Liputan6.com, Jakarta Lupus eritematosus sistemik atau yang biasa dikenal dengan sebutan lupus adalah penyakit autoimun kronis yang menyebabkan peradangan di berbagai bagian tubuh. Pada kondisi normal, sistem kekebalan tubuh bertugas melindungi tubuh dari serangan zat asing seperti virus atau bakteri. Namun pada penderita lupus, sistem imun justru menyerang sel-sel dan jaringan sehat dalam tubuh.
Peradangan akibat lupus dapat menyerang berbagai organ dan jaringan tubuh, termasuk kulit, sendi, ginjal, jantung, paru-paru, pembuluh darah, dan otak. Hal inilah yang menyebabkan gejala lupus sangat beragam dan berbeda-beda pada setiap penderita. Karena gejalanya yang bervariasi dan sering menyerupai penyakit lain, lupus juga dikenal sebagai "penyakit seribu wajah".
Lupus merupakan penyakit kronis yang belum dapat disembuhkan secara total. Namun dengan penanganan yang tepat, gejala lupus dapat dikendalikan sehingga penderita tetap dapat menjalani hidup normal. Pengobatan lupus bertujuan untuk mengurangi peradangan, mencegah kerusakan organ, serta meningkatkan kualitas hidup penderita.
Advertisement
Jenis-Jenis Penyakit Lupus
Terdapat beberapa jenis lupus yang berbeda berdasarkan bagian tubuh yang terkena dan penyebabnya. Berikut adalah penjelasan mengenai jenis-jenis utama penyakit lupus:
1. Lupus Eritematosus Sistemik (SLE)
Lupus Eritematosus Sistemik atau SLE merupakan jenis lupus yang paling umum dan sering ditemui. SLE dapat menyerang berbagai organ dan jaringan tubuh secara luas, termasuk kulit, sendi, ginjal, jantung, paru-paru, otak, dan sistem saraf. Gejalanya sangat bervariasi, mulai dari yang ringan hingga berat. Beberapa gejala umum SLE antara lain:
- Ruam kulit berbentuk kupu-kupu di wajah
- Nyeri dan bengkak pada sendi
- Kelelahan ekstrem
- Demam
- Sensitivitas terhadap sinar matahari
- Gangguan ginjal
- Masalah pernapasan
2. Lupus Kutaneus (Discoid Lupus)
Lupus kutaneus atau discoid lupus terutama menyerang kulit. Jenis lupus ini ditandai dengan munculnya ruam merah berbentuk cakram atau lingkaran pada kulit yang terpapar sinar matahari, seperti wajah, telinga, leher, dan lengan. Ruam ini dapat menyebabkan perubahan warna kulit dan jaringan parut permanen. Gejala lain meliputi:
- Kulit bersisik dan menebal
- Kerontokan rambut
- Lesi di kulit kepala
- Perubahan pigmen kulit
3. Lupus Neonatal
Lupus neonatal adalah jenis lupus yang terjadi pada bayi baru lahir. Kondisi ini disebabkan oleh autoantibodi dari ibu yang diteruskan ke janin melalui plasenta selama kehamilan. Gejala lupus neonatal biasanya muncul dalam beberapa minggu atau bulan pertama kehidupan bayi dan dapat meliputi:
- Ruam kulit
- Masalah jantung
- Gangguan hati
- Jumlah sel darah rendah
Sebagian besar gejala lupus neonatal akan menghilang dalam 6-8 bulan seiring dengan hilangnya antibodi ibu dari sistem tubuh bayi.
4. Lupus Induksi Obat
Lupus induksi obat atau drug-induced lupus (DIL) adalah jenis lupus yang dipicu oleh penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka panjang. Beberapa obat yang dapat memicu DIL antara lain:
- Obat hipertensi seperti hydralazine
- Obat antiaritmia seperti procainamide
- Obat antikonvulsan
- Beberapa jenis antibiotik
Gejala DIL biasanya lebih ringan dibandingkan SLE dan akan membaik setelah penghentian obat penyebab. Namun, diperlukan pengawasan medis dalam penghentian obat tersebut.
Advertisement
Penyebab Penyakit Lupus
Penyebab pasti terjadinya lupus hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Para ahli menduga lupus terjadi akibat kombinasi dari beberapa faktor, meliputi:
1. Faktor Genetik
Penelitian menunjukkan adanya kecenderungan genetik pada penyakit lupus. Seseorang dengan riwayat keluarga penderita lupus memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit ini. Beberapa gen tertentu telah diidentifikasi berkaitan dengan peningkatan risiko lupus, meskipun memiliki gen-gen tersebut tidak selalu berarti seseorang akan menderita lupus.
2. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan diduga dapat memicu munculnya lupus pada individu yang rentan secara genetik. Faktor-faktor tersebut meliputi:
- Paparan sinar ultraviolet dari matahari
- Infeksi virus atau bakteri tertentu
- Stres fisik atau emosional yang berat
- Paparan zat kimia atau polutan tertentu
3. Faktor Hormonal
Lupus lebih sering menyerang wanita, terutama pada usia produktif. Hal ini menunjukkan adanya peran hormon, khususnya estrogen, dalam perkembangan penyakit ini. Beberapa wanita mengalami gejala lupus yang memburuk sebelum menstruasi atau selama kehamilan ketika kadar estrogen meningkat.
4. Obat-obatan Tertentu
Beberapa jenis obat dapat memicu gejala yang menyerupai lupus atau memperburuk gejala pada penderita lupus yang sudah ada. Obat-obatan ini termasuk:
- Obat antihipertensi seperti hydralazine
- Obat antiaritmia seperti procainamide
- Antibiotik tertentu
- Obat antikonvulsan
Penting untuk diingat bahwa meskipun faktor-faktor di atas dapat meningkatkan risiko lupus, tidak semua orang yang terpapar faktor-faktor tersebut akan mengembangkan penyakit ini. Lupus merupakan penyakit kompleks yang melibatkan interaksi berbagai faktor.
Gejala Penyakit Lupus
Gejala lupus sangat bervariasi dan dapat berbeda-beda pada setiap penderita. Beberapa penderita hanya mengalami gejala ringan, sementara yang lain dapat mengalami gejala yang lebih parah. Gejala juga dapat muncul secara tiba-tiba atau berkembang secara perlahan, serta dapat bersifat sementara atau permanen. Berikut adalah beberapa gejala umum penyakit lupus:
1. Kelelahan Ekstrem
Kelelahan yang tidak wajar dan berkepanjangan merupakan salah satu gejala paling umum pada penderita lupus. Penderita sering merasa sangat lelah meskipun telah beristirahat cukup. Kelelahan ini dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup.
2. Nyeri dan Bengkak pada Sendi
Peradangan pada sendi dapat menyebabkan nyeri, kekakuan, dan pembengkakan. Gejala ini sering terjadi pada sendi jari tangan, pergelangan tangan, siku, lutut, dan pergelangan kaki. Berbeda dengan artritis reumatoid, lupus umumnya tidak menyebabkan kerusakan permanen pada sendi.
3. Ruam Kulit
Ruam kulit merupakan gejala yang khas pada lupus. Ruam yang paling dikenal adalah "ruam kupu-kupu" (butterfly rash) yang muncul di kedua pipi dan batang hidung. Selain itu, penderita lupus juga dapat mengalami ruam di bagian tubuh lain, terutama area yang terpapar sinar matahari.
4. Sensitivitas terhadap Sinar Matahari
Banyak penderita lupus mengalami fotosensitivitas atau sensitivitas berlebihan terhadap sinar matahari. Paparan sinar UV dapat memicu munculnya ruam kulit atau memperburuk gejala lupus yang sudah ada.
5. Demam
Demam ringan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya sering dialami oleh penderita lupus. Demam ini biasanya berkisar antara 37,5°C hingga 38,3°C.
6. Rambut Rontok
Peradangan pada kulit kepala dapat menyebabkan kerontokan rambut. Rambut dapat rontok dalam jumlah besar atau menjadi tipis secara bertahap.
7. Sariawan
Luka pada mulut atau hidung yang tidak nyeri dan sulit sembuh merupakan gejala yang sering dijumpai pada penderita lupus.
8. Masalah Pernapasan
Peradangan pada paru-paru dapat menyebabkan kesulitan bernapas, nyeri dada saat bernapas dalam (pleuritis), atau batuk kering.
9. Gangguan Ginjal
Lupus dapat menyebabkan peradangan pada ginjal (nefritis lupus) yang dapat mengganggu fungsi ginjal. Gejala dapat meliputi pembengkakan pada kaki, tangan, atau sekitar mata.
10. Gangguan Sistem Saraf
Lupus dapat mempengaruhi sistem saraf, menyebabkan gejala seperti sakit kepala, pusing, depresi, kebingungan, dan dalam kasus yang jarang, kejang atau stroke.
Penting untuk diingat bahwa gejala lupus dapat muncul dan menghilang. Periode ketika gejala memburuk disebut "flare", sedangkan periode ketika gejala berkurang atau menghilang disebut "remisi". Jika Anda mengalami beberapa gejala di atas, terutama jika berlangsung lama atau mengganggu aktivitas sehari-hari, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Advertisement
Diagnosis Penyakit Lupus
Mendiagnosis lupus dapat menjadi tantangan karena gejalanya yang beragam dan sering menyerupai penyakit lain. Tidak ada tes tunggal yang dapat memastikan diagnosis lupus. Dokter biasanya akan melakukan serangkaian pemeriksaan dan tes untuk menegakkan diagnosis. Proses diagnosis lupus meliputi:
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Langkah pertama dalam diagnosis lupus adalah anamnesis atau wawancara medis yang menyeluruh. Dokter akan menanyakan tentang gejala yang dialami, riwayat kesehatan pribadi dan keluarga, serta faktor-faktor risiko yang mungkin ada. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mencari tanda-tanda lupus seperti ruam kulit, pembengkakan sendi, atau tanda-tanda peradangan lainnya.
2. Tes Darah
Beberapa tes darah yang mungkin dilakukan untuk membantu diagnosis lupus antara lain:
- Tes ANA (Antinuclear Antibody): Tes ini mendeteksi autoantibodi yang sering ditemukan pada penderita lupus. Hasil positif tidak selalu berarti seseorang menderita lupus, tetapi dapat menjadi indikasi adanya penyakit autoimun.
- Tes antibodi spesifik: Tes untuk mendeteksi antibodi tertentu yang sering ditemukan pada penderita lupus, seperti anti-dsDNA, anti-Sm, anti-RNP, anti-Ro (SSA), dan anti-La (SSB).
- Hitung darah lengkap: Untuk memeriksa jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
- Tes fungsi ginjal dan hati: Untuk menilai apakah lupus telah mempengaruhi organ-organ ini.
- Tes komplemen: Tingkat komplemen yang rendah dapat mengindikasikan aktivitas lupus.
3. Tes Urin
Analisis urin dapat membantu mendeteksi masalah ginjal yang mungkin disebabkan oleh lupus. Dokter akan memeriksa adanya protein atau sel darah merah dalam urin yang dapat mengindikasikan peradangan atau kerusakan ginjal.
4. Biopsi
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin merekomendasikan biopsi kulit atau ginjal untuk memastikan diagnosis dan menilai tingkat kerusakan organ.
5. Pencitraan
Tes pencitraan seperti rontgen dada, CT scan, atau MRI mungkin dilakukan untuk menilai kondisi organ dalam yang mungkin terkena dampak lupus.
6. Kriteria Diagnosis
Untuk membantu standardisasi diagnosis lupus, American College of Rheumatology (ACR) telah menetapkan kriteria diagnosis. Seseorang didiagnosis menderita lupus jika memenuhi setidaknya 4 dari 11 kriteria berikut:
- Ruam malar (butterfly rash)
- Ruam diskoid
- Fotosensitivitas
- Luka mulut
- Artritis non-erosif
- Serositis (pleuritis atau perikarditis)
- Gangguan ginjal
- Gangguan neurologis
- Gangguan hematologis
- Gangguan imunologis
- Antibodi antinuklear positif
Penting untuk diingat bahwa diagnosis lupus dapat memakan waktu dan mungkin memerlukan beberapa kali kunjungan ke dokter. Karena gejala lupus dapat berubah-ubah dan berkembang seiring waktu, dokter mungkin perlu melakukan pemantauan jangka panjang sebelum dapat memastikan diagnosis.
Pengobatan Penyakit Lupus
Meskipun lupus belum dapat disembuhkan secara total, pengobatan yang tepat dapat membantu mengendalikan gejala, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Tujuan utama pengobatan lupus adalah untuk mengurangi peradangan, menekan sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif, dan mencegah kerusakan organ. Rencana pengobatan biasanya disesuaikan dengan gejala dan tingkat keparahan penyakit pada masing-masing individu. Berikut adalah beberapa pendekatan pengobatan yang umum digunakan untuk menangani lupus:
1. Obat-obatan
Berbagai jenis obat dapat digunakan untuk mengobati lupus, tergantung pada gejala dan organ yang terkena. Beberapa obat yang sering diresepkan meliputi:
- Obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID): Untuk mengurangi nyeri, demam, dan peradangan ringan.
- Antimalarial: Obat seperti hydroxychloroquine dapat membantu mengurangi gejala kulit, sendi, dan kelelahan.
- Kortikosteroid: Obat seperti prednisone digunakan untuk mengurangi peradangan dengan cepat, terutama saat terjadi flare.
- Imunosupresan: Obat seperti azathioprine, mycophenolate mofetil, atau cyclophosphamide digunakan untuk menekan sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif.
- Terapi biologis: Obat seperti belimumab dapat membantu mengurangi aktivitas sel B yang berperan dalam lupus.
2. Perubahan Gaya Hidup
Selain pengobatan medis, perubahan gaya hidup dapat membantu mengelola gejala lupus dan mencegah flare. Beberapa rekomendasi meliputi:
- Menghindari paparan sinar matahari langsung dan selalu menggunakan tabir surya.
- Berolahraga secara teratur untuk menjaga kesehatan jantung dan tulang.
- Berhenti merokok dan menghindari konsumsi alkohol berlebihan.
- Mengelola stres melalui teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga.
- Menjaga pola makan sehat dan seimbang.
- Mendapatkan istirahat yang cukup.
3. Penanganan Komplikasi
Jika lupus telah menyebabkan komplikasi pada organ tertentu, penanganan khusus mungkin diperlukan. Misalnya:
- Pengobatan hipertensi untuk melindungi ginjal.
- Terapi antikoagulan untuk mencegah pembekuan darah.
- Pengobatan osteoporosis untuk menjaga kesehatan tulang.
4. Dukungan Psikologis
Hidup dengan penyakit kronis seperti lupus dapat menimbulkan stres dan masalah emosional. Konseling atau bergabung dengan kelompok dukungan dapat membantu penderita lupus mengatasi tantangan psikologis yang mungkin dihadapi.
5. Pemantauan Rutin
Penderita lupus perlu melakukan pemeriksaan rutin untuk memantau perkembangan penyakit dan efektivitas pengobatan. Dokter mungkin akan melakukan tes darah dan urin secara berkala, serta menyesuaikan pengobatan jika diperlukan.
6. Pendekatan Multidisiplin
Karena lupus dapat mempengaruhi berbagai sistem tubuh, penanganan sering melibatkan tim dokter dari berbagai spesialisasi, seperti reumatologi, nefrologi, dermatologi, dan kardiologi.
Penting untuk diingat bahwa pengobatan lupus adalah proses jangka panjang yang memerlukan kerjasama antara pasien dan tim medis. Kepatuhan terhadap rencana pengobatan, komunikasi yang baik dengan dokter, dan pemantauan gejala secara teratur sangat penting untuk mengelola lupus secara efektif.
Advertisement
Pencegahan Penyakit Lupus
Meskipun lupus tidak dapat dicegah sepenuhnya karena penyebab pastinya belum diketahui, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terjadinya flare atau kekambuhan gejala pada penderita lupus. Berikut adalah beberapa strategi pencegahan yang dapat diterapkan:
1. Hindari Paparan Sinar Matahari Berlebihan
Sinar ultraviolet dari matahari dapat memicu flare pada banyak penderita lupus. Untuk mengurangi risiko ini:
- Gunakan tabir surya dengan SPF minimal 30 setiap hari, bahkan saat cuaca berawan.
- Kenakan pakaian pelindung seperti topi lebar, baju lengan panjang, dan celana panjang saat beraktivitas di luar ruangan.
- Hindari berada di luar ruangan saat sinar matahari paling terik (biasanya antara pukul 10 pagi hingga 4 sore).
2. Kelola Stres
Stres dapat memicu flare pada penderita lupus. Beberapa cara untuk mengelola stres meliputi:
- Praktikkan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam.
- Lakukan aktivitas yang menyenangkan dan menenangkan secara teratur.
- Jika perlu, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan psikolog atau konselor.
3. Jaga Pola Hidup Sehat
Gaya hidup sehat dapat membantu mengurangi risiko flare dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan:
- Konsumsi makanan sehat dan seimbang, kaya akan buah, sayuran, dan biji-bijian utuh.
- Lakukan olahraga secara teratur sesuai kemampuan dan rekomendasi dokter.
- Hindari merokok dan konsumsi alkohol berlebihan.
- Dapatkan istirahat yang cukup dan jaga pola tidur yang teratur.
4. Hindari Infeksi
Infeksi dapat memicu flare lupus dan lebih sulit diatasi pada penderita lupus. Untuk mengurangi risiko infeksi:
- Cuci tangan secara teratur dan praktikkan kebersihan yang baik.
- Hindari kontak dekat dengan orang yang sedang sakit.
- Dapatkan vaksinasi sesuai rekomendasi dokter.
5. Pantau dan Kelola Kondisi Kesehatan Lain
Beberapa kondisi kesehatan dapat memperburuk lupus atau memicu flare. Penting untuk mengelola kondisi-kondisi ini dengan baik:
- Kontrol tekanan darah tinggi.
- Kelola kadar kolesterol.
- Jaga berat badan ideal.
6. Patuhi Rencana Pengobatan
Kepatuhan terhadap rencana pengobatan yang ditetapkan oleh dokter sangat penting untuk mencegah flare:
- Konsumsi obat sesuai resep dokter.
- Jangan menghentikan atau mengubah dosis obat tanpa konsultasi dengan dokter.
- Lakukan pemeriksaan rutin sesuai jadwal yang ditentukan.
7. Kenali Pemicu Individu
Setiap penderita lupus mungkin memiliki pemicu flare yang berbeda-beda. Penting untuk mengenali pemicu personal dan menghindarinya:
- Catat gejala dan aktivitas harian untuk mengidentifikasi pola atau pemicu potensial.
- Diskusikan temuan dengan dokter untuk strategi pencegahan yang lebih personal.
Meskipun langkah-langkah ini dapat membantu mengurangi risiko flare, penting untuk diingat bahwa flare terkadang masih dapat terjadi bahkan dengan pencegahan terbaik sekalipun. Jika terjadi perubahan gejala atau tanda-tanda flare, segera hubungi dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Kesimpulan
Lupus adalah penyakit autoimun kompleks yang dapat mempengaruhi berbagai bagian tubuh. Meskipun belum ada obat yang dapat menyembuhkan lupus secara total, pemahaman yang lebih baik tentang penyakit ini telah menghasilkan metode diagnosis yang lebih akurat dan pilihan pengobatan yang lebih efektif. Dengan manajemen yang tepat, banyak penderita lupus dapat menjalani hidup yang berkualitas dan produktif.
Kunci dalam mengelola lupus adalah diagnosis dini, pengobatan yang tepat, dan kerjasama yang baik antara pasien dan tim medis. Penting bagi penderita lupus untuk memahami kondisi mereka, mengenali gejala, dan berperan aktif dalam perawatan mereka sendiri. Dukungan dari keluarga, teman, dan kelompok sesama penderita juga dapat sangat membantu dalam menghadapi tantangan hidup dengan penyakit kronis ini.
Penelitian tentang lupus terus berlanjut, memberikan harapan untuk pengobatan yang lebih baik di masa depan. Sementara itu, dengan pengetahuan yang tepat, perawatan medis yang konsisten, dan gaya hidup yang sehat, penderita lupus dapat mengelola kondisi mereka dengan lebih baik dan menikmati kualitas hidup yang optimal.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Advertisement