Liputan6.com, New Orleans: Badai Katrina yang melanda empat negara bagian Amerika Serikat menimbulkan banyak korban jiwa dan kerugian materi besar. Daerah terparah dihantam Katrina adalah New Orleans, Negara Bagian Louisiana, AS. Menurut Presiden Goerge Walker Bush, bencana merupakan yang terbesar dalam sejarah Negeri Adidaya.
Hingga saat ini, jumlah korban tewas masih belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan korban mencapai ratusan, bahkan ribuan orang. Sebagian pengamat mengatakan dampak bencana badai Katrina ini sama dengan yang terjadi saat Nanggroe Aceh Darussalam dihantam gempa disertai Tsunami, 26 Desember tahun silam [baca: Katrina Lebih Ganas daripada Tsunami].
Tim Search and Rescue masih berupaya mengevakuasi para korban di New Orleans. Sekitar 80 persen kawasan ini terendam air. Sejumlah fasilitas umum seperti instalasi listrik, saluran air bersih, jalan, dan sarana komunikasi hancur total. Kondisi ini membuat operasi penanganan bencana menemui banyak kendala.
Kondisi tak terlalu parah terlihat di kota kecil di luar New Orleans. Tepatnya di Kota Salida, Louisiana. Fasilitas maupun bangunan di kota dengan populasi penduduk sekitar 26 ribu jiwa ini tak banyak yang hancur. Namun penduduk yang tinggal di sebelah utara Danau Pontchartrain masih bertahan menunggu bantuan berupa makanan dan air bersih.
Adapun di Mississippi kerusakan terjadi sepanjang kawasan pantai teluk. Di antaranya Bay Saint Louis. Sejumlah gedung pusat perjudian yang ada di kawasan ini hancur. Tak pelak sekitar 14 ribu warga yang mengantungkan hidup atau bekerja di kasino tersebut siap-siap untuk kehilangan pekerjaan.
Total kerugian akibat bencana ini ditaksir mencapai US$ 26 miliar. Namun, angka itu akan terus bertambah. Sebab, taksiran itu baru kalkulasi perusahaan asuransi. Sementara 30 sampai 40 persen bangunan di Louisiana tidak diasuransikan.
Kerugian akibat amukan Katrina lebih besar dibanding serangan teroris ke Gedung World Trade Center, 11 September 2001. Dampak bencana alam ini juga lebih dahsyat ketimbang terjangan topan Andrew di Florida bagian selatan pada 1992. Kala itu, nilai kerugian mencapai US$ 25 miliar dan mengakibatkan 11 perusahaan asuransi bangkrut.
Kondisi New Orleans yang hancur lebur ini dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk menjarah barang yang tersisa di dalam bangunan. Orang yang tidak bertanggung jawab ini menjarah toko-toko besar. Yang lebih miris lagi, sejumlah anggota satuan pengamanan setempat juga ikut menjarah.
Menanggapi ini, Wali Kota New Orleans Ray Nagin segera mengambil langkah serius. Sebanyak 1.500 polisi yang sebelumnya ikut mengevakuasi korban segera diterjunkan ke lokasi yang rawan penjarahan. Diharapkan kondisi New Orleans menjadi lebih kondusif.(JUM/Tim Liputann 6 SCTV)
Hingga saat ini, jumlah korban tewas masih belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan korban mencapai ratusan, bahkan ribuan orang. Sebagian pengamat mengatakan dampak bencana badai Katrina ini sama dengan yang terjadi saat Nanggroe Aceh Darussalam dihantam gempa disertai Tsunami, 26 Desember tahun silam [baca: Katrina Lebih Ganas daripada Tsunami].
Tim Search and Rescue masih berupaya mengevakuasi para korban di New Orleans. Sekitar 80 persen kawasan ini terendam air. Sejumlah fasilitas umum seperti instalasi listrik, saluran air bersih, jalan, dan sarana komunikasi hancur total. Kondisi ini membuat operasi penanganan bencana menemui banyak kendala.
Kondisi tak terlalu parah terlihat di kota kecil di luar New Orleans. Tepatnya di Kota Salida, Louisiana. Fasilitas maupun bangunan di kota dengan populasi penduduk sekitar 26 ribu jiwa ini tak banyak yang hancur. Namun penduduk yang tinggal di sebelah utara Danau Pontchartrain masih bertahan menunggu bantuan berupa makanan dan air bersih.
Adapun di Mississippi kerusakan terjadi sepanjang kawasan pantai teluk. Di antaranya Bay Saint Louis. Sejumlah gedung pusat perjudian yang ada di kawasan ini hancur. Tak pelak sekitar 14 ribu warga yang mengantungkan hidup atau bekerja di kasino tersebut siap-siap untuk kehilangan pekerjaan.
Total kerugian akibat bencana ini ditaksir mencapai US$ 26 miliar. Namun, angka itu akan terus bertambah. Sebab, taksiran itu baru kalkulasi perusahaan asuransi. Sementara 30 sampai 40 persen bangunan di Louisiana tidak diasuransikan.
Kerugian akibat amukan Katrina lebih besar dibanding serangan teroris ke Gedung World Trade Center, 11 September 2001. Dampak bencana alam ini juga lebih dahsyat ketimbang terjangan topan Andrew di Florida bagian selatan pada 1992. Kala itu, nilai kerugian mencapai US$ 25 miliar dan mengakibatkan 11 perusahaan asuransi bangkrut.
Kondisi New Orleans yang hancur lebur ini dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk menjarah barang yang tersisa di dalam bangunan. Orang yang tidak bertanggung jawab ini menjarah toko-toko besar. Yang lebih miris lagi, sejumlah anggota satuan pengamanan setempat juga ikut menjarah.
Menanggapi ini, Wali Kota New Orleans Ray Nagin segera mengambil langkah serius. Sebanyak 1.500 polisi yang sebelumnya ikut mengevakuasi korban segera diterjunkan ke lokasi yang rawan penjarahan. Diharapkan kondisi New Orleans menjadi lebih kondusif.(JUM/Tim Liputann 6 SCTV)