Liputan6.com, Jakarta - Keputihan atau dalam istilah medis disebut leukorrhea adalah keluarnya cairan atau lendir dari vagina selain darah menstruasi. Keputihan merupakan kondisi yang umum dialami oleh wanita dan seringkali dianggap normal. Namun, ada kalanya keputihan bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang perlu diwaspadai.
Secara alami, vagina memproduksi cairan untuk menjaga kelembabannya dan melindungi dari infeksi. Cairan ini biasanya berwarna bening atau putih susu, tidak berbau, dan jumlahnya sedikit. Namun ketika terjadi perubahan warna, bau, jumlah atau konsistensi yang tidak biasa, hal ini bisa mengindikasikan adanya masalah.
Keputihan normal biasanya terjadi secara siklik sesuai siklus menstruasi. Jumlahnya akan meningkat saat masa subur atau ovulasi. Keputihan juga bisa meningkat saat hamil, terangsang secara seksual, atau menggunakan kontrasepsi hormonal. Sementara keputihan abnormal biasanya disertai gejala lain seperti gatal, nyeri, atau bau tidak sedap.
Advertisement
Penyebab Keputihan Normal
Keputihan yang normal terjadi karena beberapa faktor fisiologis, antara lain:
- Perubahan hormon selama siklus menstruasi. Saat mendekati ovulasi, kadar estrogen meningkat sehingga produksi cairan vagina juga meningkat.
- Kehamilan. Peningkatan hormon estrogen dan progesteron selama hamil menyebabkan produksi cairan vagina meningkat.
- Rangsangan seksual. Saat terangsang, kelenjar Bartholin di vagina memproduksi lebih banyak cairan sebagai pelumas alami.
- Penggunaan kontrasepsi hormonal seperti pil KB. Hormon dalam kontrasepsi dapat mempengaruhi produksi cairan vagina.
- Stress dan kelelahan. Kondisi ini dapat mempengaruhi keseimbangan hormon yang berdampak pada produksi cairan vagina.
Keputihan normal biasanya tidak disertai gejala lain seperti gatal, nyeri, atau bau tidak sedap. Warnanya bening atau putih susu dan jumlahnya tidak berlebihan. Keputihan normal tidak memerlukan pengobatan khusus selama tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Advertisement
Penyebab Keputihan Abnormal
Keputihan abnormal biasanya disebabkan oleh infeksi atau gangguan pada organ reproduksi wanita. Beberapa penyebab keputihan abnormal antara lain:
1. Infeksi Bakteri (Vaginosis Bakterial)
Vaginosis bakterial terjadi akibat ketidakseimbangan bakteri baik dan jahat di vagina. Gejala yang muncul antara lain:
- Keputihan berwarna abu-abu atau putih
- Berbau amis seperti ikan
- Gatal dan iritasi di sekitar vagina
- Rasa terbakar saat buang air kecil
Vaginosis bakterial dapat meningkatkan risiko terkena infeksi menular seksual. Pada ibu hamil, kondisi ini juga berisiko menyebabkan kelahiran prematur.
2. Infeksi Jamur (Kandidiasis)
Infeksi jamur Candida albicans di vagina menyebabkan gejala:
- Keputihan berwarna putih seperti susu atau keju cottage
- Gatal dan iritasi hebat di vagina dan vulva
- Kemerahan dan pembengkakan di area vagina
- Nyeri saat berhubungan seksual
Infeksi jamur lebih sering terjadi pada wanita hamil, pengguna kontrasepsi hormonal, atau penderita diabetes. Penggunaan antibiotik juga dapat meningkatkan risiko infeksi jamur.
3. Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan parasit Trichomonas vaginalis. Gejalanya antara lain:
- Keputihan berwarna kuning kehijauan
- Berbau tidak sedap
- Gatal dan iritasi di vagina
- Nyeri saat buang air kecil
- Nyeri saat berhubungan seksual
Trikomoniasis dapat meningkatkan risiko terkena HIV dan menyebabkan kelahiran prematur pada ibu hamil. Pengobatan dengan antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi ini.
4. Klamidia dan Gonore
Klamidia dan gonore adalah infeksi menular seksual yang dapat menyebabkan keputihan abnormal. Gejalanya antara lain:
- Keputihan berwarna kuning atau hijau
- Nyeri perut bagian bawah
- Nyeri saat buang air kecil
- Perdarahan di luar siklus menstruasi
Jika tidak diobati, klamidia dan gonore dapat menyebabkan penyakit radang panggul dan infertilitas. Pengobatan dengan antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi ini.
5. Kanker Serviks
Pada tahap lanjut, kanker serviks dapat menyebabkan keputihan abnormal dengan ciri:
- Berwarna kecoklatan
- Berbau busuk
- Disertai perdarahan di luar siklus menstruasi
Deteksi dini melalui pap smear rutin sangat penting untuk mencegah kanker serviks berkembang ke tahap lanjut.
Gejala Keputihan Abnormal
Beberapa gejala yang menandakan keputihan abnormal antara lain:
- Perubahan warna menjadi kuning, hijau, abu-abu, atau kecoklatan
- Bau tidak sedap atau amis yang menyengat
- Jumlah cairan yang berlebihan
- Gatal, nyeri, atau rasa terbakar di area vagina
- Kemerahan, bengkak, atau lecet di sekitar vagina
- Nyeri saat buang air kecil atau berhubungan seksual
- Demam dan nyeri perut bagian bawah
Jika mengalami gejala-gejala tersebut, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Advertisement
Diagnosis Keputihan
Untuk mendiagnosis penyebab keputihan, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan antara lain:
1. Anamnesis
Dokter akan menanyakan gejala yang dialami, riwayat kesehatan, aktivitas seksual, dan penggunaan obat-obatan. Informasi ini penting untuk mengarahkan diagnosis.
2. Pemeriksaan Fisik
Dokter akan memeriksa area genital eksternal untuk melihat adanya tanda-tanda infeksi atau iritasi. Pemeriksaan dalam (pelvic exam) juga dilakukan untuk memeriksa kondisi vagina dan serviks.
3. Pemeriksaan pH Vagina
Pengukuran pH vagina dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi. pH vagina normal berkisar 3.8-4.5. pH di atas 4.5 dapat mengindikasikan adanya infeksi bakteri atau trikomoniasis.
4. Pemeriksaan Mikroskopis
Sampel cairan vagina diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat adanya bakteri, jamur, atau parasit penyebab infeksi.
5. Kultur Vagina
Sampel cairan vagina dibiakkan di laboratorium untuk mengidentifikasi jenis mikroorganisme penyebab infeksi. Hasil kultur juga dapat menentukan antibiotik yang tepat untuk pengobatan.
6. Tes Infeksi Menular Seksual
Tes khusus dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi menular seksual seperti klamidia, gonore, atau trikomoniasis.
7. Pap Smear
Pemeriksaan pap smear dilakukan untuk mendeteksi adanya sel-sel abnormal di serviks yang dapat menjadi tanda kanker serviks.
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, dokter dapat menentukan penyebab keputihan dan memberikan pengobatan yang sesuai.
Pengobatan Keputihan
Pengobatan keputihan tergantung pada penyebabnya. Beberapa pilihan pengobatan antara lain:
1. Antibiotik
Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi bakteri seperti vaginosis bakterial, klamidia, dan gonore. Jenis antibiotik yang umum digunakan antara lain:
- Metronidazole untuk vaginosis bakterial dan trikomoniasis
- Clindamycin untuk vaginosis bakterial
- Azithromycin atau doxycycline untuk klamidia
- Ceftriaxone untuk gonore
Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk oral (tablet/kapsul) atau topikal (krim/gel vagina). Penting untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik sesuai anjuran dokter meski gejala sudah membaik.
2. Antijamur
Obat antijamur digunakan untuk mengatasi infeksi jamur Candida. Beberapa pilihan obat antijamur antara lain:
- Fluconazole tablet dosis tunggal
- Miconazole krim atau supositoria vagina
- Clotrimazole krim atau tablet vagina
Pengobatan biasanya berlangsung 1-7 hari tergantung jenis obat yang digunakan. Untuk infeksi berulang, pengobatan jangka panjang mungkin diperlukan.
3. Antiparasit
Obat antiparasit seperti metronidazole atau tinidazole digunakan untuk mengobati trikomoniasis. Obat ini diberikan dalam bentuk tablet oral dosis tunggal.
4. Terapi Hormonal
Pada wanita menopause, terapi penggantian hormon estrogen dapat membantu mengatasi keputihan akibat atrofi vagina.
5. Imunoterapi
Untuk infeksi jamur berulang, imunoterapi dapat diberikan untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap infeksi jamur.
6. Pengobatan Kanker
Jika keputihan disebabkan kanker serviks, pengobatan dapat berupa operasi, kemoterapi, atau radioterapi tergantung stadium kanker.
Selain pengobatan medis, beberapa langkah perawatan mandiri juga dapat membantu mengatasi keputihan, antara lain:
- Menjaga kebersihan area genital
- Menghindari douching atau pembilasan vagina
- Menggunakan pakaian dalam berbahan katun
- Menghindari penggunaan produk feminine hygiene beraroma
- Mengonsumsi yogurt probiotik untuk menjaga keseimbangan bakteri vagina
Penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan pengobatan mandiri, terutama jika gejala tidak membaik setelah beberapa hari.
Advertisement
Pencegahan Keputihan
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah keputihan abnormal antara lain:
- Menjaga kebersihan area genital dengan membersihkan dari depan ke belakang setelah buang air
- Menghindari douching atau pembilasan vagina yang dapat mengganggu keseimbangan bakteri normal
- Menggunakan pakaian dalam berbahan katun dan menghindari pakaian ketat
- Menghindari penggunaan produk feminine hygiene beraroma atau sabun dengan bahan kimia keras
- Mengganti pembalut atau tampon secara teratur saat menstruasi
- Membersihkan area genital sebelum dan sesudah berhubungan seksual
- Menggunakan kondom saat berhubungan seksual untuk mencegah infeksi menular seksual
- Membatasi jumlah pasangan seksual
- Menghindari mandi air panas terlalu lama
- Mengelola stress dengan baik
- Mengonsumsi makanan bergizi seimbang untuk menjaga sistem kekebalan tubuh
- Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin termasuk pap smear
Dengan menerapkan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan area genital, risiko terjadinya keputihan abnormal dapat diminimalkan.
Kapan Harus ke Dokter?
Meski keputihan seringkali normal, ada kalanya kondisi ini memerlukan pemeriksaan medis. Segera konsultasikan ke dokter jika mengalami gejala berikut:
- Perubahan warna, bau, atau konsistensi keputihan yang tidak biasa
- Gatal, nyeri, atau rasa terbakar di area vagina
- Kemerahan, bengkak, atau lecet di sekitar vagina
- Nyeri saat buang air kecil atau berhubungan seksual
- Demam dan nyeri perut bagian bawah
- Keputihan disertai perdarahan di luar siklus menstruasi
- Keputihan yang tidak membaik setelah pengobatan mandiri
Pemeriksaan dini penting dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi atau masalah kesehatan lain yang memerlukan penanganan medis. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala yang mengganggu atau mencurigakan.
Advertisement
Mitos dan Fakta Seputar Keputihan
Beberapa mitos dan fakta seputar keputihan yang perlu diketahui:
Mitos: Keputihan selalu menandakan adanya infeksi
Fakta: Keputihan dalam jumlah dan warna tertentu adalah normal dan merupakan cara alami vagina membersihkan diri.
Mitos: Douching (pembilasan vagina) dapat mencegah keputihan
Fakta: Douching justru dapat mengganggu keseimbangan bakteri normal vagina dan meningkatkan risiko infeksi.
Mitos: Keputihan hanya dialami wanita dewasa
Fakta: Keputihan dapat terjadi pada wanita segala usia, termasuk bayi dan anak-anak.
Mitos: Keputihan selalu disebabkan oleh hubungan seksual
Fakta: Keputihan dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk perubahan hormon, kehamilan, atau penggunaan kontrasepsi.
Mitos: Menggunakan pantyliner setiap hari dapat mencegah keputihan
Fakta: Penggunaan pantyliner terus-menerus justru dapat meningkatkan kelembaban dan risiko infeksi jamur.
Pemahaman yang benar tentang keputihan penting untuk mengenali kondisi normal dan abnormal serta mendapatkan penanganan yang tepat jika diperlukan.
Kesimpulan
Keputihan merupakan kondisi yang umum dialami wanita dan seringkali normal. Namun, perubahan pada warna, bau, atau konsistensi keputihan dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan yang memerlukan penanganan medis. Penting untuk mengenali gejala keputihan abnormal dan segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala yang mencurigakan.
Pencegahan keputihan abnormal dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan area genital, menerapkan pola hidup sehat, dan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Dengan pemahaman yang baik tentang keputihan, wanita dapat lebih waspada terhadap kesehatan organ reproduksinya dan mendapatkan penanganan yang tepat jika diperlukan.
Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala keputihan yang mengganggu atau mencurigakan. Deteksi dan penanganan dini sangat penting untuk mencegah komplikasi dan menjaga kesehatan organ reproduksi wanita secara optimal.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Advertisement