Liputan6.com, Jakarta Tedak siten merupakan salah satu upacara adat Jawa yang dilaksanakan ketika bayi berusia sekitar 7 bulan. Upacara ini memiliki makna dan tujuan yang mendalam bagi perkembangan si kecil. Mari kita pelajari lebih lanjut tentang prosesi, perlengkapan, dan filosofi di balik tradisi tedak siten ini.
Pengertian Tedak Siten
Tedak siten berasal dari bahasa Jawa, yang terdiri dari dua kata yaitu "tedak" yang berarti turun atau menapakkan kaki, dan "siten" yang berarti tanah. Jadi secara harfiah, tedak siten dapat diartikan sebagai upacara turun tanah atau menginjak tanah untuk pertama kalinya.
Upacara ini biasanya dilaksanakan ketika bayi berusia 7 lapan menurut penanggalan Jawa, atau sekitar 8 bulan menurut kalender Masehi. Pada usia tersebut, bayi umumnya sudah mulai belajar merangkak dan berjalan, sehingga dianggap sudah siap untuk "turun ke tanah".
Bagi masyarakat Jawa, tedak siten merupakan salah satu rangkaian upacara adat dalam siklus kehidupan manusia. Upacara ini menandai fase penting dalam tumbuh kembang seorang anak, yaitu ketika mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Advertisement
Tujuan dan Makna Filosofis Tedak Siten
Pelaksanaan upacara tedak siten memiliki beberapa tujuan dan makna filosofis yang mendalam, di antaranya:
- Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas pertumbuhan dan perkembangan si kecil yang sudah mencapai usia 7 bulan dengan sehat.
- Memperkenalkan anak pada alam sekitar dan "ibu pertiwi" (bumi) tempat ia akan menjalani kehidupan.
- Memohon keselamatan dan keberkahan bagi si kecil dalam menjalani kehidupannya kelak.
- Menanamkan nilai-nilai luhur dan harapan orang tua agar anak tumbuh menjadi pribadi yang baik dan berguna.
- Sebagai simbol bahwa anak sudah siap untuk mulai belajar mandiri dan menghadapi tantangan hidup.
- Mengenalkan anak pada berbagai pilihan profesi dan jalan hidup yang mungkin akan dilaluinya kelak.
Melalui rangkaian prosesi dan perlengkapan yang digunakan dalam tedak siten, orang tua menyampaikan doa dan harapan agar anaknya kelak menjadi orang yang sukses, mandiri, dan bermanfaat bagi sesama. Upacara ini juga mengandung nilai-nilai pendidikan karakter yang ditanamkan sejak dini.
Waktu Pelaksanaan Tedak Siten
Tedak siten biasanya dilaksanakan ketika bayi berusia 7 lapan menurut penanggalan Jawa. Satu lapan setara dengan 35 hari, sehingga 7 lapan berarti bayi berusia sekitar 245 hari atau 8 bulan menurut kalender Masehi.
Pemilihan waktu ini didasarkan pada kepercayaan bahwa pada usia tersebut, bayi sudah mulai bisa duduk, merangkak, atau bahkan belajar berjalan. Artinya secara fisik, bayi sudah siap untuk mulai berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan waktu pelaksanaan tedak siten:
- Sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 09.00-11.00, karena dianggap sebagai waktu yang baik.
- Pilih hari baik menurut perhitungan Jawa, biasanya dihitung berdasarkan weton (hari kelahiran) si bayi.
- Hindari pelaksanaan pada bulan Suro (Muharram) yang dianggap keramat dalam tradisi Jawa.
- Pastikan kondisi bayi dalam keadaan sehat dan tidak rewel.
Meski ada patokan waktu tersebut, pelaksanaan tedak siten tetap bisa disesuaikan dengan kondisi dan kesepakatan keluarga. Yang terpenting adalah niat baik dan doa untuk kebaikan si kecil.
Advertisement
Perlengkapan dalam Upacara Tedak Siten
Dalam pelaksanaan upacara tedak siten, ada beberapa perlengkapan utama yang perlu disiapkan. Masing-masing perlengkapan ini memiliki makna simbolis tersendiri. Berikut adalah perlengkapan yang umumnya digunakan:
- Jadah 7 warna - melambangkan berbagai rintangan hidup yang harus dihadapi
- Tangga tebu - simbol ketetapan hati dalam menggapai cita-cita
- Kurungan ayam - melambangkan dunia dengan berbagai pilihan hidup
- Bokor berisi beras kuning dan uang logam - simbol kemakmuran dan kedermawanan
- Berbagai benda pilihan (buku, perhiasan, alat pertanian, dll) - melambangkan profesi/jalan hidup
- Air kembang setaman - untuk memandikan bayi sebagai simbol kesucian
- Tumpeng dan aneka makanan - sebagai simbol rasa syukur dan berbagi dengan sesama
Selain itu, juga disiapkan beberapa perlengkapan pendukung seperti:
- Tikar sebagai alas duduk
- Payung untuk menaungi bayi
- Kain batik untuk menggendong bayi
- Pakaian baru untuk bayi
- Berbagai jajanan pasar
Masing-masing daerah mungkin memiliki variasi dalam jenis perlengkapan yang digunakan. Namun secara umum, perlengkapan-perlengkapan tersebut memiliki makna filosofis yang serupa yaitu sebagai simbol harapan dan doa bagi masa depan si kecil.
Rangkaian Prosesi Upacara Tedak Siten
Upacara tedak siten memiliki beberapa tahapan prosesi yang sarat makna. Meski ada sedikit perbedaan antara satu daerah dengan daerah lain, secara umum rangkaian prosesinya adalah sebagai berikut:
- Pembukaan dan doa - Upacara dibuka dengan doa yang dipimpin sesepuh atau tokoh adat setempat.
- Membasuh kaki bayi - Orang tua membasuh kaki bayi dengan air kembang sebagai simbol kesucian sebelum menginjak tanah.
- Berjalan di atas jadah 7 warna - Bayi dituntun berjalan di atas jadah 7 warna yang disusun berjajar, melambangkan rintangan hidup yang harus dihadapi.
- Menaiki tangga tebu - Bayi dibimbing menaiki dan menuruni tangga dari batang tebu, simbol ketetapan hati dalam menggapai cita-cita.
- Memasuki kurungan ayam - Bayi dimasukkan ke dalam kurungan ayam yang berisi berbagai benda, lalu dibiarkan memilih salah satu benda sebagai simbol profesi masa depan.
- Menebar beras kuning - Orang tua menebar beras kuning dan uang logam yang diperebutkan anak-anak, simbol berbagi rezeki.
- Memandikan bayi - Bayi dimandikan dengan air kembang setaman sebagai simbol kesucian dan keharuman nama baik.
- Mengenakan pakaian baru - Bayi dikenakan pakaian baru yang bagus sebagai simbol kehidupan baru yang lebih baik.
- Selamatan dan doa penutup - Prosesi ditutup dengan selamatan dan doa bersama untuk keselamatan dan kesuksesan si kecil.
Setiap tahapan prosesi tersebut mengandung makna dan filosofi tersendiri. Orang tua dan keluarga biasanya akan menjelaskan makna dari setiap prosesi kepada para tamu yang hadir, sehingga nilai-nilai luhur dalam tradisi ini bisa dipahami dan dilestarikan.
Advertisement
Nilai-nilai Pendidikan dalam Tedak Siten
Di balik rangkaian prosesi dan perlengkapan yang digunakan, upacara tedak siten mengandung berbagai nilai pendidikan yang bisa ditanamkan pada anak sejak dini. Beberapa di antaranya adalah:
- Kemandirian - Prosesi berjalan di atas jadah dan menaiki tangga mengajarkan anak untuk mandiri dan berani menghadapi tantangan.
- Ketekunan - Simbol tangga tebu mengingatkan pentingnya ketekunan dalam menggapai cita-cita.
- Kebijaksanaan - Memilih benda dalam kurungan melatih anak untuk bijak dalam mengambil keputusan.
- Kedermawanan - Prosesi menebar beras kuning mengajarkan nilai berbagi dengan sesama.
- Kesucian - Ritual membasuh kaki dan mandi kembang menanamkan pentingnya menjaga kesucian diri.
- Rasa syukur - Selamatan dan doa bersama mengajarkan untuk selalu bersyukur atas nikmat Tuhan.
- Menghargai budaya - Pelestarian tradisi ini menumbuhkan rasa cinta pada budaya sendiri.
Nilai-nilai tersebut tentu perlu terus ditanamkan dan dicontohkan oleh orang tua dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya berhenti pada prosesi upacara semata. Dengan demikian, makna filosofis tedak siten bisa benar-benar tertanam dalam diri anak.
Perbedaan Tedak Siten di Berbagai Daerah
Meski secara umum memiliki tujuan dan makna yang sama, pelaksanaan upacara tedak siten bisa sedikit berbeda antara satu daerah dengan daerah lain di Jawa. Beberapa perbedaan yang mungkin ditemui antara lain:
- Penyebutan - Ada yang menyebut tedhak siten, turun tanah, atau mudun lemah.
- Waktu pelaksanaan - Beberapa daerah melaksanakan di usia 7 bulan, ada pula yang 8 atau 9 bulan.
- Jenis perlengkapan - Variasi dalam jenis makanan, benda-benda dalam kurungan, dll.
- Urutan prosesi - Mungkin ada perbedaan dalam urutan tahapan upacara.
- Doa dan mantra - Penggunaan doa/mantra khas daerah setempat.
- Pakaian adat - Penggunaan busana adat khas daerah masing-masing.
Meski ada perbedaan, esensi dan tujuan utama dari upacara tedak siten tetap sama yaitu sebagai ungkapan syukur dan doa bagi masa depan si kecil. Perbedaan-perbedaan tersebut justru menunjukkan kekayaan budaya Nusantara yang patut dilestarikan.
Advertisement
Manfaat Tedak Siten bagi Tumbuh Kembang Anak
Selain memiliki makna filosofis dan kultural, pelaksanaan upacara tedak siten juga memberikan beberapa manfaat bagi tumbuh kembang anak, di antaranya:
- Stimulasi motorik - Prosesi berjalan di atas jadah dan menaiki tangga merangsang perkembangan motorik kasar anak.
- Pengenalan lingkungan - Memperkenalkan anak pada berbagai tekstur (tanah, air, dll) dan benda-benda di sekitarnya.
- Interaksi sosial - Kehadiran banyak orang dalam upacara melatih kemampuan sosialisasi anak.
- Stimulasi sensorik - Berbagai warna, suara, dan tekstur dalam upacara merangsang panca indera anak.
- Pengenalan budaya - Mengenalkan anak pada tradisi dan budaya leluhur sejak dini.
- Bonding keluarga - Prosesi yang melibatkan seluruh keluarga mempererat ikatan emosional.
Tentu saja, manfaat-manfaat tersebut perlu didukung dengan pola asuh yang tepat dalam keseharian. Upacara tedak siten bisa menjadi momen istimewa yang menandai fase penting dalam tumbuh kembang anak.
Melestarikan Tradisi Tedak Siten di Era Modern
Di tengah arus modernisasi, tradisi seperti tedak siten mungkin dianggap kuno oleh sebagian orang. Namun sebenarnya, nilai-nilai luhur dalam tradisi ini tetap relevan untuk diterapkan di era modern. Beberapa cara untuk melestarikan tradisi tedak siten antara lain:
- Mengedukasi generasi muda tentang makna filosofis di balik setiap prosesi
- Mengadakan festival atau lomba tedak siten untuk menarik minat masyarakat
- Mendokumentasikan prosesi tedak siten dalam bentuk foto atau video
- Menyederhanakan prosesi tanpa menghilangkan esensi utamanya
- Mengkombinasikan unsur tradisional dengan sentuhan modern yang relevan
- Mempromosikan tedak siten sebagai wisata budaya yang menarik
Yang terpenting adalah menjaga nilai-nilai luhur dan tujuan utama dari tradisi ini, yaitu sebagai ungkapan syukur dan doa bagi masa depan anak. Dengan begitu, tedak siten bisa tetap lestari dan bermakna di tengah perkembangan zaman.
Advertisement
Kesimpulan
Tedak siten merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat Jawa yang sarat makna dan nilai-nilai luhur. Upacara ini tidak hanya sebagai ritual semata, tapi juga mengandung filosofi mendalam tentang perjalanan hidup manusia. Melalui berbagai prosesi dan perlengkapan yang digunakan, orang tua menyampaikan harapan dan doa agar anaknya kelak menjadi pribadi yang tangguh, mandiri, dan bermanfaat bagi sesama.
Di era modern ini, pelestarian tradisi seperti tedak siten menjadi penting sebagai bentuk penghargaan terhadap warisan budaya leluhur. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya pun tetap relevan untuk ditanamkan pada generasi muda. Dengan memahami makna di balik setiap prosesi, kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran berharga untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga artikel ini bisa memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang tradisi tedak siten. Mari bersama-sama melestarikan kearifan lokal ini sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang patut dibanggakan.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence