Liputan6.com, Jayapura: Kasus busung lapar ditemukan di Jayapura, Papua. Dua pekan silam, enam anak penderita busung lapar dirawat di Rumah Sakit Umum Dok II Jayapura. Empat di antaranya sudah diperbolehkan pulang, seorang bernama Ella meninggal dunia, dan satu bocah lagi hingga kini masih dirawat.
Adalah Kalib Iwu penderita busung lapar yang masih menjalani perawatan di RSU Dok II hingga kini. Saat masuk rumah sakit, berat badan bocah berusia 10 tahun ini hanya 16 kilogram. Setelah dirawat selama dua pekan, kondisi Iwu sudah membaik. Kini, berat badannya bertambah dua kilogram.
Martin Sagrim dari Dinas Kesehatan Papua mengatakan kasus busung lapar di Papua bukan semata karena kekurangan gizi, tetapi pengaruh penyakit lain, sehingga gizi yang masuk tidak terserap dengan baik. Hal itu antara lain terjadi pada Ella yang akhirnya meninggal dunia karena komplikasi dengan penyakit mematikan, Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
Masalah busung lapar dan gizi buruk bukan hanya menjadi persoalan di Papua, tetapi juga di banyak daerah lain di Indonesia. Bahkan untuk gizi buruk, jumlahnya bisa mencapai ribuan anak. Satu di antaranya dialami Zelfi Adelia, bocah berusia dua setengah tahun yang sudah sepekan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu, Lampung. Berat badan Zelfi hanya hanya enam kilogram, jauh dari berat normal anak seusianya yang sehat. Ia dinyatakan menderita busung lapar.
Zelfi menderita busung lapar karena orang tuanya tak mampu memberikan makanan yang memenuhi standar gizi. Maklum, orang tua anak ini hanyalah seorang buruh tani yang pendapatannya Rp 10 ribu per hari.
Setelah media massa melaporkan banyak anak yang terkena busung lapar, pemerintah pusat di Jakarta seperti tersentak. Dalam rapat dengan seluruh gubernur, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta masalah busung lapar segera diatasi. Kasus busung lapar telah menjadi ironi bagi bangsa yang sejauh ini dikenal sebagai lumbung beras [baca: Busung Lapar di Gudang Beras].(AWD/Tim Liputan 6 SCTV)
Adalah Kalib Iwu penderita busung lapar yang masih menjalani perawatan di RSU Dok II hingga kini. Saat masuk rumah sakit, berat badan bocah berusia 10 tahun ini hanya 16 kilogram. Setelah dirawat selama dua pekan, kondisi Iwu sudah membaik. Kini, berat badannya bertambah dua kilogram.
Martin Sagrim dari Dinas Kesehatan Papua mengatakan kasus busung lapar di Papua bukan semata karena kekurangan gizi, tetapi pengaruh penyakit lain, sehingga gizi yang masuk tidak terserap dengan baik. Hal itu antara lain terjadi pada Ella yang akhirnya meninggal dunia karena komplikasi dengan penyakit mematikan, Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
Masalah busung lapar dan gizi buruk bukan hanya menjadi persoalan di Papua, tetapi juga di banyak daerah lain di Indonesia. Bahkan untuk gizi buruk, jumlahnya bisa mencapai ribuan anak. Satu di antaranya dialami Zelfi Adelia, bocah berusia dua setengah tahun yang sudah sepekan dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu, Lampung. Berat badan Zelfi hanya hanya enam kilogram, jauh dari berat normal anak seusianya yang sehat. Ia dinyatakan menderita busung lapar.
Zelfi menderita busung lapar karena orang tuanya tak mampu memberikan makanan yang memenuhi standar gizi. Maklum, orang tua anak ini hanyalah seorang buruh tani yang pendapatannya Rp 10 ribu per hari.
Setelah media massa melaporkan banyak anak yang terkena busung lapar, pemerintah pusat di Jakarta seperti tersentak. Dalam rapat dengan seluruh gubernur, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta masalah busung lapar segera diatasi. Kasus busung lapar telah menjadi ironi bagi bangsa yang sejauh ini dikenal sebagai lumbung beras [baca: Busung Lapar di Gudang Beras].(AWD/Tim Liputan 6 SCTV)