Liputan6.com, Jakarta: Pola makan yang salah untuk anak di bawah usia lima tahun berakibat buruk. Selain mengganggu perkembangan fisik, kondisi psikologis anak bakal terganggu. Untuk itu, peran aktif ibu diperlukan dengan mengutamakan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif. "Secara spiritual anak berkembang karena mendapat respons seperti dekapan ibu," kata Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Farida Hatta Swasono kepada reporter SCTV Eva Yunizar di Jakarta, baru-baru ini.
Meutia Hatta menerangkan, jika tak ada kendala kesehatan, ASI eksklusif wajib diberikan mulai bayi lahir sampai umur enam bulan. Selanjutnya menginjak usia enam bulan hingga dua tahun pemberian ASI dilengkapi dengan makanan pendamping. "Pasti anak terjamin bebas penyakit," tegas dia [baca: Meutia: ASI Eksklusif Menurunkan Angka Kematian Bayi].
Untuk mendukung kegiatan pemberian ASI eksklusif pemerintah menggencarkan kembali pos pelayanan terpadu (posyandu) dan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga yang sempat melemah. Menurut Meutia, kepedulian sosial masyarakat berkurang sehingga organisasi nirlaba seperti itu hilang dari pandangan.
Jika digiatkan kembali diharapkan angka kematian bayi akibat gizi buruk seperti terjadi pada tahun ini sampai 65 ribu orang tidak terulang. "Jadi sosialisasinya tidak dari iklan [media massa] saja," ujar Meutia. Untuk semangat para petugas, pemerintah berencana membuat anggaran khusus. "Imbalan itu penting, paling sedikit untuk transport (uang jalan)," kata Meutia, menutup perbincangan.(KEN)
Meutia Hatta menerangkan, jika tak ada kendala kesehatan, ASI eksklusif wajib diberikan mulai bayi lahir sampai umur enam bulan. Selanjutnya menginjak usia enam bulan hingga dua tahun pemberian ASI dilengkapi dengan makanan pendamping. "Pasti anak terjamin bebas penyakit," tegas dia [baca: Meutia: ASI Eksklusif Menurunkan Angka Kematian Bayi].
Untuk mendukung kegiatan pemberian ASI eksklusif pemerintah menggencarkan kembali pos pelayanan terpadu (posyandu) dan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga yang sempat melemah. Menurut Meutia, kepedulian sosial masyarakat berkurang sehingga organisasi nirlaba seperti itu hilang dari pandangan.
Jika digiatkan kembali diharapkan angka kematian bayi akibat gizi buruk seperti terjadi pada tahun ini sampai 65 ribu orang tidak terulang. "Jadi sosialisasinya tidak dari iklan [media massa] saja," ujar Meutia. Untuk semangat para petugas, pemerintah berencana membuat anggaran khusus. "Imbalan itu penting, paling sedikit untuk transport (uang jalan)," kata Meutia, menutup perbincangan.(KEN)