Liputan6.com, Irak: Empat belas personel Marinir Amerika Serikat dan seorang warga sipil yang bekerja sebagai juru bahasa tewas, baru-baru ini. Insiden terjadi setelah sebuah kendaraan yang membawa pasukan dihantam bom rakitan saat melintas di jalanan kota Haditha, sekitar 220 kilometer barat laut Baghdad, Irak.
Insiden ledakan itu terjadi saat pasukan AS menggelar operasi untuk menutup rute penyusupan milisi asing. Salah satu kendaraan yang mengangkut serdadu ini tiba-tiba dihantam bom. Departemen Pertahanan AS menolak berkomentar banyak mengenai kejadian itu dengan alasan kasus ini masih dalam penyelidikan.
Peristiwa ini menambah panjang daftar tentara AS yang meninggal di Irak. Selama pekan ini saja, 21 personel Marinir AS, tewas. Departemen Pertahanan AS menyatakan operasi yang mereka gelar di sepanjang Sungai Efrat memang tergolong berbahaya karena sangat rentan serangan musuh.
Menurut analisis Pentagon, kelompok perlawanan Irak menggunakan pemicu ledakan yang berbeda dalam setiap serangan. Kelompok perlawanan ini juga memiliki bahan peledak dalam jumlah banyak dan menerapkan teknik berbeda pula.(IAN/Idr)
Insiden ledakan itu terjadi saat pasukan AS menggelar operasi untuk menutup rute penyusupan milisi asing. Salah satu kendaraan yang mengangkut serdadu ini tiba-tiba dihantam bom. Departemen Pertahanan AS menolak berkomentar banyak mengenai kejadian itu dengan alasan kasus ini masih dalam penyelidikan.
Peristiwa ini menambah panjang daftar tentara AS yang meninggal di Irak. Selama pekan ini saja, 21 personel Marinir AS, tewas. Departemen Pertahanan AS menyatakan operasi yang mereka gelar di sepanjang Sungai Efrat memang tergolong berbahaya karena sangat rentan serangan musuh.
Menurut analisis Pentagon, kelompok perlawanan Irak menggunakan pemicu ledakan yang berbeda dalam setiap serangan. Kelompok perlawanan ini juga memiliki bahan peledak dalam jumlah banyak dan menerapkan teknik berbeda pula.(IAN/Idr)