Liputan6.com, Jakarta - Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan yang melekat erat dengan identitas bangsa Indonesia. Frasa ini tertulis pada pita yang dicengkeram oleh Garuda Pancasila, lambang negara Indonesia. Namun, apa sebenarnya arti dan makna di balik semboyan yang sering kita dengar ini?
Mari kita telusuri lebih dalam tentang Bhinneka Tunggal Ika dan relevansinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
Asal-usul Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa Kuno yang secara harfiah berarti "berbeda-beda tetapi tetap satu". Frasa ini diambil dari kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular, seorang pujangga terkenal pada masa Kerajaan Majapahit di abad ke-14. Dalam konteks aslinya, ungkapan ini merujuk pada kerukunan antara pemeluk agama Buddha dan Hindu.
Secara etimologi, kata "bhinneka" berarti beraneka ragam atau berbeda-beda. "Tunggal" berarti satu, dan "ika" berarti itu. Jadi, Bhinneka Tunggal Ika dapat diartikan sebagai keberagaman yang tetap bersatu padu. Konsep ini mencerminkan realitas bangsa Indonesia yang terdiri dari beragam suku, agama, ras, dan golongan, namun tetap bersatu sebagai satu bangsa Indonesia.
Penggunaan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara Indonesia pertama kali diusulkan oleh para pendiri bangsa menjelang kemerdekaan. Mereka menyadari bahwa keberagaman Indonesia bisa menjadi kekuatan sekaligus tantangan, sehingga diperlukan suatu prinsip pemersatu. Semboyan ini kemudian diresmikan penggunaannya bersamaan dengan penetapan lambang negara Garuda Pancasila pada tahun 1951.
Advertisement
Makna Mendalam Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika mengandung makna yang jauh lebih dalam dari sekadar slogan. Semboyan ini merangkum filosofi dan cita-cita bangsa Indonesia untuk hidup berdampingan dalam keberagaman. Beberapa aspek makna penting dari Bhinneka Tunggal Ika antara lain:
- Pengakuan atas keberagaman: Semboyan ini mengakui dan menghargai kenyataan bahwa Indonesia terdiri dari berbagai suku, agama, ras, dan budaya yang berbeda-beda. Keberagaman dipandang sebagai kekayaan, bukan ancaman.
- Persatuan dalam perbedaan: Meskipun beragam, semua elemen bangsa Indonesia tetap dipersatukan sebagai satu kesatuan negara. Perbedaan tidak menghalangi untuk bersatu dan bekerja sama membangun bangsa.
- Toleransi dan saling menghormati: Bhinneka Tunggal Ika mengajarkan sikap toleran dan saling menghargai di antara kelompok-kelompok yang berbeda. Tidak ada yang merasa lebih superior atau mendominasi yang lain.
- Kesetaraan dan keadilan: Semua warga negara, terlepas dari latar belakangnya, memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Tidak boleh ada diskriminasi atas dasar SARA.
- Nasionalisme inklusif: Semboyan ini mempromosikan rasa kebangsaan yang inklusif, di mana identitas kesukuan atau kedaerahan tidak menghilangkan identitas nasional sebagai bangsa Indonesia.
Â
Sejarah dan Perkembangan Bhinneka Tunggal Ika
Untuk memahami arti penting Bhinneka Tunggal Ika, kita perlu menelusuri sejarah dan perkembangannya sebagai semboyan nasional Indonesia. Berikut adalah beberapa tonggak penting dalam perjalanan Bhinneka Tunggal Ika:
- Abad ke-14: Frasa "Bhinneka Tunggal Ika" pertama kali muncul dalam kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular pada masa Kerajaan Majapahit. Konteksnya saat itu adalah kerukunan antara pemeluk agama Buddha dan Hindu.
- 1928: Semangat persatuan dalam keberagaman tercermin dalam Sumpah Pemuda yang menyatakan "satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa".
- 1945: Menjelang kemerdekaan, para pendiri bangsa mulai mempertimbangkan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara untuk mempersatukan keberagaman Indonesia.
- 1951: Bhinneka Tunggal Ika diresmikan penggunaannya sebagai semboyan negara bersamaan dengan penetapan lambang negara Garuda Pancasila melalui PP No. 66 Tahun 1951.
- 2009: Kedudukan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan resmi negara diperkuat melalui UU No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.
- Era Reformasi hingga kini: Makna Bhinneka Tunggal Ika terus digali dan diaktualisasikan untuk menjawab tantangan keberagaman di era modern, termasuk isu-isu seperti radikalisme dan intoleransi.
Perjalanan sejarah ini menunjukkan bahwa Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar warisan masa lalu, melainkan prinsip hidup yang terus relevan dan perlu dihayati oleh setiap generasi bangsa Indonesia.
Advertisement
Implementasi Bhinneka Tunggal Ika dalam Kehidupan Sehari-hari
Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya semboyan yang tertulis di lambang negara, tetapi harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut beberapa cara menerapkan semangat Bhinneka Tunggal Ika:
- Menghargai perbedaan: Bersikap toleran dan menghormati perbedaan SARA di lingkungan sekitar, baik di sekolah, tempat kerja, maupun masyarakat.
- Tidak diskriminatif: Memperlakukan semua orang secara adil dan setara tanpa memandang latar belakang suku, agama, atau status sosialnya.
- Gotong royong: Bekerja sama dengan semua pihak tanpa memandang perbedaan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
- Mempelajari budaya lain: Aktif mempelajari dan mengapresiasi kebudayaan daerah lain di Indonesia untuk memperluas wawasan kebangsaan.
- Menggunakan bahasa persatuan: Menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu dalam komunikasi antar-suku dan daerah.
- Mengedepankan dialog: Menyelesaikan perbedaan pendapat atau konflik melalui dialog dan musyawarah, bukan kekerasan.
- Berpartisipasi dalam kegiatan nasional: Ikut serta dalam perayaan hari besar nasional untuk memupuk rasa kebangsaan bersama.
- Menjaga kerukunan: Aktif membangun dan menjaga kerukunan antar umat beragama di lingkungan masing-masing.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip Bhinneka Tunggal Ika dalam keseharian, kita turut berkontribusi mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang harmonis dalam keberagamannya.
Tantangan Penerapan Bhinneka Tunggal Ika di Era Modern
Meskipun Bhinneka Tunggal Ika telah menjadi semboyan nasional selama puluhan tahun, penerapannya di era modern menghadapi berbagai tantangan. Beberapa tantangan utama antara lain:
- Radikalisme dan intoleransi: Merebaknya paham radikal dan sikap intoleran yang mengancam kerukunan antar kelompok masyarakat.
- Politisasi SARA: Penggunaan isu SARA untuk kepentingan politik praktis yang dapat memecah belah persatuan.
- Kesenjangan ekonomi: Ketimpangan pembangunan antar daerah yang dapat memicu kecemburuan sosial dan sentimen kedaerahan.
- Globalisasi: Masuknya nilai-nilai global yang dapat mengikis identitas dan nilai-nilai lokal.
- Media sosial: Penyebaran hoaks dan ujaran kebencian di media sosial yang memicu konflik horizontal.
- Kurangnya pendidikan multikultural: Minimnya pemahaman tentang keberagaman Indonesia di kalangan generasi muda.
- Ego kedaerahan: Menguatnya sentimen kedaerahan yang berlebihan hingga mengancam persatuan nasional.
- Diskriminasi: Masih adanya praktik diskriminasi terhadap kelompok minoritas di berbagai bidang kehidupan.
Menghadapi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan upaya bersama dari pemerintah dan seluruh elemen masyarakat untuk terus menghidupkan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
- Penguatan pendidikan karakter dan wawasan kebangsaan di sekolah-sekolah.
- Kampanye toleransi dan moderasi beragama yang masif di berbagai platform.
- Penegakan hukum yang tegas terhadap tindakan intoleransi dan diskriminasi.
- Pembangunan yang berkeadilan untuk mengurangi kesenjangan antar daerah.
- Pelestarian dan promosi kearifan lokal sebagai benteng identitas nasional.
- Peningkatan literasi digital untuk mencegah penyebaran hoaks dan ujaran kebencian.
- Dialog lintas agama dan budaya untuk membangun saling pengertian.
Â
Advertisement
Peran Pemerintah dalam Menjaga Semangat Bhinneka Tunggal Ika
Pemerintah memiliki peran krusial dalam menjaga dan mengimplementasikan semangat Bhinneka Tunggal Ika di seluruh aspek kehidupan berbangsa. Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah antara lain:
- Kebijakan dan regulasi: Membuat kebijakan dan peraturan yang menjamin kesetaraan dan non-diskriminasi bagi seluruh warga negara.
- Pendidikan nasional: Memasukkan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika dalam kurikulum pendidikan nasional dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
- Program kerukunan: Menyelenggarakan program-program yang mendorong kerukunan antar umat beragama dan antar suku.
- Pembangunan inklusif: Melaksanakan pembangunan yang merata dan inklusif untuk mengurangi kesenjangan antar daerah.
- Pelestarian budaya: Mendukung pelestarian dan pengembangan kebudayaan daerah sebagai kekayaan nasional.
- Diplomasi budaya: Mempromosikan keberagaman Indonesia di kancah internasional melalui diplomasi budaya.
- Penanganan konflik: Menangani konflik SARA secara adil dan bijaksana dengan mengedepankan dialog dan rekonsiliasi.
- Penegakan hukum: Menegakkan hukum secara tegas terhadap tindakan intoleransi, diskriminasi, dan ujaran kebencian.
Selain itu, pemerintah juga perlu melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti tokoh agama, tokoh adat, akademisi, dan masyarakat sipil dalam upaya menjaga semangat Bhinneka Tunggal Ika. Kolaborasi lintas sektor ini penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai keberagaman dan persatuan terinternalisasi di seluruh lapisan masyarakat.
Kesimpulan
Bhinneka Tunggal Ika bukan sekadar semboyan, melainkan filosofi hidup yang melandasi eksistensi bangsa Indonesia. Semboyan ini mengandung makna mendalam tentang persatuan dalam keberagaman yang menjadi kekuatan sekaligus tantangan bagi Indonesia.
Implementasi Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari merupakan tanggung jawab seluruh elemen bangsa, dari pemerintah hingga masyarakat.
Di tengah berbagai tantangan modern seperti radikalisme, intoleransi, dan kesenjangan, semangat Bhinneka Tunggal Ika harus terus dipupuk dan diaktualisasikan. Diperlukan upaya bersama dan berkesinambungan untuk menjaga kerukunan, toleransi, dan persatuan bangsa. Dengan demikian, Indonesia bisa terus maju sebagai negara yang bersatu dalam keberagamannya, sekaligus memberikan kontribusi positif bagi perdamaian dunia.
Memahami dan menghayati arti semboyan Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya penting bagi identitas nasional, tetapi juga kunci bagi masa depan Indonesia yang harmonis dan sejahtera. Mari bersama-sama menjaga dan mengamalkan semangat Bhinneka Tunggal Ika dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Advertisement