertenaga tanpa sebab yang jelas, ada baiknya memeriksakan kadar gula darah.
3. Pandangan Kabur
Hiperglikemia dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa pandangan yang kabur atau buram. Hal ini terjadi karena kadar gula darah yang tinggi menyebabkan lensa mata membengkak sehingga kemampuan fokusnya terganggu. Selain itu, hiperglikemia juga dapat merusak pembuluh darah kecil di retina mata.
Gangguan penglihatan akibat hiperglikemia biasanya bersifat sementara dan akan membaik seiring dengan normalisasi kadar gula darah. Namun jika dibiarkan dalam jangka panjang, kerusakan mata akibat hiperglikemia dapat menjadi permanen.
4. Luka Sulit Sembuh
Salah satu ciri-ciri kadar gula tinggi yang perlu diwaspadai adalah luka yang sulit sembuh, terutama pada bagian kaki. Hiperglikemia dapat merusak pembuluh darah dan saraf sehingga mengganggu sirkulasi darah ke daerah luka. Akibatnya, proses penyembuhan luka menjadi lebih lambat.
Selain itu, kadar gula darah yang tinggi juga menyediakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan bakteri dan jamur. Hal ini meningkatkan risiko infeksi pada luka. Jika Anda memiliki luka yang tidak kunjung sembuh dalam waktu lama, sebaiknya periksakan ke dokter untuk mengecek kemungkinan hiperglikemia.
5. Kulit Kering dan Gatal
Hiperglikemia dapat menyebabkan dehidrasi yang berpengaruh pada kondisi kulit. Kulit menjadi kering, bersisik, dan mudah gatal. Selain itu, kadar gula darah yang tinggi juga meningkatkan risiko infeksi jamur pada kulit, terutama di area lipatan seperti ketiak, selangkangan, dan bawah payudara.
Jika Anda mengalami masalah kulit yang tidak kunjung membaik dengan perawatan biasa, ada baiknya memeriksakan kadar gula darah untuk mengetahui kemungkinan hiperglikemia.
Penyebab Hiperglikemia
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah antara lain:
1. Diabetes Melitus
Penyebab utama hiperglikemia adalah diabetes melitus, baik tipe 1 maupun tipe 2. Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat memproduksi insulin sama sekali sehingga glukosa menumpuk dalam darah. Sementara pada diabetes tipe 2, tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau pankreas tidak memproduksi insulin yang cukup.
2. Stres
Stres fisik maupun emosional dapat memicu peningkatan kadar gula darah. Saat stres, tubuh melepaskan hormon seperti kortisol dan adrenalin yang dapat meningkatkan kadar gula darah.
3. Pola Makan Tidak Sehat
Konsumsi makanan tinggi gula dan karbohidrat sederhana secara berlebihan dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah. Terutama jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup.
4. Kurang Aktivitas Fisik
Olahraga dan aktivitas fisik membantu sel-sel tubuh menyerap glukosa dari darah. Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan penumpukan glukosa dalam darah.
5. Efek Samping Obat
Beberapa jenis obat seperti steroid, diuretik, dan obat antipsikotik tertentu dapat meningkatkan kadar gula darah sebagai efek samping.
6. Penyakit atau Infeksi
Kondisi medis tertentu seperti pankreatitis atau infeksi dapat memicu peningkatan kadar gula darah.
Advertisement
Diagnosis Hiperglikemia
Untuk mendiagnosis hiperglikemia, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Gula Darah Puasa
Tes ini dilakukan setelah puasa selama 8 jam. Kadar gula darah puasa normal adalah di bawah 100 mg/dL. Jika hasilnya 126 mg/dL atau lebih, maka didiagnosis sebagai diabetes.
2. Tes Toleransi Glukosa Oral
Pada tes ini, pasien diminta meminum larutan glukosa. Kemudian kadar gula darah diukur setelah 2 jam. Hasil normal adalah di bawah 140 mg/dL. Jika hasilnya 200 mg/dL atau lebih, maka didiagnosis sebagai diabetes.
3. Pemeriksaan HbA1c
Tes HbA1c mengukur rata-rata kadar gula darah selama 2-3 bulan terakhir. Hasil normal adalah di bawah 5.7%. Jika hasilnya 6.5% atau lebih, maka didiagnosis sebagai diabetes.
4. Pemeriksaan Gula Darah Acak
Tes ini dapat dilakukan kapan saja tanpa puasa. Jika hasilnya 200 mg/dL atau lebih disertai gejala hiperglikemia, maka dapat didiagnosis sebagai diabetes.
Selain pemeriksaan laboratorium, dokter juga akan menanyakan gejala yang dialami serta riwayat kesehatan pasien dan keluarga. Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda komplikasi hiperglikemia.
Pengobatan Hiperglikemia
Penanganan hiperglikemia bertujuan untuk menormalkan kadar gula darah dan mencegah komplikasi. Beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Perubahan Gaya Hidup
Langkah awal penanganan hiperglikemia adalah dengan modifikasi gaya hidup, meliputi:
- Menerapkan pola makan sehat dengan membatasi asupan gula dan karbohidrat sederhana
- Meningkatkan konsumsi sayur, buah, dan serat
- Berolahraga secara teratur minimal 30 menit per hari
- Mengelola stres dengan baik
- Berhenti merokok dan membatasi konsumsi alkohol
2. Obat-obatan
Jika perubahan gaya hidup tidak cukup efektif, dokter dapat meresepkan obat-obatan untuk menurunkan kadar gula darah, seperti:
- Metformin: Meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi produksi glukosa oleh hati
- Sulfonilurea: Merangsang pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin
- Thiazolidinedione: Meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin
- Inhibitor DPP-4: Meningkatkan produksi insulin dan mengurangi produksi glukosa
- Inhibitor SGLT2: Membantu ginjal membuang lebih banyak glukosa melalui urin
3. Terapi Insulin
Pada kasus hiperglikemia berat atau diabetes tipe 1, terapi insulin diperlukan untuk mengontrol kadar gula darah. Insulin dapat diberikan melalui suntikan atau pompa insulin. Dosis dan jenis insulin disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien.
4. Penanganan Komplikasi
Jika telah terjadi komplikasi akibat hiperglikemia, penanganan khusus diperlukan sesuai dengan organ yang terkena. Misalnya pengobatan retinopati diabetik, nefropati, atau neuropati.
Advertisement
Pencegahan Hiperglikemia
Mencegah lebih baik daripada mengobati. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah hiperglikemia:
1. Pantau Kadar Gula Darah Secara Rutin
Lakukan pemeriksaan gula darah secara berkala, terutama jika Anda memiliki faktor risiko diabetes. Pemeriksaan rutin membantu mendeteksi peningkatan kadar gula darah sejak dini.
2. Jaga Pola Makan Sehat
Konsumsi makanan seimbang dengan porsi yang tepat. Batasi asupan gula dan karbohidrat sederhana. Perbanyak konsumsi sayur, buah, dan makanan tinggi serat.
3. Olahraga Teratur
Aktivitas fisik membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kadar gula darah. Lakukan olahraga minimal 30 menit per hari, 5 kali seminggu.
4. Jaga Berat Badan Ideal
Kelebihan berat badan meningkatkan risiko resistensi insulin. Jaga berat badan tetap dalam rentang ideal untuk mencegah hiperglikemia.
5. Kelola Stres
Stres dapat memicu peningkatan kadar gula darah. Lakukan teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga untuk mengelola stres.
6. Hindari Kebiasaan Buruk
Berhenti merokok dan batasi konsumsi alkohol. Kedua hal tersebut dapat meningkatkan risiko hiperglikemia dan komplikasinya.
Kapan Harus ke Dokter?
Segera konsultasikan ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala hiperglikemia seperti:
- Rasa haus yang berlebihan dan sering buang air kecil
- Kelelahan ekstrem yang tidak membaik dengan istirahat
- Pandangan kabur yang tidak kunjung membaik
- Luka yang sulit sembuh
- Infeksi kulit yang berulang
Jika Anda sudah didiagnosis diabetes, periksakan ke dokter secara rutin sesuai jadwal yang ditentukan. Segera hubungi dokter jika kadar gula darah Anda terus tinggi meski sudah menjalani pengobatan.
Advertisement
Mitos dan Fakta Seputar Hiperglikemia
Berikut beberapa mitos dan fakta seputar hiperglikemia yang perlu diluruskan:
Mitos: Hiperglikemia hanya terjadi pada penderita diabetes
Fakta: Meskipun hiperglikemia umumnya terkait dengan diabetes, kondisi ini juga dapat terjadi pada orang non-diabetes akibat stres, efek samping obat, atau penyakit tertentu.
Mitos: Penderita hiperglikemia harus menghindari semua jenis karbohidrat
Fakta: Penderita hiperglikemia tetap membutuhkan karbohidrat sebagai sumber energi. Yang penting adalah memilih karbohidrat kompleks dan mengontrol porsinya.
Mitos: Olahraga berat diperlukan untuk menurunkan kadar gula darah
Fakta: Aktivitas fisik ringan hingga sedang seperti jalan kaki 30 menit per hari sudah cukup efektif untuk membantu mengontrol kadar gula darah.
Mitos: Penderita hiperglikemia tidak boleh makan buah karena mengandung gula
Fakta: Buah mengandung serat dan nutrisi penting. Penderita hiperglikemia tetap boleh mengonsumsi buah dengan porsi yang tepat dan memilih buah dengan indeks glikemik rendah.
Mitos: Hiperglikemia ringan tidak berbahaya
Fakta: Hiperglikemia ringan yang dibiarkan dalam jangka panjang tetap dapat menyebabkan komplikasi serius. Penting untuk mengontrol kadar gula darah secara konsisten.
Kesimpulan
Hiperglikemia atau kadar gula darah tinggi merupakan kondisi serius yang perlu diwaspadai. Mengenali ciri-ciri kadar gula tinggi sejak dini sangat penting untuk mencegah komplikasi yang lebih parah. Gejala umum hiperglikemia meliputi sering haus dan buang air kecil, mudah lelah, pandangan kabur, serta luka yang sulit sembuh.
Penanganan hiperglikemia melibatkan perubahan gaya hidup, pengobatan, dan pemantauan rutin kadar gula darah. Pencegahan dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat, olahraga teratur, dan kontrol berat badan. Jika Anda mengalami gejala hiperglikemia, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Dengan pemahaman yang baik tentang ciri-ciri kadar gula tinggi serta cara mengatasinya, diharapkan kita dapat lebih waspada dan proaktif dalam menjaga kesehatan. Ingatlah bahwa pencegahan dan penanganan dini adalah kunci untuk menghindari komplikasi serius akibat hiperglikemia.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Advertisement