Sukses

Fungsi Hadis dan Peran Pentingnya dalam Islam, Umat Muslim Wajib Tahu

Pelajari fungsi hadis sebagai sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur

Pengertian Hadis dalam Islam

Liputan6.com, Jakarta Hadis merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Qur'an. Secara bahasa, hadis berarti perkataan, percakapan, atau berita baru. Sedangkan dalam terminologi Islam, hadis didefinisikan sebagai segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan landasan syariat Islam.

Para ulama memiliki beberapa definisi tentang hadis:

  • Menurut ahli hadis: Hadis adalah segala perkataan, perbuatan, ketetapan dan hal ihwal yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW.
  • Menurut ahli ushul fiqh: Hadis adalah segala perkataan, perbuatan dan ketetapan Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan hukum Islam.
  • Menurut jumhur ulama: Hadis mencakup perkataan, perbuatan dan ketetapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan tabi'in.

Jadi secara umum, hadis merupakan segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad SAW baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan, maupun sifat-sifat beliau, yang dijadikan sebagai sumber hukum dan pedoman bagi umat Islam setelah Al-Qur'an.

2 dari 9 halaman

Kedudukan Hadis dalam Islam

Hadis memiliki kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam, yaitu sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an. Beberapa hal yang menunjukkan kedudukan penting hadis antara lain:

  • Al-Qur'an memerintahkan umat Islam untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Ini menunjukkan bahwa hadis memiliki otoritas untuk ditaati.
  • Banyak ayat Al-Qur'an yang masih bersifat global dan memerlukan penjelasan lebih rinci dari hadis.
  • Hadis berfungsi menjelaskan makna dan maksud ayat-ayat Al-Qur'an.
  • Hadis menetapkan hukum-hukum yang belum dijelaskan secara eksplisit dalam Al-Qur'an.
  • Rasulullah SAW diberikan otoritas untuk menjelaskan Al-Qur'an kepada umatnya.

Dengan demikian, hadis memiliki kedudukan yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari Al-Qur'an dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara komprehensif. Umat Islam diwajibkan untuk berpegang teguh pada Al-Qur'an dan hadis sebagai pedoman hidup.

3 dari 9 halaman

Fungsi Utama Hadis terhadap Al-Qur'an

Hadis memiliki beberapa fungsi utama dalam kaitannya dengan Al-Qur'an, yaitu:

1. Bayan at-Taqrir (Memperkuat dan Menegaskan Hukum dalam Al-Qur'an)

Fungsi hadis sebagai bayan at-taqrir adalah untuk memperkuat dan menegaskan kembali hukum-hukum yang telah ditetapkan dalam Al-Qur'an. Hadis jenis ini selaras dengan kandungan Al-Qur'an dan berfungsi untuk lebih meyakinkan umat Islam akan kebenaran hukum tersebut.

Contoh hadis yang berfungsi sebagai bayan at-taqrir adalah hadis tentang kewajiban shalat lima waktu:

"Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji, dan berpuasa di bulan Ramadhan." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini memperkuat kewajiban shalat lima waktu yang telah ditetapkan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 43:

"Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'."

2. Bayan at-Tafsir (Menjelaskan dan Menafsirkan Al-Qur'an)

Fungsi hadis sebagai bayan at-tafsir adalah untuk menjelaskan, merinci, dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an yang masih bersifat global (mujmal). Hadis jenis ini memberikan penjelasan lebih detail tentang maksud dan penerapan ayat-ayat Al-Qur'an.

Contoh hadis yang berfungsi sebagai bayan at-tafsir adalah hadis tentang tata cara shalat:

"Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat." (HR. Bukhari)

Hadis ini menjelaskan secara rinci tata cara pelaksanaan shalat yang diperintahkan secara global dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 43.

3. Bayan at-Tasyri' (Menetapkan Hukum yang Tidak Ada dalam Al-Qur'an)

Fungsi hadis sebagai bayan at-tasyri' adalah untuk menetapkan hukum-hukum syariat yang tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur'an. Hadis jenis ini melengkapi aturan-aturan yang belum dijelaskan dalam Al-Qur'an.

Contoh hadis yang berfungsi sebagai bayan at-tasyri' adalah hadis tentang keharaman menikahi bibi:

"Janganlah seorang wanita dinikahi (dimadu) bersama bibinya (saudara ayah) dan jangan pula bersama bibinya (saudara ibu)." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menetapkan larangan menikahi bibi yang tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur'an.

4 dari 9 halaman

Fungsi Hadis dalam Menjelaskan Hukum Islam

Selain fungsi utama terhadap Al-Qur'an, hadis juga memiliki beberapa fungsi penting dalam menjelaskan hukum-hukum Islam, antara lain:

1. Merinci Hukum yang Masih Bersifat Umum

Hadis berfungsi untuk memberikan penjelasan lebih rinci terhadap hukum-hukum yang masih bersifat umum dalam Al-Qur'an. Misalnya, Al-Qur'an memerintahkan untuk mendirikan shalat, namun tidak menjelaskan secara detail tata cara pelaksanaannya. Hadis-hadis Nabi kemudian menjelaskan secara rinci tentang waktu shalat, jumlah rakaat, bacaan-bacaan dalam shalat, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pelaksanaan shalat.

2. Membatasi Keumuman Hukum

Hadis juga berfungsi untuk membatasi atau mengkhususkan hukum-hukum yang bersifat umum dalam Al-Qur'an. Contohnya, Al-Qur'an menetapkan hukum waris secara umum, namun hadis membatasi bahwa pembunuh tidak berhak mewarisi harta orang yang dibunuhnya.

3. Menetapkan Hukum Baru

Dalam beberapa kasus, hadis menetapkan hukum-hukum baru yang tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur'an. Misalnya, hadis yang melarang memakan binatang buas yang bertaring dan burung yang berkuku tajam.

4. Menjelaskan Maksud Ayat yang Samar

Hadis berperan penting dalam menjelaskan maksud ayat-ayat Al-Qur'an yang maknanya masih samar atau sulit dipahami. Nabi Muhammad SAW sebagai penerima wahyu memiliki otoritas untuk menjelaskan maksud sebenarnya dari ayat-ayat tersebut.

5 dari 9 halaman

Jenis-jenis Hadis Berdasarkan Kualitasnya

Berdasarkan kualitas atau tingkat keshahihannya, hadis dapat dibagi menjadi beberapa jenis:

1. Hadis Shahih

Hadis shahih adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit (kuat hafalannya), sanadnya bersambung sampai kepada Nabi Muhammad SAW, tidak ada cacat ('illat) dan tidak bertentangan dengan dalil yang lebih kuat (syadz). Hadis shahih memiliki tingkat kebenaran tertinggi dan dapat dijadikan hujjah atau landasan hukum.

2. Hadis Hasan

Hadis hasan adalah hadis yang hampir memenuhi syarat-syarat hadis shahih, namun tingkat ke-dhabit-an (kekuatan hafalan) perawinya sedikit di bawah perawi hadis shahih. Hadis hasan juga dapat dijadikan hujjah, meskipun tingkatannya di bawah hadis shahih.

3. Hadis Dha'if

Hadis dha'if adalah hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat hadis shahih atau hasan. Kelemahan hadis dha'if bisa terletak pada sanad (rangkaian perawi) atau matannya (isi hadis). Para ulama berbeda pendapat tentang boleh tidaknya mengamalkan hadis dha'if.

4. Hadis Maudhu'

Hadis maudhu' adalah hadis palsu yang dibuat-buat dan disandarkan secara dusta kepada Nabi Muhammad SAW. Hadis jenis ini tidak boleh diamalkan dan haram menyebarkannya sebagai hadis.

6 dari 9 halaman

Cara Memahami dan Mengamalkan Hadis

Untuk dapat memahami dan mengamalkan hadis dengan benar, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Memastikan Keshahihan Hadis

Langkah pertama adalah memastikan bahwa hadis yang akan diamalkan adalah hadis yang shahih atau minimal hasan. Hal ini dapat dilakukan dengan merujuk pada kitab-kitab hadis yang telah diakui keshahihannya atau bertanya kepada ahli hadis.

2. Memahami Konteks Hadis

Penting untuk memahami konteks atau latar belakang munculnya sebuah hadis (asbabul wurud). Hal ini akan membantu dalam memahami maksud dan tujuan hadis tersebut secara lebih komprehensif.

3. Memperhatikan Bahasa dan Istilah

Memahami bahasa Arab dan istilah-istilah khusus yang digunakan dalam hadis sangat penting untuk menghindari kesalahpahaman dalam menafsirkan hadis.

4. Mengaitkan dengan Ayat Al-Qur'an

Hadis harus dipahami dalam kaitannya dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang relevan. Jika ada pertentangan, maka perlu dilakukan upaya untuk mengkompromikan keduanya atau merujuk pada pendapat para ulama.

5. Mempertimbangkan Pendapat Ulama

Penting untuk mempertimbangkan pendapat dan penafsiran para ulama terkemuka dalam memahami hadis, terutama untuk hadis-hadis yang sulit dipahami atau berkaitan dengan hukum-hukum yang kompleks.

7 dari 9 halaman

Peran Hadis dalam Kehidupan Sehari-hari

Hadis memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. Beberapa peran tersebut antara lain:

1. Pedoman Ibadah

Hadis memberikan petunjuk detail tentang tata cara ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji. Tanpa hadis, umat Islam akan kesulitan dalam melaksanakan ibadah-ibadah tersebut dengan benar.

2. Tuntunan Akhlak

Banyak hadis yang berisi tuntunan akhlak mulia dan adab-adab dalam pergaulan. Hadis-hadis ini menjadi panduan bagi umat Islam dalam berperilaku dan beretika dalam kehidupan sehari-hari.

3. Sumber Hukum

Hadis menjadi sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an. Banyak hukum-hukum fiqih yang didasarkan pada hadis-hadis Nabi.

4. Motivasi Spiritual

Hadis-hadis yang berisi janji pahala dan ancaman dosa menjadi motivasi bagi umat Islam untuk senantiasa berbuat kebaikan dan menjauhi kemungkaran.

5. Teladan Kehidupan

Hadis yang menceritakan kehidupan dan perilaku Nabi Muhammad SAW menjadi teladan bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

8 dari 9 halaman

Tantangan dalam Memahami dan Mengamalkan Hadis

Meskipun hadis memiliki peran yang sangat penting, terdapat beberapa tantangan dalam memahami dan mengamalkannya, antara lain:

1. Pemalsuan Hadis

Sejak masa awal Islam, telah terjadi pemalsuan hadis oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan politik atau golongan. Hal ini menyebabkan perlunya kehati-hatian dalam menerima dan mengamalkan hadis.

2. Kesulitan Memahami Konteks

Beberapa hadis muncul dalam konteks tertentu yang mungkin berbeda dengan kondisi saat ini. Hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman jika tidak memperhatikan konteks historisnya.

3. Perbedaan Penafsiran

Adanya perbedaan penafsiran di antara para ulama terhadap suatu hadis dapat menimbulkan kebingungan bagi umat Islam awam.

4. Hadis yang Tampak Bertentangan

Terkadang ditemukan hadis-hadis yang secara lahiriah tampak bertentangan satu sama lain. Hal ini memerlukan metode khusus untuk mengkompromikan atau men-tarjih (menguatkan salah satunya).

5. Keterbatasan Ilmu

Memahami hadis dengan benar memerlukan penguasaan berbagai disiplin ilmu seperti bahasa Arab, ushul fiqih, dan ilmu hadis. Keterbatasan ilmu dapat menyebabkan kesalahan dalam memahami dan mengamalkan hadis.

9 dari 9 halaman

Kesimpulan

Hadis memiliki fungsi dan peran yang sangat penting dalam ajaran Islam. Sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an, hadis berfungsi untuk menjelaskan, merinci, dan melengkapi ajaran-ajaran yang terdapat dalam Al-Qur'an. Fungsi hadis meliputi memperkuat hukum yang ada dalam Al-Qur'an, menjelaskan ayat-ayat yang masih bersifat umum, dan menetapkan hukum-hukum yang belum disebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur'an.

Dalam kehidupan sehari-hari, hadis menjadi pedoman bagi umat Islam dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari ibadah, muamalah, hingga akhlak. Namun, dalam memahami dan mengamalkan hadis, diperlukan kehati-hatian dan pengetahuan yang memadai untuk menghindari kesalahpahaman dan pengamalan yang keliru.

Meskipun terdapat beberapa tantangan dalam memahami dan mengamalkan hadis, umat Islam tetap dituntut untuk berpegang teguh pada Al-Qur'an dan hadis sebagai pedoman hidup. Dengan pemahaman yang benar dan pengamalan yang tepat, hadis akan terus menjadi sumber inspirasi dan petunjuk bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Islam yang benar.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

EnamPlus