Liputan6.com, Jakarta Tari serimpi merupakan salah satu warisan budaya adiluhung yang berasal dari keraton-keraton di Jawa, khususnya Yogyakarta dan Surakarta. Tarian klasik ini memiliki nilai filosofis dan estetika tinggi yang mencerminkan kehalusan budi dan keanggunan wanita Jawa. Meski kini telah berkembang di luar tembok istana, tari serimpi tetap menjadi pusaka budaya yang dijunjung tinggi dan dilestarikan.
Sejarah dan Asal-usul Tari Serimpi
Kemunculan tari serimpi tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kerajaan Mataram Islam. Tarian ini mulai berkembang pada masa pemerintahan Sultan Agung yang memerintah Mataram pada tahun 1613-1646. Pada masa kejayaan Sultan Agung inilah, kesenian tradisional termasuk tari serimpi mulai tumbuh subur di lingkungan keraton.
Awalnya, tari serimpi hanya dipertunjukkan dalam acara-acara sakral keraton seperti upacara penobatan raja atau penyambutan tamu agung. Tarian ini dianggap memiliki nilai spiritual dan hanya boleh ditarikan oleh putri-putri pilihan keraton. Seiring waktu, tari serimpi mulai dikenal masyarakat luas terutama sejak tahun 1970-an.
Setelah Kerajaan Mataram terpecah menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta pada tahun 1755, tari serimpi pun berkembang dengan gaya yang sedikit berbeda di kedua keraton tersebut. Meski demikian, esensi dan filosofi dasarnya tetap sama.
Advertisement
Makna dan Filosofi Tari Serimpi
Nama "serimpi" sendiri memiliki beberapa penafsiran. Sebagian meyakini berasal dari kata "impi" yang berarti mimpi, menggambarkan keindahan gerakan tari yang seolah membawa penonton ke alam mimpi. Ada pula yang mengaitkannya dengan angka empat, merujuk pada jumlah penari serimpi yang umumnya empat orang.
Secara filosofis, empat penari serimpi melambangkan empat unsur alam yaitu:
- Grama (api)
- Angin (udara)
- Toya (air)
- Bumi (tanah)
Selain itu, empat penari juga dapat dimaknai sebagai simbol empat arah mata angin atau empat nafsu manusia yaitu mutmainah, aluamah, amarah, dan supiah. Komposisi empat penari membentuk formasi segi empat yang melambangkan tiang pendopo.
Tema yang ditampilkan dalam tari serimpi umumnya menggambarkan pertentangan antara dua hal yang berlawanan, seperti baik dan buruk atau benar dan salah. Hal ini merepresentasikan falsafah hidup ketimuran tentang keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan.
Fungsi dan Peranan Tari Serimpi
Sebagai warisan budaya adiluhung, tari serimpi memiliki beragam fungsi dan peranan penting, di antaranya:
1. Fungsi Ritual dan Sakral
Pada masa awal kemunculannya, tari serimpi memiliki fungsi ritual yang sangat sakral. Tarian ini hanya dipertunjukkan dalam upacara-upacara penting keraton seperti penobatan raja, peringatan hari besar kerajaan, atau penyambutan tamu kehormatan. Tari serimpi dianggap memiliki kekuatan spiritual dan hanya boleh ditarikan oleh putri-putri pilihan keraton.
2. Fungsi Edukatif
Tari serimpi sarat akan nilai-nilai luhur dan ajaran moral yang dapat menjadi tuntunan hidup. Gerakan yang lemah gemulai namun penuh makna mengajarkan tentang kesabaran, kehalusan budi, dan pengendalian diri. Filosofi yang terkandung di dalamnya juga mengandung pesan-pesan kebijaksanaan.
3. Fungsi Estetis
Sebagai karya seni, tari serimpi memiliki nilai estetika yang sangat tinggi. Keindahan gerak, kostum, dan iringan musik gamelan menciptakan harmoni yang memukau. Tarian ini menjadi salah satu mahakarya seni tari klasik Jawa yang dikagumi hingga mancanegara.
4. Fungsi Hiburan
Seiring perkembangannya, tari serimpi kini juga berfungsi sebagai hiburan dalam berbagai acara. Meski tetap menjaga nilai sakralnya, tarian ini dapat dinikmati masyarakat luas sebagai tontonan yang menghibur sekaligus mendidik.
5. Fungsi Diplomasi Budaya
Tari serimpi sering ditampilkan dalam acara-acara kenegaraan atau misi kebudayaan ke luar negeri. Tarian ini menjadi duta budaya yang memperkenalkan keluhuran seni dan budaya Indonesia ke mata dunia.
Advertisement
Karakteristik dan Ciri Khas Tari Serimpi
Tari serimpi memiliki beberapa karakteristik dan ciri khas yang membedakannya dari tarian lain, antara lain:
1. Jumlah Penari
Umumnya ditarikan oleh empat orang penari putri, meski ada beberapa variasi yang menggunakan lima penari. Keempat penari melambangkan empat unsur alam atau empat arah mata angin.
2. Gerakan Lemah Gemulai
Gerakan tari serimpi sangat halus, lembut, dan gemulai. Tempo gerak yang lambat dan mengalir menciptakan kesan anggun dan tenang.
3. Kostum dan Aksesoris
Penari mengenakan busana khas keraton seperti kain batik, kebaya, dan selendang. Hiasan kepala berupa jamang dan bulu burung kasuari menambah keanggunan penampilan.
4. Iringan Musik Gamelan
Tari serimpi diiringi alunan musik gamelan dengan gending-gending khusus. Irama musik yang lembut memperkuat suasana magis tarian.
5. Durasi Panjang
Pada masa lalu, pertunjukan tari serimpi bisa berlangsung hingga satu jam lebih. Namun kini telah dipersingkat menjadi 15-20 menit untuk keperluan pementasan.
Jenis-jenis Tari Serimpi
Terdapat beragam jenis tari serimpi yang berkembang di keraton Yogyakarta dan Surakarta. Beberapa di antaranya adalah:
Tari Serimpi Yogyakarta:
- Serimpi Renggawati
- Serimpi Pandelori
- Serimpi Anglirmendhung
- Serimpi Sangupati
- Serimpi Pramugari
- Serimpi Muncar
Tari Serimpi Surakarta:
- Serimpi Anglirmendhung
- Serimpi Sangupati
- Serimpi Ludira Madu
- Serimpi Gandakusuma
- Serimpi Dhempel
Masing-masing jenis tari serimpi memiliki ciri khas dan cerita yang berbeda-beda. Namun secara umum, struktur dan filosofi dasarnya tetap sama.
Advertisement
Perkembangan Tari Serimpi dari Masa ke Masa
Sebagai warisan budaya yang hidup, tari serimpi terus mengalami perkembangan dari masa ke masa:
1. Masa Kerajaan Mataram
Tari serimpi muncul dan berkembang di lingkungan keraton sebagai tarian sakral. Hanya ditarikan dalam upacara-upacara penting kerajaan oleh putri-putri pilihan.
2. Masa Kolonial
Tari serimpi mulai dikenal di luar tembok keraton. Beberapa pementasan digelar untuk menyambut tamu-tamu penting Belanda.
3. Masa Kemerdekaan
Tari serimpi mulai diajarkan di sekolah-sekolah tari dan akademi seni. Pementasan untuk umum semakin sering digelar.
4. Era Modern
Tari serimpi mengalami penyesuaian seperti penyingkatan durasi dan penyederhanaan gerak untuk keperluan pementasan. Namun esensi dan nilai filosofisnya tetap dipertahankan.
Upaya Pelestarian Tari Serimpi
Sebagai warisan budaya yang adiluhung, berbagai upaya dilakukan untuk melestarikan tari serimpi, antara lain:
- Pengajaran tari serimpi di sanggar-sanggar tari dan sekolah seni
- Penyelenggaraan festival dan lomba tari serimpi
- Pementasan rutin di keraton dan tempat-tempat wisata budaya
- Pendokumentasian dalam bentuk video dan buku
- Penelitian dan pengkajian akademis tentang tari serimpi
- Promosi tari serimpi dalam event-event budaya nasional dan internasional
Advertisement
Tantangan dalam Pelestarian Tari Serimpi
Meski upaya pelestarian terus dilakukan, tari serimpi menghadapi beberapa tantangan di era modern ini:
- Kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari tarian klasik
- Terbatasnya jumlah penari dan pelatih yang menguasai tari serimpi secara mendalam
- Biaya produksi yang tinggi untuk pementasan lengkap
- Penyesuaian dengan selera penonton modern tanpa menghilangkan esensi
- Persaingan dengan hiburan modern yang lebih populer
Peran Tari Serimpi dalam Pariwisata Budaya
Tari serimpi memiliki potensi besar dalam mendukung pariwisata budaya Indonesia:
- Menjadi daya tarik wisata budaya di keraton-keraton Jawa
- Ditampilkan dalam paket wisata budaya dan tur sejarah
- Memperkaya pertunjukan seni di hotel dan restoran
- Menjadi bagian dari festival budaya nasional dan internasional
- Mendukung diplomasi budaya Indonesia di kancah global
Advertisement
Nilai-nilai Luhur dalam Tari Serimpi
Tari serimpi sarat akan nilai-nilai luhur yang dapat menjadi tuntunan hidup, di antaranya:
- Kehalusan budi dan tutur kata
- Pengendalian diri dan emosi
- Keseimbangan dan harmoni dalam hidup
- Kesabaran dan ketekunan
- Keanggunan dan martabat diri
- Penghormatan pada tradisi dan leluhur
- Keindahan dan estetika dalam berkesenian
Perbandingan Tari Serimpi dengan Tarian Klasik Lain
Untuk memahami keunikan tari serimpi, berikut perbandingannya dengan beberapa tarian klasik lain:
Tari Serimpi vs Tari Bedhaya
- Jumlah penari: Serimpi 4 orang, Bedhaya 9 orang
- Tingkat kesakralan: Bedhaya lebih sakral
- Tema: Serimpi lebih beragam, Bedhaya lebih terbatas
Tari Serimpi vs Tari Gambyong
- Karakter: Serimpi lebih halus, Gambyong lebih riang
- Asal: Serimpi dari keraton, Gambyong dari rakyat
- Fungsi: Serimpi ritual, Gambyong hiburan
Tari Serimpi vs Tari Topeng
- Penggunaan properti: Serimpi tanpa topeng, Tari Topeng menggunakan topeng
- Ekspresi: Serimpi lebih subtil, Tari Topeng lebih ekspresif
- Cerita: Serimpi lebih abstrak, Tari Topeng lebih naratif
Advertisement
Kesimpulan
Tari serimpi merupakan warisan budaya adiluhung yang mencerminkan kehalusan budi dan keanggunan seni Jawa. Meski telah berusia ratusan tahun, tarian ini tetap relevan sebagai sumber nilai-nilai luhur dan keindahan seni. Upaya pelestarian dan pengembangan tari serimpi perlu terus dilakukan agar warisan budaya ini dapat dinikmati oleh generasi mendatang. Dengan memahami fungsi dan makna tari serimpi, diharapkan masyarakat dapat lebih menghargai dan menjaga kelestarian warisan budaya Indonesia yang tak ternilai ini.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence