Liputan6.com, Jakarta Dalam mempelajari tata bahasa Indonesia, kita akan menemui berbagai jenis kalimat, salah satunya adalah kalimat pasif. Kalimat pasif memiliki struktur dan fungsi yang berbeda dari kalimat aktif. Memahami apa itu kalimat pasif serta penggunaannya sangat penting untuk meningkatkan kemampuan berbahasa kita. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang pengertian, ciri-ciri, jenis, dan contoh kalimat pasif, serta perbedaannya dengan kalimat aktif.
Pengertian Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah jenis kalimat di mana subjek berperan sebagai penerima aksi atau tindakan yang dinyatakan oleh predikat. Dalam kalimat pasif, fokus utama adalah pada objek atau hasil dari suatu tindakan, bukan pada pelaku tindakan tersebut. Struktur kalimat pasif berbeda dari kalimat aktif, di mana subjek melakukan tindakan terhadap objek.
Beberapa karakteristik utama kalimat pasif antara lain:
- Subjek menerima tindakan atau dikenai perbuatan
- Predikat biasanya menggunakan kata kerja berawalan di- atau ter-
- Pelaku tindakan dapat disebutkan menggunakan kata "oleh" atau tidak disebutkan sama sekali
- Fokus kalimat adalah pada aksi atau hasilnya, bukan pada pelakunya
Penggunaan kalimat pasif memiliki beberapa tujuan, di antaranya:
- Menekankan objek atau hasil tindakan
- Menghindari penyebutan pelaku tindakan
- Membuat kalimat lebih formal atau objektif
- Variasi gaya bahasa dalam tulisan
Advertisement
Ciri-ciri Kalimat Pasif
Untuk dapat mengidentifikasi kalimat pasif dengan mudah, perhatikan ciri-ciri berikut ini:
1. Penggunaan Imbuhan Tertentu pada Predikat
Ciri utama kalimat pasif adalah penggunaan imbuhan tertentu pada kata kerja yang berfungsi sebagai predikat. Imbuhan-imbuhan tersebut antara lain:
- di- : contohnya dibaca, ditulis, diambil
- ter- : contohnya terbaca, tertulis, terambil
- ke-an : contohnya kehujanan, kedinginan, kepanasan
Penggunaan imbuhan ini mengubah kata kerja aktif menjadi kata kerja pasif, menandakan bahwa subjek menerima tindakan.
2. Subjek Sebagai Penerima Tindakan
Dalam kalimat pasif, subjek bukan pelaku tindakan melainkan penerima tindakan. Ini berbeda dengan kalimat aktif di mana subjek melakukan tindakan. Contoh:
Kalimat aktif: Andi membaca buku.Kalimat pasif: Buku dibaca oleh Andi.
Pada contoh kalimat pasif, "buku" menjadi subjek yang menerima tindakan "dibaca".
3. Penggunaan Kata "Oleh"
Kalimat pasif sering menggunakan kata "oleh" untuk menunjukkan pelaku tindakan, meskipun penggunaannya bersifat opsional. Contoh:
"Rumah itu dibangun oleh ayah.""Makanan telah dimasak (oleh) ibu."
4. Fokus pada Hasil atau Akibat Tindakan
Kalimat pasif lebih menekankan pada hasil atau akibat dari suatu tindakan, bukan pada pelakunya. Ini membuat kalimat pasif berguna ketika ingin menghindari menyebutkan pelaku atau ketika pelaku tidak diketahui atau tidak penting.
Jenis-jenis Kalimat Pasif
Kalimat pasif dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan struktur dan penggunaannya. Berikut adalah jenis-jenis utama kalimat pasif:
1. Kalimat Pasif Transitif
Kalimat pasif transitif adalah kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif transitif (kalimat yang memiliki objek). Dalam transformasi ke bentuk pasif, objek kalimat aktif menjadi subjek kalimat pasif. Contoh:
Aktif: Petani menanam padi.Pasif: Padi ditanam (oleh) petani.
Ciri khas kalimat pasif transitif adalah adanya kemungkinan untuk menambahkan pelaku tindakan menggunakan kata "oleh".
2. Kalimat Pasif Intransitif
Kalimat pasif intransitif adalah kalimat pasif yang tidak memerlukan objek. Kalimat ini biasanya menggunakan kata kerja berawalan ter- atau ke-an. Contoh:
"Pintu itu terbuka.""Anak itu kedinginan."
Pada kalimat pasif intransitif, tidak ada pelaku yang disebutkan karena fokusnya adalah pada keadaan atau kondisi subjek.
3. Kalimat Pasif Keadaan
Kalimat pasif keadaan menggambarkan suatu kondisi atau situasi yang dialami oleh subjek. Kalimat ini sering menggunakan kata kerja berawalan ke-an. Contoh:
"Tanaman itu kehujanan.""Dia kelaparan setelah berjalan jauh."
Kalimat pasif keadaan menekankan pada kondisi yang dialami subjek tanpa menyebutkan penyebab atau pelakunya.
4. Kalimat Pasif Refleksif
Kalimat pasif refleksif adalah kalimat di mana subjek melakukan tindakan terhadap dirinya sendiri. Dalam bahasa Indonesia, kalimat ini sering menggunakan kata "diri" atau bentuk kata ganti refleksif. Contoh:
"Dia menyalahkan dirinya sendiri.""Mereka mempersiapkan diri untuk ujian."
Meskipun struktur kalimatnya mirip dengan kalimat aktif, makna yang disampaikan lebih bersifat pasif karena subjek juga menjadi penerima tindakan.
Advertisement
Contoh Kalimat Pasif
Untuk lebih memahami penggunaan kalimat pasif dalam berbagai konteks, berikut adalah beberapa contoh kalimat pasif beserta penjelasannya:
1. Kalimat Pasif dalam Kehidupan Sehari-hari
- "Rumah itu dijual dengan harga tinggi." (Fokus pada rumah yang dijual, bukan pada penjualnya)
- "Makanan sudah disiapkan di meja." (Menekankan bahwa makanan telah siap, tanpa menyebutkan siapa yang menyiapkan)
- "Baju kotor telah dicuci." (Menunjukkan hasil tindakan, yaitu baju yang sudah bersih)
- "Pintu depan terkunci rapat." (Menggambarkan keadaan pintu tanpa menyebutkan siapa yang mengunci)
- "Pekerjaan rumah harus diselesaikan sebelum bermain." (Menekankan pada tugas yang harus dilakukan, bukan pada siapa yang harus menyelesaikannya)
2. Kalimat Pasif dalam Konteks Formal
- "Rapat akan diadakan pada pukul 10 pagi." (Fokus pada acara rapat, bukan pada penyelenggaranya)
- "Laporan keuangan sedang diaudit oleh akuntan independen." (Menekankan proses audit, dengan menyebutkan pelakunya)
- "Kebijakan baru telah diimplementasikan di seluruh departemen." (Fokus pada penerapan kebijakan, bukan pada siapa yang menerapkan)
- "Proposal penelitian akan ditinjau oleh komite etik." (Menjelaskan proses peninjauan dan pelakunya)
- "Data survei sedang dianalisis untuk menghasilkan kesimpulan." (Menekankan proses analisis tanpa menyebutkan analis)
3. Kalimat Pasif dalam Berita dan Media
- "Korban bencana alam telah dievakuasi ke tempat yang aman." (Fokus pada tindakan evakuasi, bukan pada tim penyelamat)
- "Undang-undang baru disahkan oleh parlemen." (Menyebutkan hasil dan pelaku pengesahan)
- "Penemuan penting diumumkan dalam konferensi pers." (Menekankan pada pengumuman, bukan pada siapa yang mengumumkan)
- "Tersangka korupsi ditahan untuk pemeriksaan lebih lanjut." (Fokus pada tindakan penahanan, bukan pada pihak yang menahan)
- "Bantuan kemanusiaan telah didistribusikan ke daerah terdampak." (Menjelaskan proses distribusi tanpa menyebutkan distributor)
Perbedaan Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif
Memahami perbedaan antara kalimat aktif dan kalimat pasif sangat penting untuk penggunaan bahasa yang tepat. Berikut adalah beberapa perbedaan utama antara kedua jenis kalimat ini:
1. Fokus Kalimat
Kalimat Aktif: Fokus pada pelaku tindakan (subjek).Kalimat Pasif: Fokus pada penerima tindakan atau hasil tindakan.
Contoh:Aktif: "Andi menulis surat." (Fokus pada Andi)Pasif: "Surat ditulis oleh Andi." (Fokus pada surat)
2. Struktur Kalimat
Kalimat Aktif: Subjek - Predikat - ObjekKalimat Pasif: Objek - Predikat - (oleh) Subjek
Contoh:Aktif: "Ibu memasak nasi." (Ibu - memasak - nasi)Pasif: "Nasi dimasak (oleh) ibu." (Nasi - dimasak - oleh ibu)
3. Penggunaan Kata Kerja
Kalimat Aktif: Menggunakan kata kerja aktif (biasanya berawalan me- atau ber-)Kalimat Pasif: Menggunakan kata kerja pasif (biasanya berawalan di-, ter-, atau ke-an)
Contoh:Aktif: "Mereka membangun rumah." (membangun)Pasif: "Rumah dibangun oleh mereka." (dibangun)
4. Penekanan Informasi
Kalimat Aktif: Menekankan pada siapa yang melakukan tindakanKalimat Pasif: Menekankan pada apa yang terjadi atau hasil tindakan
Contoh:Aktif: "Tim peneliti menemukan obat baru." (Menekankan tim peneliti)Pasif: "Obat baru ditemukan (oleh tim peneliti)." (Menekankan penemuan obat)
5. Penggunaan dalam Konteks
Kalimat Aktif: Lebih umum digunakan dalam percakapan sehari-hari dan tulisan informalKalimat Pasif: Sering digunakan dalam konteks formal, ilmiah, atau ketika ingin menghindari menyebutkan pelaku
Contoh:Aktif (informal): "Kamu harus mengerjakan PR-mu."Pasif (formal): "PR harus dikerjakan sebelum batas waktu yang ditentukan."
Advertisement
Kapan Menggunakan Kalimat Pasif?
Penggunaan kalimat pasif dalam bahasa Indonesia memiliki beberapa tujuan dan situasi tertentu. Berikut adalah beberapa kondisi di mana kalimat pasif lebih tepat digunakan:
1. Ketika Ingin Menekankan Objek atau Hasil Tindakan
Kalimat pasif berguna ketika fokus utama adalah pada objek yang dikenai tindakan atau hasil dari tindakan tersebut, bukan pada pelakunya. Contoh:
"Gedung pencakar langit itu dibangun dalam waktu dua tahun." (Fokus pada gedung dan waktu pembangunan)
2. Saat Pelaku Tindakan Tidak Diketahui atau Tidak Penting
Jika pelaku tindakan tidak diketahui, tidak penting, atau ingin dirahasiakan, kalimat pasif menjadi pilihan yang tepat. Contoh:
"Dokumen penting telah dicuri dari kantor." (Pelaku pencurian tidak diketahui atau tidak ingin disebutkan)
3. Dalam Konteks Formal atau Ilmiah
Kalimat pasif sering digunakan dalam tulisan formal, laporan ilmiah, atau dokumen resmi untuk memberikan kesan objektif dan impersonal. Contoh:
"Eksperimen dilakukan dalam kondisi terkontrol." (Fokus pada proses eksperimen, bukan pada peneliti)
4. Untuk Menghindari Penyebutan Pelaku Berulang
Dalam paragraf atau teks yang panjang, penggunaan kalimat pasif dapat membantu menghindari pengulangan subjek yang sama. Contoh:
"Presiden mengumumkan kebijakan baru. Kebijakan tersebut akan diterapkan mulai bulan depan. Sosialisasi akan dilakukan di seluruh wilayah."
5. Ketika Ingin Membuat Pernyataan Umum
Kalimat pasif berguna untuk membuat pernyataan umum atau aturan tanpa menunjuk pada pelaku spesifik. Contoh:
"Dilarang merokok di area ini." (Peraturan umum tanpa menunjuk pembuat aturan)
Tips Menggunakan Kalimat Pasif dengan Efektif
Meskipun kalimat pasif memiliki fungsi penting dalam bahasa Indonesia, penggunaannya yang berlebihan atau tidak tepat dapat membuat tulisan menjadi kurang jelas atau membosankan. Berikut beberapa tips untuk menggunakan kalimat pasif secara efektif:
1. Gunakan Secara Selektif
Jangan menggunakan kalimat pasif untuk setiap kalimat. Variasikan dengan kalimat aktif untuk membuat tulisan lebih dinamis dan mudah dibaca.
2. Pastikan Kejelasan Makna
Pastikan bahwa penggunaan kalimat pasif tidak membuat makna kalimat menjadi ambigu atau sulit dipahami. Jika ada keraguan, lebih baik gunakan kalimat aktif.
3. Perhatikan Konteks
Gunakan kalimat pasif sesuai dengan konteks dan tujuan komunikasi. Dalam percakapan informal, kalimat aktif mungkin lebih alami dan efektif.
4. Hindari Penggunaan Berlebihan dalam Satu Paragraf
Terlalu banyak kalimat pasif dalam satu paragraf dapat membuat tulisan terasa berat dan monoton. Seimbangkan dengan kalimat aktif.
5. Pertimbangkan Audiens
Pertimbangkan siapa yang akan membaca atau mendengar kalimat Anda. Untuk audiens umum, kalimat aktif mungkin lebih mudah dipahami.
Advertisement
Kesalahan Umum dalam Penggunaan Kalimat Pasif
Beberapa kesalahan yang sering terjadi dalam penggunaan kalimat pasif antara lain:
1. Penggunaan Berlebihan
Menggunakan terlalu banyak kalimat pasif dapat membuat tulisan menjadi kurang hidup dan sulit dipahami.
2. Hilangnya Informasi Penting
Terkadang, penggunaan kalimat pasif dapat menghilangkan informasi penting tentang pelaku tindakan.
3. Struktur Kalimat yang Tidak Tepat
Kesalahan dalam mengubah struktur kalimat dari aktif ke pasif dapat menghasilkan kalimat yang tidak gramatikal.
4. Penggunaan Kata Kerja yang Tidak Tepat
Tidak semua kata kerja dapat diubah menjadi bentuk pasif. Penggunaan kata kerja yang tidak tepat dapat menghasilkan kalimat yang tidak bermakna.
5. Kegagalan dalam Menyesuaikan Konteks
Menggunakan kalimat pasif dalam situasi yang lebih cocok untuk kalimat aktif dapat membuat komunikasi menjadi tidak efektif.
Kesimpulan
Kalimat pasif merupakan elemen penting dalam tata bahasa Indonesia yang memiliki fungsi dan penggunaan khusus. Dengan memahami pengertian, ciri-ciri, jenis, dan contoh kalimat pasif, serta perbedaannya dengan kalimat aktif, kita dapat menggunakannya secara efektif dalam komunikasi lisan maupun tulisan. Penggunaan kalimat pasif yang tepat dapat memperkaya gaya bahasa, memberikan penekanan pada informasi tertentu, dan membantu dalam penyampaian pesan secara lebih objektif dan formal. Namun, penting untuk menggunakannya secara bijak dan seimbang dengan kalimat aktif untuk menciptakan komunikasi yang jelas, menarik, dan efektif.
Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence
Advertisement